IPS
9 Tema 2D. Literasi Finansial
(Penyusun
: Amir Alamsyah, S.Pd._SMP Negeri 1 Bandungan)
A. Literasi Finansial
|
Aspek |
Keterangan |
|
Pengertian |
Pengetahuan,
keyakinan, dan keterampilan untuk mengambil keputusan keuangan yang bijak dan
efektif. Hal ini mencakup pemahaman tentang konsep, produk, dan risiko
keuangan. |
|
Tujuan |
Meningkatkan
kesejahteraan finansial masyarakat dengan membantu mereka mengelola uang,
merencanakan masa depan, dan terhindar dari masalah finansial. |
|
Hakikat |
Literasi
finansial adalah kompetensi esensial yang memungkinkan seseorang untuk
berpartisipasi secara aktif dan cerdas dalam sistem ekonomi modern. |
|
Fungsi |
Membantu
individu dalam membuat keputusan yang rasional dan terinformasi terkait
keuangan pribadi, seperti menabung, berinvestasi, dan mengelola utang. |
|
Cakupan |
1. Perencanaan Keuangan: Mengatur anggaran dan
mempersiapkan dana pensiun. 2. Investasi: Memahami berbagai instrumen
investasi dan risikonya. 3. Asuransi: Mengerti pentingnya perlindungan
finansial. 4. Utang: Mengelola pinjaman secara bijak
dan menghindari utang yang berlebihan. 5. Tabungan: Mengetahui cara menabung yang
efektif untuk berbagai tujuan. |
|
Tingkatan |
1. Dasar: Memahami konsep dasar seperti
menabung dan berbelanja secara bijak. 2. Menengah: Mampu menyusun anggaran,
mengelola utang, dan mengenal produk investasi sederhana. 3. Lanjutan: Mampu melakukan perencanaan
keuangan jangka panjang, diversifikasi investasi, dan manajemen risiko yang
kompleks. |
|
Kegiatan |
1. Membuat anggaran bulanan. 2. Mengikuti program tabungan rutin. 3. Membandingkan produk keuangan
(misalnya, kartu kredit atau asuransi). 4. Mempelajari investasi melalui
buku atau seminar. 5. Mengevaluasi laporan keuangan
pribadi secara berkala. |
B. Kegiatan Literasi Keuangan
|
Lokasi |
No. |
Kegiatan |
Contoh |
|
Lingkungan Keluarga |
1 |
Membuat
anggaran bulanan |
Mencatat
seluruh pemasukan dan pengeluaran secara rutin. |
|
2 |
Menabung
secara rutin |
Menyisihkan
sebagian uang saku atau pendapatan ke dalam tabungan. |
|
|
3 |
Berdiskusi
tentang keuangan |
Membedakan
antara kebutuhan dan keinginan saat merencanakan belanja. |
|
|
4 |
Memberikan
uang saku dengan alokasi |
Mengajarkan
anak untuk membagi uang saku untuk jajan, menabung, dan berbagi. |
|
|
5 |
Melibatkan
dalam keputusan finansial |
Meminta
pendapat anak tentang pilihan membeli barang dengan harga berbeda. |
|
|
6 |
Menerapkan
sistem celengan |
Menggunakan
celengan untuk menabung dengan tujuan tertentu, seperti membeli mainan. |
|
|
7 |
Mengenalkan
konsep investasi |
Menjelaskan
investasi sederhana seperti menabung emas atau reksa dana. |
|
|
8 |
Menjadi
teladan yang baik |
Orang
tua menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mengelola keuangan. |
|
|
9 |
Menggunakan
teknologi keuangan |
Mengenalkan
aplikasi perbankan atau dompet digital kepada anak. |
|
|
10 |
Berdonasi
atau berbagi |
Mengajarkan
pentingnya menyisihkan uang untuk membantu sesama. |
|
|
Lingkungan Sekolah |
1 |
Program
tabungan pelajar |
Sekolah
bekerja sama dengan bank untuk membuka tabungan Simpanan Pelajar (SimPel). |
|
2 |
Pembelajaran
di kelas |
Mengintegrasikan
materi literasi keuangan ke dalam mata pelajaran yang relevan. |
|
|
3 |
Pelatihan
kewirausahaan |
Siswa
dilatih berjualan atau membuat produk sederhana di sekolah. |
|
|
4 |
Pekan
atau bazar kewirausahaan |
Mengadakan
acara di mana siswa dapat menjual produk buatan mereka. |
|
|
5 |
Kunjungan
ke lembaga keuangan |
Mengajak
siswa mengunjungi bank atau OJK untuk memahami sistem keuangan. |
|
|
6 |
Mengelola
koperasi sekolah |
Siswa
dilibatkan dalam pengelolaan koperasi untuk belajar tentang bisnis dan
keuangan. |
|
|
7 |
Permainan
edukasi |
Menggunakan
permainan seperti Monopoli atau simulasi pasar modal. |
|
|
