IPS
7 Tema 1G
Konsep
Dasar Ilmu Sejarah
(Penyusun : Amir Alamsyah, S.Pd._SMP Negeri 1 Bandungan)
1.
Pengertian,
Ciri-Ciri, dan Unsur-Unsur Sejarah
Sejarah merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari peristiwa dan kejadian di masa lampau yang berkaitan dengan
kehidupan manusia. Lebih dari sekadar daftar tanggal dan nama, sejarah berupaya
memahami mengapa peristiwa terjadi, bagaimana dampaknya, dan pelajaran apa yang
bisa dipetik dari masa lalu.
Aspek |
Keterangan Singkat |
Pengertian Sejarah |
Ilmu yang menyelidiki
dan merekam peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kehidupan
manusia, dalam dimensi waktu dan ruang tertentu, dengan
tujuan untuk memahami dinamika perubahan dan keberlanjutan. Sejarah bukan
hanya sekadar kronologi, tetapi juga interpretasi kritis terhadap bukti-bukti
yang ada. |
Ciri-Ciri Sejarah |
a.
Bersifat
Kronologis:
Peristiwa sejarah selalu terjadi dalam urutan waktu tertentu dan disajikan
secara runtut. b.
Unik/Sekali
Terjadi (Uni-Quo Non Bis In Idem):
Setiap peristiwa sejarah adalah kejadian tunggal yang tidak terulang sama
persis, meskipun polanya bisa berulang. c.
Bersifat
Objektif (Ideal):
Sejarawan berusaha mendekati objektivitas dengan menggunakan bukti-bukti yang
valid dan menjauhkan bias pribadi (meskipun objektivitas mutlak sulit
dicapai). d.
Empiris: Berdasarkan pengalaman dan
bukti-bukti nyata (fakta) yang ditemukan dari sumber-sumber. e.
Ideografis: Sejarah bersifat menggambarkan
atau menceritakan suatu peristiwa yang khas dan spesifik, bukan membuat hukum
umum seperti ilmu alam. f.
Berkesinambungan
(Kontinuitas):
Peristiwa masa kini adalah kelanjutan dari peristiwa masa lalu, dan akan
memengaruhi masa depan. g.
Kausalitas: Ada hubungan sebab-akibat antar
peristiwa. |
Unsur-Unsur Sejarah |
a.
Manusia: Sebagai subjek dan objek
sejarah. Manusia adalah pelaku utama yang menciptakan sejarah melalui
aktivitas, pemikiran, dan interaksinya. b.
Waktu
(Kronologi):
Dimensi utama dalam sejarah yang menunjukkan kapan peristiwa terjadi dan
urutan terjadinya. Konsep waktu membantu menghindari anakronisme. c.
Ruang
(Spasial):
Dimensi tempat atau lokasi di mana peristiwa sejarah itu terjadi. Ruang
memberikan konteks geografis bagi peristiwa. d.
Kausalitas
(Sebab-Akibat):
Hubungan antar peristiwa di mana satu kejadian menjadi penyebab bagi kejadian
lain, membentuk mata rantai peristiwa. e.
Perubahan: Dinamika dalam sejarah di mana
ada aspek yang berubah dari waktu ke waktu. f.
Keberlanjutan
(Kontinuitas):
Aspek-aspek tertentu yang tetap bertahan atau berlanjut dari satu periode ke
periode berikutnya, meskipun ada perubahan. |
Memahami
aspek-aspek ini membantu kita untuk tidak hanya mengingat peristiwa, tetapi
juga menafsirkan dan belajar dari jejak langkah peradaban manusia.
2.
Kategori
Sumber Sejarah
Sumber sejarah merupakan
fondasi utama bagi setiap sejarawan untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau.
Tanpa sumber yang kredibel, sejarah hanyalah spekulasi. Sumber-sumber ini dapat
dikategorikan berdasarkan urutan penyampaian (sifat) dan bentuk
(jenis) untuk membantu dalam analisis dan verifikasi.
a.
