IPS 7 Tema 2B

 

IPS 7 Tema 2B

Pembiasaan Diri untuk Melestarikan Lingkungan

(Penyusun : Amir Alamsyah, S.Pd._SMP Negeri 1 Bandungan)

 

1.   Kebiasaan yang dapat dilakukan untuk melestarikan sumber daya udara

Upaya Pelestarian Sumber Daya Udara

Contoh Kegiatan

Mengurangi & Menghindari Gas-Gas Kimia

Menggunakan produk rumah tangga yang tidak mengandung aerosol, CFC, atau bahan kimia berbahaya lainnya. Memastikan ventilasi udara yang baik saat menggunakan produk pembersih.

Menanam Pohon di Berbagai Tempat

Melakukan reboisasi di lahan kritis, menanam pohon di sepanjang jalan, dan membuat hutan kota.

Menanam Tanaman Hias

Meletakkan tanaman hias seperti lidah mertua, sirih gading, atau spider plant di dalam ruangan untuk membantu menyerap polutan.

Mengupayakan Pengurangan Pembuangan Gas-Gas Sisa Pembakaran

Memasang alat pengubah katalitik pada knalpot kendaraan, menggunakan teknologi scrubber pada cerobong asap pabrik, dan mengoptimalkan efisiensi pembakaran mesin.

Membangun Cerobong Asap yang Tinggi

Membangun cerobong asap industri dengan ketinggian yang memadai untuk menyebarkan gas buang agar tidak terkonsentrasi di permukaan.

Mengurangi Asap Kendaraan Transportasi

Melakukan servis rutin kendaraan, memilih kendaraan dengan emisi rendah, dan menggunakan transportasi publik.

Bersepeda atau Berjalan Kaki

Menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk perjalanan jarak dekat, terutama saat beraktivitas di dalam kota.

Penyaringan Asap Sebelum Dibuang ke Udara

Menerapkan teknologi pengendali polusi udara, seperti alat filter partikel, pada sumber-sumber emisi industri.

Mengurangi Pemakaian Bahan Bakar Fosil

Beralih ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, atau air. Menggunakan kendaraan listrik atau hybrid.

Sosialisasi Pelestarian Udara & Cinta Lingkungan

Mengadakan kampanye publik tentang bahaya polusi udara, mengadakan workshop tentang cara membuat kompos, dan mengedukasi anak-anak di sekolah tentang pentingnya menjaga lingkungan.

2.   Kebiasaan yang dapat dilakukan untuk melestarikan sumber daya air

Upaya Pelestarian Sumber Daya Air

Contoh Kegiatan

Pengendalian Pencemaran Air

Meminimalkan penggunaan bahan kimia berbahaya seperti pestisida dan detergen yang mengandung fosfat. Mengolah limbah rumah tangga dan industri sebelum dibuang ke perairan.

Melindungi & Melestarikan Sumber Air

Menjaga kebersihan sungai, danau, dan mata air. Melindungi daerah resapan air dengan tidak membangun di wilayah tersebut.

Pengawetan Air

Menghemat penggunaan air sehari-hari, seperti mematikan keran saat tidak digunakan dan menggunakan shower saat mandi. Melakukan panen air hujan dengan menampungnya di bak penampungan.

Melakukan Konservasi pada Semua Sumber Air

Menjaga kelestarian hutan sebagai daerah tangkapan air. Melakukan reboisasi di hulu sungai untuk mencegah erosi dan meningkatkan penyerapan air.

Tidak Membuang Sampah ke Sungai

Membuang sampah pada tempatnya, bukan di sungai atau saluran air, untuk mencegah penyumbatan dan pencemaran air.

Membuat Lubang Resapan Biopori

Membuat lubang biopori di halaman rumah atau taman untuk mempercepat penyerapan air hujan ke dalam tanah, sehingga meningkatkan cadangan air tanah.

Menggunakan Detergen Ramah Lingkungan

Memilih detergen yang mudah terurai dan tidak mengandung zat kimia berbahaya agar tidak mencemari sumber air.