8 |
Mengadakan
seminar |
Mengundang
narasumber dari OJK atau perencana keuangan untuk memberikan edukasi. |
|
|
9 |
Kantin
kejujuran |
Melatih
siswa untuk jujur dan mandiri dalam bertransaksi. |
|
|
10 |
Membedah
studi kasus |
Menganalisis
kasus-kasus finansial sederhana untuk melatih pengambilan keputusan. |
|
|
Lingkungan
Masyarakat |
1 |
Edukasi
tentang produk keuangan |
Sosialisasi
tentang manfaat dan risiko produk seperti asuransi dan investasi. |
|
2 |
Penyuluhan
bahaya pinjaman ilegal |
Memberikan
informasi tentang bahaya pinjaman online ilegal dan investasi bodong. |
|
|
3 |
Mengadakan
arisan atau simpan pinjam |
Membentuk
kelompok keuangan mikro untuk mengelola dana bersama. |
|
|
4 |
Pelatihan
pengelolaan UMKM |
Memberikan
pelatihan tentang manajemen keuangan dan akses modal untuk pelaku usaha. |
|
|
5 |
KKN
atau pengabdian masyarakat |
Mahasiswa
atau akademisi memberikan edukasi literasi keuangan kepada warga desa. |
|
|
6 |
Mengakses
informasi dari OJK |
Masyarakat
aktif mencari informasi dari situs resmi OJK atau media sosialnya. |
|
|
7 |
Penggunaan
layanan keuangan digital |
Mengajarkan
cara menggunakan dompet digital, mobile banking, atau QRIS. |
|
|
8 |
Mendukung
gerakan menabung nasional |
Berpartisipasi
dalam program atau kampanye yang digalakkan pemerintah. |
|
|
9 |
Konsultasi
dengan perencana keuangan |
Menggunakan
jasa perencana keuangan untuk menyusun rencana jangka panjang. |
|
|
10 |
Membentuk
kelompok studi keuangan |
Komunitas
atau kelompok warga rutin berdiskusi tentang topik-topik finansial. |
C. Manfaat Literasi Finansial
|
No. |
Manfaat |
Penjelasan |
|
1. |
Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik |
Dengan literasi finansial,
individu dapat membuat keputusan yang rasional terkait keuangan, seperti
memilih produk tabungan, investasi, atau pinjaman yang paling sesuai dengan
kebutuhan mereka. |
|
2. |
Meningkatkan Kesejahteraan Finansial |
Pengetahuan keuangan yang baik
membantu seseorang untuk mengelola pendapatan, mengendalikan utang, dan
merencanakan masa depan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan stabilitas dan
kesejahteraan finansial pribadi maupun keluarga. |
|
3. |
Terhindar dari Penipuan dan Investasi Bodong |
Literasi finansial membekali
individu dengan kemampuan untuk mengenali ciri-ciri penipuan keuangan atau
investasi ilegal, sehingga mereka bisa melindungi aset dan uang mereka dari
risiko yang tidak perlu. |
|
4. |
Mencapai Tujuan Finansial |
Dengan kemampuan menyusun
anggaran dan merencanakan keuangan, seseorang bisa lebih mudah mencapai
tujuan finansial, seperti membeli rumah, pendidikan anak, atau dana pensiun. |
|
5. |
Mengelola Utang dengan Bijak |
Individu yang melek finansial
mampu memahami bunga pinjaman, biaya tersembunyi, dan risiko gagal bayar,
sehingga mereka dapat mengelola utang secara efektif dan menghindari beban
finansial yang berlebihan. |
|
6. |
Mendorong Investasi yang Cerdas |
Pemahaman tentang pasar modal dan
instrumen investasi memungkinkan seseorang untuk mengalokasikan dana mereka
pada instrumen investasi yang berpotensi memberikan keuntungan jangka
panjang, sesuai dengan profil risiko mereka. |
|
7. |
Mempersiapkan Masa Pensiun |
Literasi finansial membantu
individu untuk merencanakan dan mengumpulkan dana pensiun sejak dini,
memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk menjalani hari tua dengan
nyaman. |
|
No. |
Kemampuan |
Deskripsi |
Contoh |
|
1. |
Pemahaman Transaksi Ekonomi |
Kemampuan
untuk mengerti berbagai jenis transaksi ekonomi, seperti jual beli, utang
piutang, dan investasi, serta praktik-praktik yang menyertainya. |
Memahami
perbedaan antara menabung di bank dan berinvestasi di reksa dana. |
|
2. |
Mengenali Pemasukan (Earning) |
Memahami
berbagai sumber pendapatan, baik dari gaji, hasil usaha, maupun sumber pasif. |
