IPS
7 Tema 2B
Pembiasaan
Diri untuk Melestarikan Lingkungan
(Penyusun
: Amir Alamsyah, S.Pd._SMP Negeri 1 Bandungan)
1.
Kebiasaan
yang dapat dilakukan untuk melestarikan sumber daya udara
Upaya Pelestarian Sumber Daya Udara |
Contoh Kegiatan |
Mengurangi & Menghindari Gas-Gas
Kimia |
Menggunakan produk rumah tangga
yang tidak mengandung aerosol, CFC, atau bahan kimia berbahaya lainnya.
Memastikan ventilasi udara yang baik saat menggunakan produk pembersih. |
Menanam Pohon di Berbagai Tempat |
Melakukan reboisasi di lahan
kritis, menanam pohon di sepanjang jalan, dan membuat hutan kota. |
Menanam Tanaman Hias |
Meletakkan tanaman hias seperti
lidah mertua, sirih gading, atau spider plant di dalam ruangan untuk membantu
menyerap polutan. |
Mengupayakan Pengurangan Pembuangan
Gas-Gas Sisa Pembakaran |
Memasang alat pengubah katalitik
pada knalpot kendaraan, menggunakan teknologi scrubber pada
cerobong asap pabrik, dan mengoptimalkan efisiensi pembakaran mesin. |
Membangun Cerobong Asap yang Tinggi |
Membangun cerobong asap industri
dengan ketinggian yang memadai untuk menyebarkan gas buang agar tidak
terkonsentrasi di permukaan. |
Mengurangi Asap Kendaraan
Transportasi |
Melakukan servis rutin kendaraan,
memilih kendaraan dengan emisi rendah, dan menggunakan transportasi publik. |
Bersepeda atau Berjalan Kaki |
Menggunakan sepeda atau berjalan
kaki untuk perjalanan jarak dekat, terutama saat beraktivitas di dalam kota. |
Penyaringan Asap Sebelum Dibuang ke
Udara |
Menerapkan teknologi pengendali
polusi udara, seperti alat filter partikel, pada sumber-sumber emisi
industri. |
Mengurangi Pemakaian Bahan Bakar
Fosil |
Beralih ke sumber energi terbarukan
seperti tenaga surya, angin, atau air. Menggunakan kendaraan listrik atau
hybrid. |
Sosialisasi Pelestarian Udara &
Cinta Lingkungan |
Mengadakan kampanye publik tentang
bahaya polusi udara, mengadakan workshop tentang cara membuat kompos, dan
mengedukasi anak-anak di sekolah tentang pentingnya menjaga lingkungan. |
2. Kebiasaan yang dapat dilakukan untuk
melestarikan sumber daya air
Upaya Pelestarian Sumber Daya Air |
Contoh Kegiatan |
Pengendalian Pencemaran Air |
Meminimalkan penggunaan bahan kimia
berbahaya seperti pestisida dan detergen yang mengandung fosfat. Mengolah
limbah rumah tangga dan industri sebelum dibuang ke perairan. |
Melindungi & Melestarikan Sumber Air |
Menjaga kebersihan sungai, danau,
dan mata air. Melindungi daerah resapan air dengan tidak membangun di wilayah
tersebut. |
Pengawetan Air |
Menghemat penggunaan air sehari-hari,
seperti mematikan keran saat tidak digunakan dan menggunakan shower
saat mandi. Melakukan panen air hujan dengan menampungnya di bak penampungan. |
Melakukan Konservasi pada Semua Sumber Air |
Menjaga kelestarian hutan sebagai
daerah tangkapan air. Melakukan reboisasi di hulu sungai untuk mencegah erosi
dan meningkatkan penyerapan air. |
Tidak Membuang Sampah ke Sungai |
Membuang sampah pada tempatnya,
bukan di sungai atau saluran air, untuk mencegah penyumbatan dan pencemaran
air. |
Membuat Lubang Resapan Biopori |
Membuat lubang biopori di halaman
rumah atau taman untuk mempercepat penyerapan air hujan ke dalam tanah,
sehingga meningkatkan cadangan air tanah. |
Menggunakan Detergen Ramah Lingkungan |
Memilih detergen yang mudah terurai
dan tidak mengandung zat kimia berbahaya agar tidak mencemari sumber air. |
3. Kebiasaan yang dapat dilakukan
untuk melestarikan sumber daya tanah
Upaya Pelestarian Sumber Daya
Tanah |
Contoh Kegiatan |
Penghijauan |
Melakukan reboisasi di lahan gundul
dan menanam pohon di area terbuka untuk mencegah erosi. |
Mengurangi Pencemaran Tanah |
Mengolah limbah pabrik dan rumah
tangga dengan benar, serta tidak membuang bahan kimia berbahaya langsung ke
tanah. |
Menggunakan Pupuk Kimia secara Bijaksana |
Menggunakan pupuk sesuai dosis yang
dianjurkan dan mengkombinasikannya dengan pupuk organik. |
Penanaman secara Bergilir / Rotasi Tanaman |
Menanam jenis tanaman yang berbeda
secara berurutan pada lahan yang sama untuk menjaga unsur hara tanah.