3.   Kebiasaan yang dapat dilakukan untuk melestarikan sumber daya tanah

Upaya Pelestarian Sumber Daya Tanah

Contoh Kegiatan

Penghijauan

Melakukan reboisasi di lahan gundul dan menanam pohon di area terbuka untuk mencegah erosi.

Mengurangi Pencemaran Tanah

Mengolah limbah pabrik dan rumah tangga dengan benar, serta tidak membuang bahan kimia berbahaya langsung ke tanah.

Menggunakan Pupuk Kimia secara Bijaksana

Menggunakan pupuk sesuai dosis yang dianjurkan dan mengkombinasikannya dengan pupuk organik.

Penanaman secara Bergilir / Rotasi Tanaman

Menanam jenis tanaman yang berbeda secara berurutan pada lahan yang sama untuk menjaga unsur hara tanah. Contohnya, setelah panen jagung, menanam kacang-kacangan.

Membuat Kanopi Alami bagi Tanah

Menanam tanaman penutup tanah (cover crop) atau memanfaatkan sisa-sisa tanaman setelah panen untuk melindungi permukaan tanah dari paparan matahari dan hujan.

Menerapkan Wanatani (Agroforestri)

Mengkombinasikan penanaman pohon dengan tanaman pangan di lahan yang sama untuk meningkatkan produktivitas dan mencegah erosi.

Menggunakan Soil Conditioner

Menambahkan bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang ke dalam tanah untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.

Tidak Membuang Sampah Sembarangan

Membuang sampah pada tempatnya, terutama sampah anorganik yang sulit terurai, untuk mencegah pencemaran tanah.

Menggunakan Pupuk Organik

Memakai kompos, pupuk kandang, atau pupuk hijau untuk memperbaiki tekstur dan kesuburan tanah secara alami.

 

4.   Pembiasaan Manusia Zaman Praaksara

a.   Pengertian Zaman Praaksara

Zaman Praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mereka mengenal tulisan. Istilah ini berasal dari kata "pra" yang berarti "sebelum" dan "aksara" yang berarti "tulisan". Oleh karena itu, semua informasi dan pengetahuan pada masa ini diwariskan secara lisan, dan bukti-bukti kehidupan manusia purba ditemukan melalui artefak seperti alat-alat batu, lukisan gua, dan sisa-sisa fosil.

 

b.   Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana

1)   Pengertian

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana adalah periode awal kehidupan manusia purba, yang sering disebut Zaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua). Pada masa ini, manusia sepenuhnya bergantung pada alam untuk bertahan hidup. Mereka belum mengenal cara bercocok tanam atau beternak. Pembiasaan hidup mereka didorong oleh kebutuhan mendesak untuk mencari makanan, sehingga mereka hidup secara nomaden atau berpindah-pindah.

2)   Contoh Pembiasaan pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana

Salah satu contoh pembiasaan paling menonjol pada masa ini adalah kehidupan nomaden. Manusia purba tidak memiliki tempat tinggal tetap. Mereka akan tinggal sementara di gua-gua atau di bawah pohon besar. Begitu sumber makanan di suatu tempat habis, seperti hewan buruan yang pindah atau buah-buahan musiman yang tidak lagi berbuah, mereka akan segera berpindah ke lokasi lain yang memiliki sumber daya alam melimpah.

 

3)   Peralatan Hidup Manusia Zaman Praaksara Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana dan Fungsi

 

Peralatan

Fungsi

Kapak Perimbas (Chopper)

Digunakan untuk memotong kayu, memecah tulang, dan menguliti binatang hasil buruan.

Alat Serpih (Flakes)

Berfungsi sebagai pisau untuk mengiris daging, memotong umbi-umbian, serta sebagai penusuk dan penggores.

Kapak Genggam

Digunakan untuk menggali ubi, memotong daging binatang buruan, dan memecah batu.