Menghitung
total penghasilan bulanan dari gaji, bonus, dan hasil sewa properti. |
|
3. |
Mengelola Pengeluaran (Spending) |
Keterampilan
untuk membuat anggaran, mengendalikan belanja, dan memprioritaskan
pengeluaran agar sesuai dengan rencana keuangan. |
Mencatat
semua pengeluaran harian dan membandingkannya dengan anggaran yang telah
dibuat. |
|
4. |
Merancang Tabungan (Saving) |
Pengetahuan
tentang cara menabung yang efektif, baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun
jangka panjang, termasuk memilih produk tabungan yang sesuai. |
Menentukan
target tabungan untuk uang muka rumah dan memilih deposito berjangka sebagai
instrumennya. |
|
5. |
Merancang Alokasi Berbagi (Sharing) |
Memiliki
kesadaran untuk mengalokasikan sebagian pendapatan untuk kegiatan sosial,
sedekah, atau donasi. |
Menyisihkan
2,5% dari pendapatan bulanan untuk zakat atau donasi sosial. |
|
6. |
Mengenali Praktik Tidak Baik dan Kejahatan Finansial |
Kemampuan
untuk mengidentifikasi dan menghindari penipuan, investasi bodong, serta
praktik keuangan yang merugikan. |
Menolak
tawaran investasi yang menjanjikan keuntungan tidak wajar dalam waktu
singkat. |
Faktor
pendorong literasi finansial merupakan elemen-elemen yang secara positif
mendorong, memotivasi, dan memfasilitasi individu untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku keuangan mereka.
|
Faktor Pendorong |
Penjelasan |
Contoh |
|
Tingkat
Pendidikan Formal & Non-Formal |
Semakin
tinggi tingkat
pendidikan formal yang dicapai, umumnya semakin besar kemampuan kognitif
untuk memproses informasi keuangan yang kompleks. Pendidikan non-formal
(pelatihan, workshop) juga berperan penting. |
Seorang
lulusan Akuntansi memiliki pemahaman yang lebih baik tentang laporan
keuangan dan manajemen risiko dibandingkan yang tidak. Atau,
mengikuti seminar investasi rutin untuk memperdalam pengetahuan. |
|
Akses
dan Pemanfaatan Teknologi (FinTech) |
Kemudahan
akses terhadap informasi, alat, dan produk keuangan melalui platform
digital (Fintech) membuat proses belajar dan praktik keuangan menjadi
lebih cepat dan interaktif. |
Menggunakan
aplikasi budgeting (penganggaran) di smartphone yang
secara otomatis mencatat pengeluaran, atau membeli reksa dana dengan nominal
kecil melalui aplikasi investasi online. |
|
Pengaruh
Lingkungan dan Keluarga |
Pola
asuh, diskusi keuangan di rumah,
dan lingkungan sosial (teman, rekan kerja) yang pro-literasi finansial
dapat menanamkan kebiasaan dan sikap positif sejak usia dini. |
Orang
tua mengajarkan anak mengalokasikan uang saku untuk ditabung dan
disumbangkan, atau bergabung dengan komunitas investor muda
yang rutin berbagi strategi investasi. |
|
Pendapatan
dan Kepemilikan Aset |
Semakin
besar pendapatan
atau aset yang dimiliki seseorang, semakin tinggi motivasi praktis untuk
belajar mengelola, melindungi, dan melipatgandakan kekayaan tersebut. |
Seorang
profesional dengan gaji yang signifikan termotivasi untuk belajar
tentang diversifikasi portofolio (saham, properti) agar kekayaan tidak
tergerus inflasi. |
|
Kebutuhan
Mendesak dan Pengalaman Krisis |
Kebutuhan
mendesak untuk
mencapai tujuan keuangan (seperti membeli rumah) atau pengalaman buruk
(terlilit utang, kena tipu) dapat menjadi pemicu kuat untuk meningkatkan
literasi secara mandiri. |
Seseorang
terpaksa belajar tentang asuransi dan dana darurat setelah didiagnosis
penyakit yang membutuhkan biaya besar, atau korban investasi bodong
yang kemudian secara serius mendalami cara memilih investasi yang legal. |
F. Faktor
Penghambat Literasi Finansial
Faktor
penghambat literasi finansial merupakan berbagai kendala, baik dari sisi
individu maupun lingkungan, yang menyulitkan seseorang untuk memperoleh,
memahami, dan menerapkan pengetahuan keuangan.