Contohnya, setelah panen jagung, menanam kacang-kacangan. |
Membuat Kanopi Alami bagi Tanah |
Menanam tanaman penutup tanah (cover
crop) atau memanfaatkan sisa-sisa tanaman setelah panen untuk melindungi
permukaan tanah dari paparan matahari dan hujan. |
Menerapkan Wanatani (Agroforestri) |
Mengkombinasikan penanaman pohon
dengan tanaman pangan di lahan yang sama untuk meningkatkan produktivitas dan
mencegah erosi. |
Menggunakan Soil Conditioner |
Menambahkan bahan organik seperti
kompos atau pupuk kandang ke dalam tanah untuk memperbaiki struktur dan
kesuburan tanah. |
Tidak Membuang Sampah Sembarangan |
Membuang sampah pada tempatnya,
terutama sampah anorganik yang sulit terurai, untuk mencegah pencemaran
tanah. |
Menggunakan Pupuk Organik |
Memakai kompos, pupuk kandang, atau
pupuk hijau untuk memperbaiki tekstur dan kesuburan tanah secara alami. |
4. Pembiasaan Manusia Zaman Praaksara
a. Pengertian Zaman Praaksara
Zaman Praaksara adalah masa kehidupan
manusia sebelum mereka mengenal tulisan. Istilah ini berasal dari kata
"pra" yang berarti "sebelum" dan "aksara" yang
berarti "tulisan". Oleh karena itu, semua informasi dan pengetahuan
pada masa ini diwariskan secara lisan, dan bukti-bukti kehidupan manusia purba
ditemukan melalui artefak seperti alat-alat batu, lukisan gua, dan sisa-sisa
fosil.
b. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Tingkat Sederhana
1) Pengertian
Masa Berburu dan
Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana adalah periode awal kehidupan manusia purba, yang sering disebut Zaman
Paleolitikum (Zaman Batu Tua). Pada masa ini, manusia sepenuhnya bergantung
pada alam untuk bertahan hidup. Mereka belum mengenal cara bercocok tanam atau
beternak. Pembiasaan hidup mereka didorong oleh kebutuhan mendesak untuk
mencari makanan, sehingga mereka hidup secara nomaden atau berpindah-pindah.
2) Contoh Pembiasaan pada Masa Berburu
dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Salah satu contoh pembiasaan paling menonjol pada masa ini adalah
kehidupan nomaden. Manusia purba tidak memiliki tempat tinggal tetap.
Mereka akan tinggal sementara di gua-gua atau di bawah pohon besar. Begitu
sumber makanan di suatu tempat habis, seperti hewan buruan yang pindah atau
buah-buahan musiman yang tidak lagi berbuah, mereka akan segera berpindah ke
lokasi lain yang memiliki sumber daya alam melimpah.