Pahat Genggam

Digunakan untuk mengolah kayu, tulang, atau bahan keras lainnya.

Alat-alat dari Tulang

Dimanfaatkan sebagai alat penusuk, mata tombak, atau untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah.

 

4)   Pembiasaan Manusia Zaman Praaksara Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana

Aspek

Pembiasaan

Pola Kehidupan

 Nomaden: Hidup berpindah-pindah mengikuti ketersediaan sumber makanan dan hewan buruan.

 Hidup Berkelompok Kecil: Tinggal dalam kelompok-kelompok kecil (sekitar 10-15 orang) untuk memudahkan perburuan dan perlindungan.

 Ketergantungan pada Alam: Sumber makanan utama berasal dari berburu hewan liar dan mengumpulkan umbi-umbian, buah-buahan, serta dedaunan dari hutan.

Teknologi & Peralatan

 Alat Batu Kasar: Menggunakan alat-alat dari batu yang masih kasar dan belum diasah, seperti kapak perimbas dan alat serpih (flakes).

 Alat Sederhana Lainnya: Memanfaatkan tulang-belulang hewan dan kayu untuk membuat alat penusuk dan alat bantu lainnya.

Sistem Sosial

 Pembagian Kerja Sederhana: Sudah ada pembagian tugas berdasarkan jenis kelamin, di mana laki-laki bertugas berburu dan perempuan bertugas mengumpulkan makanan dan merawat anak.

c.  Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

1) Pengertian

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut atau Mesolitikum (Zaman Batu Tengah) merupakan periode transisi dari pola hidup nomaden ke semi-menetap. Pada masa ini, manusia purba masih mengandalkan berburu dan mengumpulkan makanan, tetapi kemampuan dan peralatan mereka sudah lebih maju dibandingkan masa sebelumnya. Mereka sudah mulai tinggal di gua-gua atau ceruk-ceruk karang yang berdekatan dengan sumber air dan makanan.

2) Contoh Pembiasaan pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

Salah satu contoh pembiasaan paling signifikan pada masa ini adalah mulai ditemukannya sampah dapur atau kjokkenmoddinger. Sampah ini berupa tumpukan kulit kerang dan siput yang menggunung dan menunjukkan bahwa manusia purba pada masa ini sudah tinggal di satu tempat untuk waktu yang lebih lama. Keberadaan kjokkenmoddinger di sepanjang pesisir pantai timur Sumatra adalah bukti kuat bahwa mereka telah memiliki pola hidup semi-menetap.

3) Peralatan Hidup Manusia Zaman Praaksara Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut dan Fungsi

Peralatan

Fungsi

Peralatan Batu (Mikrolit)

Digunakan sebagai mata panah dan mata tombak. Bentuknya kecil, runcing, dan diasah halus untuk meningkatkan daya tusuk.

Alat Serpih (Flakes)

Berfungsi sebagai pisau, alat pengiris daging, dan pengolah bahan makanan. Dibuat dengan teknik yang lebih presisi dibandingkan masa sebelumnya.

Peralatan Tulang & Tanduk

Dipakai sebagai mata tombak, mata kail, dan alat penusuk yang lebih tajam. Pemanfaatan bahan ini menunjukkan kemampuan manusia purba untuk mengolah material selain batu.

Pipisan dan Batu Penggiling

Digunakan untuk menghaluskan biji-bijian, umbi-umbian, dan bahan makanan lainnya. Alat ini merupakan bukti awal adanya pengolahan makanan yang lebih maju.

4)  Pembiasaan Manusia Zaman Praaksara Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

Aspek

Pembiasaan

Pola Kehidupan

  Semi-Nomaden: Mulai hidup menetap sementara di gua-gua atau ceruk-ceruk karang (Abris Sous Roche).

  Menguasai Lingkungan: Lebih memahami musim dan pola migrasi hewan, memungkinkan perburuan yang lebih efektif.