|
Faktor
Penghambat |
Penjelasan |
Contoh |
|
Keterbatasan
Akses dan Infrastruktur |
Ketersediaan
sumber daya fisik
dan digital untuk edukasi keuangan. Hambatan ini sering dialami oleh
masyarakat di daerah terpencil atau yang tidak memiliki akses internet. |
Kurangnya
lembaga keuangan resmi (bank atau kantor OJK) dan akses internet
yang stabil di daerah terpencil membuat masyarakat sulit mendapatkan
informasi dan produk yang terpercaya. |
|
Rendahnya
Motivasi dan Sikap Apati |
Sikap
mental individu
yang merasa subjek keuangan terlalu rumit, membosankan, atau tidak relevan
dengan kondisi keuangannya saat ini (terutama bagi yang berpenghasilan
rendah). |
Seorang
karyawan muda menunda membuka rekening dana pensiun (DPLK) karena
merasa masa pensiun masih jauh dan lebih memilih memprioritaskan pengeluaran
hiburan saat ini. |
|
Kompleksitas
Informasi dan Jargon |
Materi
keuangan dan produk yang sering disajikan dengan bahasa yang sangat teknis
dan penuh istilah asing (jargon) yang sulit dipahami oleh orang awam. |
Brosur
produk asuransi atau investasi yang menggunakan istilah seperti "premi,"
"unit link," "yield," dan "derivatif"
tanpa penjelasan yang sederhana. |
|
Bias
Perilaku dan Psikologis |
Kecenderungan
manusia untuk membuat keputusan tidak rasional berdasarkan emosi,
prasangka, atau kebiasaan buruk, alih-alih berdasarkan data dan analisis. |
Efek
FOMO (Fear of Missing Out)
yang mendorong seseorang untuk ikut-ikutan berinvestasi pada instrumen
berisiko tinggi tanpa memahami risikonya, hanya karena melihat teman-temannya
untung. |
|
Keterbatasan
Waktu dan Sumber Daya Personal |
Individu
tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk belajar atau mengikuti
pelatihan karena tuntutan kerja, atau tidak memiliki tool dasar
seperti laptop/ponsel yang memadai untuk mengakses edukasi. |
Seorang
pekerja yang harus bekerja dua sif per hari tidak sempat membaca berita
ekonomi atau mengikuti webinar perencanaan keuangan. |
G. Upaya Mengatasi Hambatan Literasi Finansial
Upaya mengatasi hambatan literasi finansial berfokus pada peningkatan pengetahuan, akses, dan perubahan perilaku individu agar mampu membuat keputusan keuangan yang cerdas.
|
Upaya |
Penjelasan |
Contoh |
|
Pendidikan
Finansial Formal |
Mengintegrasikan materi keuangan pribadi dan
manajemen risiko ke dalam kurikulum pendidikan sejak dini (SD hingga
Perguruan Tinggi). |
Sekolah
menambahkan mata pelajaran atau topik tentang menabung, budgeting,
dan investasi sederhana dalam pelajaran Ekonomi atau Kewirausahaan.