3) Peralatan Hidup Manusia Zaman
Praaksara Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana dan Fungsi
Peralatan |
Fungsi |
Kapak Perimbas
(Chopper) |
Digunakan untuk
memotong kayu, memecah tulang, dan menguliti binatang hasil buruan. |
Alat Serpih
(Flakes) |
Berfungsi sebagai
pisau untuk mengiris daging, memotong umbi-umbian, serta sebagai penusuk dan
penggores. |
Kapak Genggam |
Digunakan untuk
menggali ubi, memotong daging binatang buruan, dan memecah batu. |
Pahat Genggam |
Digunakan untuk
mengolah kayu, tulang, atau bahan keras lainnya. |
Alat-alat dari
Tulang |
Dimanfaatkan
sebagai alat penusuk, mata tombak, atau untuk mengorek ubi dan keladi dari
dalam tanah. |
4) Pembiasaan Manusia Zaman Praaksara
Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Aspek |
Pembiasaan |
Pola Kehidupan |
• Nomaden: Hidup berpindah-pindah
mengikuti ketersediaan sumber makanan dan hewan buruan. • Hidup Berkelompok Kecil: Tinggal
dalam kelompok-kelompok kecil (sekitar 10-15 orang) untuk memudahkan
perburuan dan perlindungan. • Ketergantungan pada Alam: Sumber
makanan utama berasal dari berburu hewan liar dan mengumpulkan umbi-umbian,
buah-buahan, serta dedaunan dari hutan. |
Teknologi & Peralatan |
• Alat Batu Kasar: Menggunakan
alat-alat dari batu yang masih kasar dan belum diasah, seperti kapak
perimbas dan alat serpih (flakes). • Alat Sederhana Lainnya: Memanfaatkan
tulang-belulang hewan dan kayu untuk membuat alat penusuk dan alat bantu
lainnya. |
Sistem Sosial |
• Pembagian Kerja Sederhana: Sudah ada
pembagian tugas berdasarkan jenis kelamin, di mana laki-laki bertugas berburu
dan perempuan bertugas mengumpulkan makanan dan merawat anak. |
c. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
1) Pengertian
Masa Berburu dan Mengumpulkan
Makanan Tingkat Lanjut atau Mesolitikum (Zaman Batu Tengah) merupakan periode transisi
dari pola hidup nomaden ke semi-menetap. Pada masa ini, manusia purba masih
mengandalkan berburu dan mengumpulkan makanan, tetapi kemampuan dan peralatan
mereka sudah lebih maju dibandingkan masa sebelumnya. Mereka sudah mulai
tinggal di gua-gua atau ceruk-ceruk karang yang berdekatan dengan sumber air
dan makanan.
2) Contoh Pembiasaan pada Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Salah satu contoh
pembiasaan paling signifikan pada masa ini adalah mulai ditemukannya sampah
dapur atau kjokkenmoddinger. Sampah ini berupa tumpukan kulit kerang
dan siput yang menggunung dan menunjukkan bahwa manusia purba pada masa ini
sudah tinggal di satu tempat untuk waktu yang lebih lama. Keberadaan
kjokkenmoddinger di sepanjang pesisir pantai timur Sumatra adalah bukti kuat
bahwa mereka telah memiliki pola hidup semi-menetap.
3) Peralatan Hidup Manusia Zaman Praaksara Masa Berburu dan Mengumpulkan
Makanan Tingkat Lanjut dan Fungsi
Peralatan |
Fungsi |
Peralatan Batu (Mikrolit) |
Digunakan sebagai mata panah dan
mata tombak. Bentuknya kecil, runcing, dan diasah halus untuk meningkatkan
daya tusuk. |
Alat Serpih (Flakes) |
Berfungsi sebagai pisau, alat
pengiris daging, dan pengolah bahan makanan. Dibuat dengan teknik yang lebih
presisi dibandingkan masa sebelumnya. |
Peralatan Tulang & Tanduk |
Dipakai sebagai mata tombak, mata
kail, dan alat penusuk yang lebih tajam. Pemanfaatan bahan ini menunjukkan