Sumber
Sejarah Berdasarkan Sifatnya
Dalam
penulisan dan penelitian sejarah, penting untuk mengklasifikasikan
sumber-sumber yang digunakan berdasarkan sifatnya. Klasifikasi ini membantu
menentukan tingkat keandalan dan kedekatan sumber dengan peristiwa yang dikaji.
Ada tiga jenis utama sumber sejarah berdasarkan sifatnya: sumber primer, sumber
sekunder, dan sumber tersier.
Berikut
penjelasan mengenai pengertian dan contoh-contoh dari masing-masing jenis
sumber sejarah:
1) Sumber
Primer
Aspek |
Keterangan |
Contoh-contoh di Indonesia |
Pengertian |
Sumber sejarah yang dibuat
atau berasal dari waktu yang sezaman dengan peristiwa sejarah yang sedang
diteliti. Sumber ini merupakan kesaksian langsung atau bukti asli dari
orang yang terlibat, menyaksikan, atau mengalami peristiwa tersebut. Sumber
primer memiliki nilai otentisitas dan keandalan paling tinggi dalam
penelitian sejarah. |
a)
Arsip
kolonial Belanda (VOC atau Hindia Belanda): Dokumen-dokumen resmi, laporan, surat-menyurat,
perjanjian, atau peta yang dibuat oleh pemerintahan kolonial pada saat itu,
misalnya laporan kondisi perkebunan kopi di Ungaran abad ke-19. b)
Prasasti: Tulisan di batu atau logam yang
dibuat pada masa lampau, seperti Prasasti Canggal (732 M) di Jawa Tengah. c)
Buku
harian atau memoar:
Catatan pribadi tokoh sejarah yang ditulis pada masa peristiwa itu terjadi,
contohnya buku harian Jenderal Sudirman saat perang kemerdekaan, catatan pribadi Ir. Soekarno, Biografi RA. Kartini. d)
Foto
atau video asli:
Rekaman visual dari suatu peristiwa, rekaman wawancara langsung dengan pelaku sejarah, misalnya foto proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945. e)
Artefak
dan benda purbakala:
Candi (misalnya Candi Gedong Songo dekat Ungaran), patung, alat-alat rumah
tangga dari masa lalu. f)
Catatan
rapat BPUPKI atau PPKI:
Mendokumentasikan proses perumusan konstitusi Indonesia secara langsung. g) Kitab atau Manuskrip Kuno: Kitab Pararaton, Kitab Negarakertagama, Serat Centini. |
2) Sumber Sekunder
Aspek |
Keterangan |
Contoh-contoh di Indonesia |
Pengertian |
Sumber sejarah yang dibuat
setelah peristiwa terjadi, dan umumnya merupakan interpretasi,
analisis, atau ulasan yang didasarkan pada sumber-sumber primer. Penulis
sumber sekunder tidak terlibat langsung atau menyaksikan peristiwa, melainkan
mengkaji dan merangkum informasi dari sumber primer. |
a)
Buku
sejarah:
Misalnya, "Sejarah Nasional Indonesia" jilid I-VI yang disusun oleh
tim sejarawan berdasarkan berbagai sumber primer. b)
Artikel
jurnal ilmiah:
Artikel yang membahas dan menganalisis suatu peristiwa sejarah berdasarkan
penelitian terhadap sumber primer. c)
Skripsi,
tesis, atau disertasi:
Karya ilmiah mahasiswa yang mengkaji topik sejarah menggunakan sumber primer
dan sekunder. d)
Biografi
tokoh sejarah:
Ditulis oleh penulis yang tidak sezaman dengan tokoh tersebut, tetapi
berdasarkan penelitian terhadap dokumen, surat, atau wawancara dengan orang
yang sezaman. e)
Ulasan
buku sejarah:
Resensi atau kritik terhadap buku sejarah lain. |
3) Sumber Tersier
Aspek |
Keterangan |
Contoh-contoh di Indonesia |
Pengertian |
Sumber sejarah yang merupakan