  Munculnya Sampah Dapur: Terdapat bukti berupa sisa-sisa kulit kerang dan siput yang menumpuk (kjokkenmoddinger), menunjukkan tempat tinggal yang lebih permanen.

Teknologi & Peralatan

  Alat Batu Lebih Halus: Menggunakan batu-batu kecil (mikrolit) dan mata panah yang diasah lebih halus dan digunakan sebagai alat bantu.

  Alat dari Tulang dan Tanduk: Memanfaatkan tulang dan tanduk hewan untuk membuat alat-alat seperti ujung tombak, mata kail, dan alat penusuk.

Sistem Kepercayaan & Seni

 Seni Lukis Dinding: Mengembangkan seni lukis dinding gua yang tidak hanya menggambarkan perburuan, tetapi juga cap tangan dan figur manusia sebagai bagian dari ritual atau simbol kepercayaan.

  Ritual Penguburan: Adanya ritual penguburan yang lebih kompleks, seperti posisi jongkok pada jenazah, yang menunjukkan pemahaman spiritual yang lebih maju.

 

d.  Pembiasaan Manusia Zaman Praaksara Masa Bercocok Tanam

1)   Pengertian Masa Bercocok Tanam

Masa Bercocok Tanam atau Revolusi Neolitikum adalah periode penting dalam sejarah manusia praaksara. Pada masa ini, manusia mulai meninggalkan pola hidup nomaden dan beralih ke kehidupan menetap. Perubahan mendasar ini terjadi karena mereka tidak lagi hanya mengandalkan alam, tetapi sudah mampu menghasilkan makanan sendiri dengan cara bertani dan beternak. Hal ini membuat mereka bisa mendirikan pemukiman permanen, yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya masyarakat dan kebudayaan yang lebih kompleks.

2)   Peralatan Hidup & Fungsi

Peralatan

Fungsi

Kapak Persegi

Digunakan untuk mengolah tanah dan memotong kayu. Bentuknya yang diasah halus dan memiliki sudut persegi menunjukkan kemampuan teknologi yang lebih maju.

Kapak Lonjong

Digunakan untuk menggarap ladang dan memotong tanaman. Bentuknya yang lonjong dan diasah halus lebih ergonomis untuk keperluan pertanian.

Beliung

Alat untuk menggali dan mengolah tanah, mirip cangkul sederhana.

Gerabah

Dibuat dari tanah liat yang dibakar, berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan bahan makanan, air, dan hasil panen.

Mata Panah dan Pisau dari Batu

Digunakan untuk berburu dan memotong bahan makanan, namun dengan kualitas yang lebih baik dan diasah lebih halus.

3)   Contoh Pembiasaan pada Masa Bercocok Tanam

Salah satu contoh pembiasaan yang paling menonjol pada masa ini adalah sistem kepercayaan animisme dan dinamisme. Manusia pada masa ini percaya bahwa roh nenek moyang atau kekuatan gaib mendiami benda-benda tertentu, terutama yang berhubungan dengan pertanian dan kesuburan tanah. Mereka melakukan upacara ritual untuk meminta kesuburan lahan, hasil panen yang melimpah, dan perlindungan dari bencana alam, menunjukkan hubungan erat antara kepercayaan dan aktivitas pertanian mereka.

4)   Tabel Pembiasaan Manusia Zaman Praaksara Masa Bercocok Tanam

Aspek

Pembiasaan

Pola Kehidupan

 Hidup menetap (Sedenter): Mendirikan pemukiman permanen karena adanya ketersediaan sumber makanan yang stabil dari pertanian.

 Bercocok tanam dan beternak: Mampu menghasilkan makanan sendiri (food producing) dan tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam.

Teknologi & Peralatan

 Alat-alat batu halus: Menggunakan kapak persegi, kapak lonjong, dan beliung yang diasah halus untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari.

 Penggunaan gerabah: Membuat wadah dari tanah liat untuk menyimpan makanan dan air, menandai perkembangan kerajinan tangan.