kemampuan manusia purba untuk mengolah material selain batu. |
Pipisan dan Batu Penggiling |
Digunakan untuk menghaluskan
biji-bijian, umbi-umbian, dan bahan makanan lainnya. Alat ini merupakan bukti
awal adanya pengolahan makanan yang lebih maju. |
4) Pembiasaan Manusia Zaman
Praaksara Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Aspek |
Pembiasaan |
Pola Kehidupan |
• Semi-Nomaden:
Mulai hidup menetap sementara di gua-gua atau ceruk-ceruk karang (Abris Sous
Roche). • Menguasai
Lingkungan: Lebih memahami musim dan pola migrasi hewan, memungkinkan
perburuan yang lebih efektif. • Munculnya
Sampah Dapur: Terdapat bukti berupa sisa-sisa kulit kerang dan siput yang
menumpuk (kjokkenmoddinger), menunjukkan tempat tinggal yang lebih permanen. |
Teknologi &
Peralatan |
• Alat
Batu Lebih Halus: Menggunakan batu-batu kecil (mikrolit) dan mata
panah yang diasah lebih halus dan digunakan sebagai alat bantu. • Alat
dari Tulang dan Tanduk: Memanfaatkan tulang dan tanduk hewan untuk
membuat alat-alat seperti ujung tombak, mata kail, dan alat penusuk. |
Sistem
Kepercayaan & Seni |
• Seni Lukis Dinding: Mengembangkan
seni lukis dinding gua yang tidak hanya menggambarkan perburuan, tetapi juga
cap tangan dan figur manusia sebagai bagian dari ritual atau simbol
kepercayaan. • Ritual Penguburan: Adanya ritual
penguburan yang lebih kompleks, seperti posisi jongkok pada jenazah, yang
menunjukkan pemahaman spiritual yang lebih maju. |
d. Pembiasaan Manusia Zaman
Praaksara Masa Bercocok Tanam
1) Pengertian Masa Bercocok Tanam
Masa Bercocok Tanam atau Revolusi Neolitikum
adalah periode penting dalam sejarah manusia praaksara. Pada masa ini, manusia
mulai meninggalkan pola hidup nomaden dan beralih ke kehidupan menetap.
Perubahan mendasar ini terjadi karena mereka tidak lagi hanya mengandalkan
alam, tetapi sudah mampu menghasilkan makanan sendiri dengan cara bertani dan
beternak. Hal ini membuat mereka bisa mendirikan pemukiman permanen, yang
kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya masyarakat dan kebudayaan yang lebih
kompleks.
2) Peralatan Hidup & Fungsi
Peralatan |
Fungsi |
Kapak Persegi |
Digunakan untuk mengolah tanah dan memotong kayu. Bentuknya yang
diasah halus dan memiliki sudut persegi menunjukkan kemampuan teknologi yang
lebih maju. |
Kapak Lonjong |
Digunakan untuk menggarap ladang dan memotong tanaman. Bentuknya yang
lonjong dan diasah halus lebih ergonomis untuk keperluan pertanian. |
Beliung |
Alat untuk menggali dan mengolah tanah, mirip cangkul sederhana. |
Gerabah |
Dibuat dari tanah liat yang dibakar, berfungsi sebagai wadah untuk
menyimpan bahan makanan, air, dan hasil panen. |
Mata Panah dan
Pisau dari Batu |
Digunakan untuk berburu dan memotong bahan makanan, namun dengan
kualitas yang lebih baik dan diasah lebih halus. |
3) Contoh Pembiasaan pada Masa Bercocok
Tanam
Salah satu contoh
pembiasaan yang paling menonjol pada masa ini adalah sistem kepercayaan
animisme dan dinamisme. Manusia pada masa ini percaya bahwa roh nenek
moyang atau kekuatan gaib mendiami benda-benda tertentu, terutama yang
berhubungan dengan pertanian dan kesuburan tanah. Mereka melakukan upacara
ritual untuk meminta kesuburan lahan, hasil panen yang melimpah, dan
perlindungan dari bencana alam, menunjukkan hubungan erat antara kepercayaan
dan aktivitas pertanian mereka.