kompilasi, ringkasan, atau indeks dari sumber primer dan sekunder. Sumber
ini tidak memberikan informasi baru, melainkan membantu menemukan
sumber-sumber lain atau memberikan gambaran umum yang sangat ringkas. Sumber
tersier jarang digunakan sebagai bukti utama dalam penelitian sejarah
mendalam. |
a)
Ensiklopedia: Seperti Ensiklopedia Nasional
Indonesia yang merangkum berbagai topik sejarah. b)
Buku
teks sejarah sekolah:
Memberikan rangkuman peristiwa sejarah yang disederhanakan untuk tujuan
pengajaran. c)
Bibliografi
atau indeks:
Daftar pustaka yang mengarahkan pada sumber-sumber primer dan sekunder
terkait suatu topik. d)
Katalog
perpustakaan:
Daftar buku atau arsip yang tersedia. |
Dalam praktik penelitian sejarah, sejarawan selalu berusaha untuk mengutamakan penggunaan sumber primer karena kedekatannya dengan peristiwa yang sebenarnya. Sumber sekunder dan tersier berfungsi sebagai alat bantu untuk memahami konteks, menemukan sumber primer, atau mendapatkan gambaran awal tentang suatu topik.
b.
Sumber
sejarah berdasarkan bentuk/jenisnya
1) Sumber
Sejarah Tertulis
Sumber
sejarah tertulis adalah
segala bentuk informasi atau data mengenai masa lalu yang disajikan dalam
bentuk tulisan atau teks. Sumber-sumber ini sangat penting bagi sejarawan
karena menyediakan bukti langsung dari peristiwa, pemikiran, dan kondisi sosial
pada suatu periode waktu.
Berikut
penjelasan mengenai berbagai jenis sumber sejarah tertulis, lengkap dengan
pengertian dan contohnya:
Jenis
Sumber Tertulis |
Pengertian |
Contoh di Indonesia |
Notula Rapat |
Catatan singkat mengenai jalannya
suatu rapat atau pertemuan. Isinya mencakup topik yang dibahas, keputusan
yang diambil, pihak yang hadir, serta poin-poin penting lainnya. Notula
berfungsi sebagai rekam jejak resmi dari suatu diskusi atau pengambilan
keputusan. |
a)
Notula
rapat RT/RW di Ungaran:
Mencatat keputusan mengenai iuran keamanan, jadwal kerja bakti, atau rencana
perbaikan fasilitas umum di lingkungan. b)
Notula
rapat Badan Perwakilan Desa (BPD) di Kabupaten Semarang: Mendokumentasikan pembahasan
APBDes atau peraturan desa. c)
Notula
rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI): Mencatat perdebatan dan
keputusan penting dalam perumusan dasar negara Indonesia. |
Laporan-laporan |
Dokumen yang berisi informasi
terperinci mengenai suatu kegiatan, penelitian, peristiwa, atau kondisi
tertentu. Laporan umumnya disusun secara sistematis dan bertujuan untuk
memberikan gambaran lengkap serta hasil dari suatu pekerjaan. |
a)
Laporan
pertanggungjawaban kegiatan Karang Taruna di Ungaran: Merinci kegiatan yang telah
dilakukan, anggaran yang digunakan, dan hasil yang dicapai. b)
Laporan
tahunan kinerja Pemerintah Kabupaten Semarang: Berisi data dan analisis
mengenai pembangunan, keuangan daerah, dan pelayanan publik. c)
Laporan
hasil penelitian arkeologi di situs Liyangan, Temanggung (Jawa Tengah): Mendokumentasikan temuan, metode
penelitian, dan interpretasi tentang peradaban kuno. |
Surat Menyurat |
Dokumen komunikasi tertulis
antara dua pihak atau lebih (individu, organisasi, pemerintah) yang berisi
pesan, informasi, permintaan, atau keputusan. Surat menyurat merefleksikan