Sistem Sosial

Masyarakat Teratur: Terbentuknya komunitas yang lebih besar dengan struktur sosial dan pembagian kerja yang lebih jelas.

Mengenal barter: Mulai melakukan pertukaran barang atau hasil panen dengan kelompok lain.

Kepercayaan

Animisme: Percaya pada roh nenek moyang yang mendiami benda-benda alam.

•  Dinamisme: Percaya pada kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu.

 

    5)  Revolusi Neolitikum (revolusi pertanian)

Revolusi Neolitikum atau revolusi pertanian, menandai transisi signifikan dari gaya hidup berburu-meramu nomaden ke kehidupan menetap, yang memungkinkan perkembangan peradaban. Perubahan ini dianggap revolusioner karena membawa transformasi menyeluruh pada cara hidup, teknologi, dan struktur sosial manusia.

Masa Berburu & Meramu vs. Masa Bercocok Tanam

Aspek Perubahan

Masa Berburu & Meramu (Paleolitikum)

Masa Bercocok Tanam (Neolitikum)

Pola Hidup

Nomaden atau berpindah-pindah, mengikuti pergerakan hewan buruan dan ketersediaan buah-buahan.

Menetap (sedentair), membangun pemukiman permanen dekat sumber air untuk bertani dan beternak.

Sumber Makanan

Konsumtif; bergantung sepenuhnya pada alam dengan berburu, memancing, dan mengumpulkan hasil hutan.

Produktif; menciptakan sumber makanan sendiri melalui pertanian dan peternakan.

Teknologi & Peralatan

Alat-alat dari batu masih kasar dan belum diasah (kapak perimbas, alat serpih).

Alat-alat dari batu sudah halus dan diasah, seperti kapak persegi, mata panah, dan gerabah untuk menyimpan makanan.

Struktur Sosial

Kelompok kecil dengan pembagian kerja sederhana, sangat bergantung pada alam.

Masyarakat lebih kompleks dengan pembagian kerja yang lebih spesifik, seperti petani, peternak, dan pembuat alat.

Sistem Ekonomi

Subsistem alamiah, berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Produksi surplus dimungkinkan, yang mendorong sistem barter dan perdagangan antar komunitas.

Dampak Populasi

Populasi cenderung rendah karena keterbatasan sumber daya alam yang dapat dibawa.

Peningkatan populasi signifikan karena ketersediaan makanan yang lebih stabil.

 

e.  Pembiasaan Manusia Zaman Praaksara (Masa Perundagian)

1)   Pengertian Masa Perundagian

Masa Perundagian adalah periode akhir dari zaman praaksara di mana manusia sudah memiliki keahlian dalam membuat peralatan dari bahan logam, seperti perunggu dan besi, selain dari batu. Istilah "perundagian" berasal dari kata undagi, yang berarti seseorang atau sekelompok orang yang memiliki keahlian khusus dalam membuat suatu barang. Pada masa ini, masyarakat sudah sangat terorganisir dan mengenal spesialisasi pekerjaan.

2)   Peralatan Hidup & Fungsi

Peralatan

Bahan Dasar

Fungsi

Nekara

Perunggu

Digunakan dalam upacara keagamaan, terutama untuk memanggil hujan, serta sebagai simbol status sosial.

Moko

Perunggu

Bentuknya menyerupai nekara tetapi lebih ramping, berfungsi sebagai mas kawin dan alat upacara adat.

Kapak Corong

Perunggu

Sejenis kapak yang bagian atasnya berbentuk corong, digunakan sebagai perkakas dan alat upacara.

Candrasa

Perunggu

Kapak berbentuk bulan sabit, berfungsi sebagai alat upacara keagamaan dan simbol kebesaran.

Manik-manik

Batu, tanah liat, kaca

Digunakan sebagai perhiasan dan alat tukar.