4) Tabel Pembiasaan Manusia Zaman
Praaksara Masa Bercocok Tanam
Aspek |
Pembiasaan |
Pola Kehidupan |
• Hidup menetap (Sedenter): Mendirikan
pemukiman permanen karena adanya ketersediaan sumber makanan yang stabil dari
pertanian. • Bercocok tanam dan beternak: Mampu
menghasilkan makanan sendiri (food producing) dan tidak lagi sepenuhnya
bergantung pada alam. |
Teknologi &
Peralatan |
• Alat-alat batu halus: Menggunakan
kapak persegi, kapak lonjong, dan beliung yang diasah halus untuk pertanian
dan kehidupan sehari-hari. • Penggunaan gerabah: Membuat wadah
dari tanah liat untuk menyimpan makanan dan air, menandai perkembangan
kerajinan tangan. |
Sistem Sosial |
• Masyarakat
Teratur: Terbentuknya komunitas yang lebih besar dengan struktur sosial
dan pembagian kerja yang lebih jelas. • Mengenal
barter: Mulai melakukan pertukaran barang atau hasil panen dengan
kelompok lain. |
Kepercayaan |
• Animisme:
Percaya pada roh nenek moyang yang mendiami benda-benda alam. • Dinamisme:
Percaya pada kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu. |
Revolusi Neolitikum atau revolusi pertanian, menandai transisi
signifikan dari gaya hidup berburu-meramu nomaden ke kehidupan menetap, yang memungkinkan
perkembangan peradaban. Perubahan ini dianggap revolusioner karena membawa
transformasi menyeluruh pada cara hidup, teknologi, dan struktur sosial
manusia.
Masa Berburu &
Meramu vs. Masa Bercocok Tanam
Aspek Perubahan |
Masa Berburu & Meramu (Paleolitikum) |
Masa Bercocok Tanam (Neolitikum) |
Pola Hidup |
Nomaden atau berpindah-pindah, mengikuti
pergerakan hewan buruan dan ketersediaan buah-buahan. |
Menetap (sedentair), membangun pemukiman
permanen dekat sumber air untuk bertani dan beternak. |
Sumber Makanan |
Konsumtif; bergantung sepenuhnya pada alam
dengan berburu, memancing, dan mengumpulkan hasil hutan. |
Produktif; menciptakan sumber makanan
sendiri melalui pertanian dan peternakan. |
Teknologi & Peralatan |
Alat-alat dari batu masih kasar
dan belum diasah (kapak perimbas, alat serpih). |
Alat-alat dari batu sudah halus
dan diasah, seperti kapak persegi, mata panah, dan gerabah untuk menyimpan
makanan. |
Struktur Sosial |
Kelompok kecil dengan pembagian
kerja sederhana, sangat bergantung pada alam. |
Masyarakat lebih kompleks dengan pembagian
kerja yang lebih spesifik, seperti petani, peternak, dan pembuat alat. |
Sistem Ekonomi |
Subsistem alamiah, berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. |
Produksi surplus dimungkinkan, yang mendorong
sistem barter dan perdagangan antar komunitas. |
Dampak Populasi |
Populasi cenderung rendah karena
keterbatasan sumber daya alam yang dapat dibawa. |
Peningkatan populasi signifikan karena ketersediaan
makanan yang lebih stabil. |
e. Pembiasaan Manusia Zaman
Praaksara (Masa Perundagian)
1) Pengertian Masa Perundagian
Masa Perundagian adalah periode akhir dari zaman
praaksara di mana manusia sudah memiliki keahlian dalam membuat peralatan dari
bahan logam, seperti perunggu dan besi, selain dari batu. Istilah
"perundagian" berasal dari kata undagi, yang berarti seseorang
atau sekelompok orang yang memiliki keahlian khusus dalam membuat suatu barang.
Pada masa ini, masyarakat sudah sangat terorganisir dan mengenal spesialisasi
pekerjaan.
2) Peralatan Hidup & Fungsi
Peralatan |
Bahan Dasar |
Fungsi |
Nekara |
Perunggu |
Digunakan dalam
upacara keagamaan, terutama untuk memanggil hujan, serta sebagai simbol
status sosial. |
Moko |
Perunggu |
Bentuknya
menyerupai nekara tetapi lebih ramping, berfungsi sebagai mas kawin dan alat
upacara adat. |
Kapak Corong |
Perunggu |
Sejenis kapak
yang bagian atasnya berbentuk corong, digunakan sebagai perkakas dan alat
upacara. |
Candrasa |
Perunggu |
Kapak berbentuk
bulan sabit, berfungsi sebagai alat upacara keagamaan dan simbol kebesaran. |
Manik-manik |
Batu, tanah liat,
kaca |
Digunakan sebagai
perhiasan dan alat tukar. |
3) Contoh Pembiasaan pada Masa
Perundagian
Salah satu contoh
pembiasaan yang paling menonjol pada masa ini adalah sistem kepercayaan
animisme dan dinamisme yang semakin kompleks. Mereka percaya bahwa roh
nenek moyang dan kekuatan gaib dapat mendiami benda-benda, terutama benda-benda
dari perunggu yang dibuat secara ritual. Benda-benda seperti nekara tidak hanya
digunakan dalam upacara, tetapi juga dianggap memiliki kekuatan magis untuk
mendatangkan hujan dan kesuburan, menunjukkan adanya perpaduan antara teknologi
canggih dan keyakinan spiritual yang kuat.