interaksi dan hubungan pada suatu masa. |
a)
Surat
dinas dari Kantor Bupati Semarang kepada Kepala Desa di Ungaran: Mengenai edaran kebijakan baru
atau instruksi pembangunan. b)
Surat-surat
pribadi antara tokoh pergerakan nasional: Mengungkapkan pemikiran, strategi, atau kondisi
sosial-politik pada masa kolonial. c)
Korespondensi
antara pedagang rempah di Semarang dengan pedagang di Eropa pada abad ke-17: Menunjukkan pola perdagangan dan
komoditas utama. |
Surat Kabar |
Publikasi cetak periodik yang
berisi berita, artikel, opini, dan iklan mengenai peristiwa terkini, kondisi
sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Surat kabar menjadi cermin masyarakat
pada waktu penerbitannya. |
a)
Surat
kabar "De Locomotief" (surat kabar berbahasa Belanda yang terbit di
Semarang pada masa kolonial):
Memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat kolonial dan pergerakan
nasional di Jawa Tengah. b)
Surat
kabar "Suara Merdeka" (terbit di Semarang, Jawa Tengah): Berita-berita lokal dan
nasional, termasuk peristiwa di Ungaran pada dekade tertentu. c)
Koran-koran
lama dari masa kemerdekaan:
Mengungkapkan bagaimana peristiwa proklamasi atau perjuangan fisik
diberitakan. |
Catatan Pribadi |
Tulisan yang dibuat oleh individu
untuk keperluan pribadi, seperti buku harian (diari), memo, jurnal, atau
surat yang tidak dimaksudkan untuk publikasi luas. Catatan ini seringkali
berisi pandangan subjektif, pengalaman, pemikiran, dan perasaan penulisnya. |
a)
Buku
harian seorang warga Ungaran pada masa pendudukan Jepang: Mencatat pengalaman sehari-hari,
kesulitan hidup, atau ketakutan selama perang. b)
Jurnal
perjalanan seorang saudagar dari Jawa ke Sumatera pada abad ke-18: Menggambarkan rute perdagangan,
komoditas, dan interaksi dengan masyarakat lokal. c)
Memo
pribadi seorang politikus:
Mengungkapkan strategi politik atau pandangan jujur tentang rekan kerja yang
tidak diungkapkan secara publik. |
Sumber-sumber tertulis ini menyediakan "jendela" bagi sejarawan untuk merekonstruksi dan memahami peristiwa masa lalu dengan lebih mendalam, karena sifatnya yang konkret dan seringkali dapat diverifikasi.
2) Jenis-jenis sumber sejarah berdasarkan
bentuknya berupa sumber benda, sumber rekaman, sejarah lisan
Jenis
Sumber Sejarah |
Pengertian |
Contoh-contoh di Indonesia |
Sumber Benda (Artefak) |
Sumber sejarah berupa peninggalan
fisik atau material yang diciptakan atau digunakan oleh manusia di masa
lampau. Sumber ini memberikan bukti konkret tentang kebudayaan, teknologi,
dan kehidupan masyarakat. |
a)
Candi: Misalnya, Candi Gedong Songo
di dekat Ungaran, Candi Borobudur, atau Candi Prambanan,
menunjukkan arsitektur dan kepercayaan masa lampau. b)
Alat-alat
kehidupan:
Gerabah, kapak batu, perhiasan, mata uang kuno, yang ditemukan di situs
arkeologi. c)
Pakaian
adat atau senjata tradisional:
Memberikan informasi tentang kebudayaan dan teknologi masa lalu. d)
Patung
dan arca:
Seperti arca-arca di museum atau yang ditemukan di situs-situs purbakala. |
Sumber Rekaman (Dokumen, Audio,
Visual) |
Sumber sejarah yang menyimpan
informasi dalam bentuk tertulis, audio (suara), atau visual (gambar/video).