|
|
Edukasi
Berbasis Digital & Aksesibilitas |
Memanfaatkan
teknologi (aplikasi, webinar, media sosial) untuk menyediakan
materi edukasi yang mudah diakses, interaktif, dan gratis
atau berbiaya rendah. |
Peluncuran
aplikasi yang
menyajikan simulasi budgeting bulanan, atau video tutorial YouTube
tentang cara membandingkan produk kredit. |
|
Penyederhanaan
Produk Keuangan |
Bank
dan lembaga keuangan
didorong untuk menyajikan produk dengan bahasa yang sederhana, transparan,
dan mudah dipahami (menghindari jargon teknis). |
Ringkasan
satu halaman
untuk setiap produk pinjaman atau asuransi yang hanya berisi poin-poin
penting, risiko utama, dan biaya yang jelas. |
|
Pendampingan
dan Konseling Keuangan |
Menyediakan
layanan konseling atau pendampingan personal oleh ahli keuangan
independen untuk membantu individu mengatasi masalah perilaku dan
membuat rencana yang dipersonalisasi. |
Layanan
konsultasi keuangan gratis dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau
lembaga nirlaba untuk membantu individu yang terlilit utang menyehatkan
kembali keuangannya. |
|
Kebijakan
Inklusif dan Stimulus |
Pemerintah
dan regulator menerapkan kebijakan yang mendorong masyarakat
berpartisipasi dalam sistem keuangan, seperti tabungan otomatis atau akses
kredit mikro. |
Program
sistem tabungan otomatis (semacam potong gaji) untuk dana pensiun,
atau program bantuan modal usaha dengan pelatihan literasi finansial
dasar. |
Literasi
finansial merupakan investasi pengetahuan yang memberikan manfaat nyata
dalam pengelolaan uang, pengambilan keputusan, dan perencanaan masa depan.
|
Keunggulan |
Penjelasan |
Contoh |
|
Pengelolaan
Anggaran yang Efektif |
Kemampuan
untuk menyusun, mematuhi, dan mengevaluasi anggaran (budget) bulanan
atau tahunan, memastikan pengeluaran selaras dengan tujuan keuangan. |
Seseorang
dapat mengidentifikasi dan memotong pengeluaran yang tidak perlu
(seperti langganan streaming ganda), dan mengalokasikan dananya untuk tabungan
atau investasi. |
|
Pengambilan
Keputusan Keuangan yang Cerdas |
Individu
dapat membandingkan, menilai risiko, dan memilih produk atau layanan
keuangan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko mereka
(misalnya asuransi, pinjaman, investasi). |
Saat
membutuhkan pinjaman, seseorang mampu membandingkan suku bunga efektif
dan biaya administrasi dari dua bank berbeda, sehingga memilih yang
paling murah dan menguntungkan. |
|
Terhindar
dari Utang Berlebihan & Penipuan |
Pemahaman
yang baik tentang bunga, biaya, dan risiko utang mencegah individu mengambil
pinjaman yang tidak perlu dan membantu mereka mengenali skema investasi
bodong atau penipuan keuangan. |
Mampu
menghitung total bunga yang harus dibayar dari kartu kredit, sehingga
termotivasi untuk melunasi tagihan tepat waktu atau menolak tawaran investasi
yang menjanjikan keuntungan tidak wajar. |
|
Perencanaan
Masa Depan yang Matang |
Kemampuan
untuk menyusun strategi jangka panjang, seperti perencanaan dana darurat,
dana pendidikan anak, hingga dana pensiun, dengan memanfaatkan instrumen
investasi yang tepat. |
Mulai
menabung dan berinvestasi secara rutin di reksa dana atau saham sejak
usia 25 tahun, untuk memastikan memiliki dana pensiun yang cukup pada usia 55
tahun. |
|
Stabilitas
dan Ketenteraman Mental |
Memiliki
kontrol yang lebih besar terhadap keuangan pribadi dapat mengurangi stres
dan kecemasan terkait uang, sehingga meningkatkan kualitas hidup dan fokus
pada hal lain. |
Tidur
nyenyak karena tahu ada dana darurat yang siap digunakan jika terjadi
pemutusan hubungan kerja (PHK) atau kebutuhan medis mendesak. |
------- Selamat belajar -------