3)   Contoh Pembiasaan pada Masa Perundagian

Salah satu contoh pembiasaan yang paling menonjol pada masa ini adalah sistem kepercayaan animisme dan dinamisme yang semakin kompleks. Mereka percaya bahwa roh nenek moyang dan kekuatan gaib dapat mendiami benda-benda, terutama benda-benda dari perunggu yang dibuat secara ritual. Benda-benda seperti nekara tidak hanya digunakan dalam upacara, tetapi juga dianggap memiliki kekuatan magis untuk mendatangkan hujan dan kesuburan, menunjukkan adanya perpaduan antara teknologi canggih dan keyakinan spiritual yang kuat.

4)   Pembiasaan Manusia Zaman Praaksara (Masa Perundagian)

Aspek

Pembiasaan

Pola Kehidupan

 Hidup Menetap: Terbentuknya perkampungan yang teratur dan lebih besar.

 Sistem Kemasyarakatan: Munculnya pembagian kerja dan stratifikasi sosial yang lebih jelas berdasarkan keahlian (undagi, petani, pedagang).

 Perdagangan: Terjalinnya hubungan dagang antar wilayah, bahkan antar pulau, dengan sistem barter.

Teknologi & Peralatan

 Kemampuan Mengolah Logam: Menguasai teknik peleburan logam, khususnya perunggu dan besi. Teknik yang dikenal adalah bivalve (cetakan setangkup) dan a cire perdue (cetakan lilin).

Sistem Kepercayaan

 Animisme & Dinamisme yang Kompleks: Kepercayaan pada roh dan kekuatan gaib masih kuat, diwujudkan melalui benda-benda upacara dari perunggu.

 Sistem Penguburan: Adanya penguburan primer dan sekunder, serta pembuatan peti kubur batu (sarkofagus) yang menunjukkan upacara kematian yang rumit.

Kesenian

 Seni Ukir: Terdapat seni ukir yang khas pada benda-benda perunggu seperti nekara dan moko, dengan motif geometris dan figuratif.

 

 f. Jenis Manusia Zaman Praaksara di Indonesia

Masa Kehidupan

Jenis Manusia

Tempat Fosil Ditemukan

Tahun Ditemukan

Penemu

Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana (Paleolitikum)

Meganthropus Paleojavanicus

Sangiran, Jawa Tengah

1941

G.H.R. von Koenigswald

Pithecanthropus Erectus

Trinil, Jawa Timur

1891

Eugene Dubois

Pithecanthropus Mojokertensis

Perning, Mojokerto, Jawa Timur

1936

G.H R. von Koenigswald

Pithecanthropus Soloensis

Ngandong, Jawa Tengah

1931-1934

C. Ter Haar, W.F.F. Oppenoorth, J.R. van Koenigswald

Homo Erectus

Sangiran, Jawa Tengah

1937

R. von Koenigswald

Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut (Mesolitikum)

Homo Wajakensis

Wajak, Tulungagung, Jawa Timur

1889

Eugene Dubois

Homo Soloensis

Ngandong, Jawa Tengah

1931-1934

C. ter Haar, W.F.F. Oppenoorth, J.R. van Koenigswald

Homo Floresiensis

Liang Bua, Flores, Nusa Tenggara Timur

2003

Tim Gabungan Arkeolog Australia & Indonesia (Peter Brown & Thomas Sutikna)

Bercocok Tanam (Neolitikum)

Ras Proto-Melayu  (Mulai muncul kelompok yang merupakan nenek moyang suku bangsa modern di Indonesia, seperti suku Dayak, Toraja, Sasak, dan Nias)

Jejak populasi berupa artefak dan peninggalan. tersebar luas di seluruh Indonesia, (tidak ditemukan fosil spesifik)

-

-

Perundagian     (Zaman Logam)

Ras Deutero-Melayu

(Merupakan keturunan dari ras sebelumnya yang berkembang dan memiliki kemampuan teknologi yang lebih maju)

Jejak populasi berupa artefak dan peninggalan. tersebar luas di seluruh Indonesia, (tidak ditemukan fosil spesifik)

-

-


---------  Selamat Belajar  ---------