Sumber ini seringkali lebih terperinci dan dapat memberikan gambaran langsung
dari peristiwa atau pemikiran pada masanya. |
a)
Sumber
Tertulis: ·
Prasasti: Prasasti Canggal (732 M)
di Jawa Tengah. ·
Naskah
kuno: Kitab Negarakertagama,
Pararaton, Babad Tanah Jawi. ·
Arsip
resmi: Dokumen VOC,
surat-surat pemerintah kolonial Belanda mengenai regulasi pertanian di
Ungaran. ·
Surat
kabar/Majalah:
Koran "De Locomotief" (terbit di Semarang), "Suara
Merdeka" lama yang memberitakan kejadian di Ungaran. ·
Catatan
pribadi: Buku
harian atau surat-menyurat tokoh sejarah. b)
Sumber
Audio: Rekaman
pidato Soekarno, lagu-lagu perjuangan, rekaman wawancara dengan
veteran. c)
Sumber
Visual: Foto
proklamasi kemerdekaan, video dokumenter perang, film-film lama tentang
kehidupan masyarakat di masa lampau. |
Sumber Lisan |
Informasi sejarah yang didapatkan
melalui penuturan atau kesaksian langsung dari individu yang mengalami
atau menyaksikan peristiwa masa lampau, atau dari cerita yang diwariskan
secara turun-temurun. |
a)
Saksi
Sejarah: ·
Veteran
Perang Kemerdekaan:
Penuturan langsung tentang pengalaman bertempur melawan penjajah. ·
Tokoh
masyarakat Ungaran yang berusia lanjut: Kesaksian tentang kondisi sosial-ekonomi Ungaran
pada era 1950-an atau 1960-an. ·
Pelaku
atau saksi peristiwa G30S/PKI:
Memberikan perspektif langsung tentang kejadian tersebut. b)
Tradisi
Lisan: ·
Cerita
Rakyat: Legenda
Rawa Pening, kisah Timun Mas, Bawang Merah Bawang Putih. ·
Mitos: Mitos Dewi Sri, mitos
asal-usul gunung/tempat keramat di sekitar Ungaran. ·
Legenda: Legenda Sangkuriang,
legenda Candi Gedong Songo. ·
Dongeng: Kisah Si Kancil, dongeng fabel
lainnya. ·
Syair
dan Pantun:
Bentuk sastra lisan yang sering mengandung nilai-nilai sejarah atau moral. ·
Puisi
dan nyanyian daerah:
Mengandung cerita atau gambaran kehidupan masa lalu. |
Sejarawan seringkali menggunakan kombinasi dari berbagai jenis sumber ini untuk mendapatkan gambaran yang paling lengkap dan akurat tentang suatu peristiwa atau periode sejarah. Verifikasi dan perbandingan antar sumber (kritik sumber) menjadi sangat penting dalam penelitian sejarah.
3. Jejak Sejarah Lisan di Indonesia
Jejak sejarah lisan merujuk pada segala bentuk
informasi atau data tentang masa lalu yang disampaikan secara turun-temurun
melalui penuturan dari mulut ke mulut. Berbeda dengan sumber tertulis yang
memiliki bukti fisik berupa teks, jejak sejarah lisan mengandalkan ingatan
kolektif dan tradisi bertutur suatu masyarakat. Bentuk-bentuknya sangat beragam
dan mencerminkan kekayaan budaya Nusantara.
Jejak sejarah lisan merupakan salah satu bentuk sumber sejarah yang sangat penting di Indonesia, terutama mengingat kekayaan budaya tutur dan minimnya catatan tertulis di masa lampau. Ini merujuk pada segala informasi atau data mengenai masa lalu yang disampaikan secara turun-temurun melalui penuturan dari mulut ke mulut. Berbeda dari sumber tertulis yang memiliki bukti fisik berupa teks, jejak sejarah lisan mengandalkan ingatan kolektif dan tradisi bertutur suatu masyarakat.