4) Pembiasaan Manusia Zaman Praaksara
(Masa Perundagian)
Aspek |
Pembiasaan |
Pola Kehidupan |
• Hidup Menetap: Terbentuknya
perkampungan yang teratur dan lebih besar. • Sistem Kemasyarakatan: Munculnya
pembagian kerja dan stratifikasi sosial yang lebih jelas berdasarkan keahlian
(undagi, petani, pedagang). • Perdagangan: Terjalinnya hubungan
dagang antar wilayah, bahkan antar pulau, dengan sistem barter. |
Teknologi &
Peralatan |
• Kemampuan Mengolah Logam:
Menguasai teknik peleburan logam, khususnya perunggu dan besi. Teknik yang
dikenal adalah bivalve (cetakan setangkup) dan a cire perdue (cetakan
lilin). |
Sistem
Kepercayaan |
• Animisme & Dinamisme
yang Kompleks: Kepercayaan pada roh dan kekuatan gaib masih kuat,
diwujudkan melalui benda-benda upacara dari perunggu. • Sistem Penguburan:
Adanya penguburan primer dan sekunder, serta pembuatan peti kubur batu
(sarkofagus) yang menunjukkan upacara kematian yang rumit. |
Kesenian |
• Seni Ukir: Terdapat
seni ukir yang khas pada benda-benda perunggu seperti nekara dan moko, dengan
motif geometris dan figuratif. |
f. Jenis Manusia Zaman Praaksara di Indonesia
Masa Kehidupan |
Jenis Manusia |
Tempat Fosil Ditemukan |
Tahun Ditemukan |
Penemu |
Berburu &
Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana (Paleolitikum) |
Meganthropus
Paleojavanicus |
Sangiran, Jawa
Tengah |
1941 |
G.H.R. von
Koenigswald |
Pithecanthropus
Erectus |
Trinil, Jawa
Timur |
1891 |
Eugene Dubois |
|
Pithecanthropus
Mojokertensis |
Perning,
Mojokerto, Jawa Timur |
1936 |
G.H R. von
Koenigswald |
|
Pithecanthropus
Soloensis |
Ngandong, Jawa
Tengah |
1931-1934 |
C. Ter Haar,
W.F.F. Oppenoorth, J.R. van Koenigswald |
|
Homo Erectus |
Sangiran, Jawa
Tengah |
1937 |
R. von
Koenigswald |
|
Berburu &
Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut (Mesolitikum) |
Homo Wajakensis |
Wajak, Tulungagung, Jawa Timur |
1889 |
Eugene Dubois |
Homo Soloensis |
Ngandong, Jawa
Tengah |
1931-1934 |
C. ter Haar,
W.F.F. Oppenoorth, J.R. van Koenigswald |
|
Homo Floresiensis |
Liang Bua, Flores,
Nusa Tenggara Timur |
2003 |
Tim Gabungan
Arkeolog Australia & Indonesia (Peter Brown & Thomas Sutikna) |
|
Bercocok Tanam (Neolitikum) |
Ras Proto-Melayu (Mulai muncul kelompok yang
merupakan nenek moyang suku bangsa modern di Indonesia, seperti suku Dayak,
Toraja, Sasak, dan Nias) |
Jejak populasi
berupa artefak dan peninggalan. tersebar luas di seluruh Indonesia, (tidak ditemukan fosil spesifik) |
- |
- |
Perundagian (Zaman Logam) |
Ras
Deutero-Melayu (Merupakan
keturunan dari ras sebelumnya yang berkembang dan memiliki kemampuan
teknologi yang lebih maju) |
Jejak populasi
berupa artefak dan peninggalan. tersebar luas di seluruh Indonesia, (tidak ditemukan fosil spesifik) |
- |
- |
--------- Selamat Belajar ---------