Pengertian
dan Jenis-jenis Jejak Sejarah Lisan
Aspek |
Penjelasan |
Contoh di Indonesia |
Pengertian Jejak Sejarah Lisan |
Segala bentuk pengetahuan,
ingatan, dan pengalaman masa lampau yang diwariskan atau dituturkan
secara verbal dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ini meliputi
cerita, kesaksian, nyanyian, atau ritual yang mengandung informasi historis,
sosial, atau budaya. Meskipun seringkali tidak tercatat dalam bentuk tulisan,
dan bisa mengalami perubahan seiring waktu, ia tetap menjadi jendela penting
ke masa lalu. |
Saat seorang kakek di
Ungaran menceritakan pengalamannya saat zaman penjajahan Belanda kepada
cucunya, atau ketika masyarakat lokal masih melestarikan cerita tentang
asal-usul sebuah danau atau gunung. |
Jenis-jenis Jejak Sejarah Lisan |
Jejak sejarah lisan dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori utama: |
|
Saksi Sejarah |
Penuturan langsung dari individu
yang mengalami atau menyaksikan sendiri peristiwa masa lampau. Sumber ini
bersifat firsthand (tangan pertama) dan sangat berharga untuk mendapatkan
perspektif pribadi serta detail yang mungkin tidak tercatat. |
1)
Wawancara
dengan veteran Perang Kemerdekaan
di Ungaran mengenai perjuangan mereka. 2)
Kesaksian
orang tua atau tokoh masyarakat berusia lanjut di suatu desa tentang kondisi
sosial-ekonomi Ungaran pada era 1950-an atau 1960-an. 3)
Penuturan
seorang penyintas bencana alam (misalnya, letusan gunung berapi)
mengenai pengalamannya. |
Tradisi Lisan |
Cerita atau informasi yang diwariskan
secara turun-temurun dalam bentuk lisan dari generasi ke generasi.
Seringkali anonim dan dapat memiliki beberapa versi karena penyebaran dan
adaptasi di berbagai komunitas. Tradisi lisan mencerminkan nilai,
kepercayaan, dan pandangan dunia masyarakat. |
1)
Cerita
Rakyat: Kisah Rawa
Pening (danau di dekat Ungaran), Malin Kundang, atau Bawang
Merah Bawang Putih. 2)
Mitos: Kepercayaan tentang Dewi Sri
(Dewi Padi), Nyi Roro Kidul, atau mitos asal-usul gunung/tempat
keramat di sekitar Ungaran. 3)
Legenda: Kisah Sangkuriang, asal-usul
nama suatu desa di Kabupaten Semarang (misalnya Ungaran sendiri jika ada
legenda lokalnya), atau Candi Gedong Songo. 4)
Dongeng: Fabel Si Kancil, Anak
Gembala dan Serigala. 5)
Puisi,
Syair, dan Nyanyian Tradisional:
Berisi pesan moral, kisah masa lalu, atau gambaran kehidupan sosial (misalnya
tembang macapat di Jawa). 6)
Pepatah,
Peribahasa, dan Ungkapan Adat:
Mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai yang diturunkan secara lisan. |
a. Jejak Sejarah Lisan di Indonesia berupa Cerita Rakyat
Sejarah
lisan adalah salah
satu sumber sejarah penting, terutama di masyarakat yang tradisi tulisnya belum
berkembang pesat. Di Indonesia, salah satu bentuk jejak sejarah lisan yang
paling kaya dan beragam adalah cerita rakyat. Cerita rakyat tidak hanya
berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana pewarisan nilai, norma,
dan terkadang gambaran samar tentang masa lalu suatu komunitas.
Pengertian,
Ciri-ciri, Fungsi, dan Contoh Cerita Rakyat
Aspek |
Keterangan Singkat |
Contoh di Indonesia |
Pengertian Cerita Rakyat |
Narasi atau kisah yang hidup dan
berkembang secara turun-temurun melalui penuturan lisan di kalangan
masyarakat. Cerita ini seringkali tidak diketahui siapa pengarang aslinya (anonim)
dan dapat mengalami perubahan atau penambahan detail seiring waktu dan penyebarannya
dari satu generasi ke generasi lain. |
1)
Kisah
Rawa Pening:
Sebuah danau di dekat Ungaran, Kabupaten Semarang, yang menurut
legenda terbentuk dari sumbatan lidi yang dicabut seorang anak bernama Baru
Klinthing. Kisah ini menjadi narasi populer tentang asal-usul danau
tersebut. 2)
Legenda
Danau Toba:
Kisah seorang pemuda yang menikahi putri ikan, dengan syarat tidak boleh
membocorkan asal-usul istrinya, yang kemudian melanggar janji dan menyebabkan
terbentuknya danau. |
Ciri-Ciri Cerita Rakyat |
1)
Anonim: Tidak diketahui siapa pengarang
atau pencipta aslinya. 2)
Bersifat Tradisional: Disampaikan
secara turun-temurun dan menjadi bagian dari tradisi lisan suatu masyarakat. 3)
Variatif: Karena disebarkan secara
lisan, cerita ini seringkali memiliki beberapa versi dengan detail yang
sedikit berbeda di berbagai daerah atau penutur. 4)
Kolektif: Dianggap sebagai milik bersama
dan kekayaan budaya masyarakat yang bersangkutan. 5)
Disampaikan
secara Lisan:
Dituturkan dari mulut ke mulut, meskipun kini banyak yang sudah dibukukan. 6)
Bersifat
Klise: Sering
menggunakan ungkapan, frasa, atau pola cerita yang khas dan diulang-ulang. 7)
Mengandung
Unsur Fantasi/Mitos:
Seringkali melibatkan makhluk gaib, kekuatan supranatural, peristiwa di luar
nalar, atau tokoh-tokoh legendaris. |
1)
Cerita
Timun Mas:
Berbagai daerah di Jawa memiliki versi yang sedikit berbeda, namun inti
ceritanya tentang seorang gadis yang dikejar raksasa tetap sama. 2)
Kisah
Malin Kundang:
Cerita populer dari Sumatera Barat tentang anak durhaka yang dikutuk menjadi
batu, yang mengandung pesan moral. 3)
Cerita-cerita
lokal di sekitar Ungaran
tentang penunggu pohon besar atau sumber mata air yang dikeramatkan. |
Fungsi Cerita Rakyat |
1)
Fungsi
Hiburan:
Memberikan kesenangan dan mengisi waktu luang. 2)
Fungsi
Edukatif:
Mengajarkan nilai-nilai moral, etika, dan pelajaran hidup kepada pendengar. 3)
Fungsi
Sosialisasi:
Membantu menanamkan norma dan adat istiadat masyarakat kepada generasi muda. 4)
Fungsi
Legitimasi:
Memberikan pembenaran atau dasar bagi keberadaan suatu tradisi, ritual, atau
struktur sosial. 5)
Fungsi
Proyeksi:
Sebagai wadah untuk menyampaikan harapan, ketakutan, atau kritik masyarakat
secara tidak langsung. 6)
Fungsi
Pelestarian Budaya dan Sejarah:
Menjaga ingatan kolektif tentang asal-usul, peristiwa penting, atau tokoh
legendaris, meskipun dalam bentuk yang tidak selalu faktual. |
1)
Kisah
Bawang Merah dan Bawang Putih:
Mengajarkan nilai kebaikan dan kejahatan. 2)
Legenda
Candi Prambanan:
Selain hiburan, juga menjelaskan asal-usul dan keagungan candi tersebut. 3)
Cerita
tentang asal-usul sebuah desa di Ungaran: Seringkali berfungsi untuk memperkuat identitas dan
sejarah lokal komunitas tersebut. |
Memahami cerita rakyat merupakan salah satu cara untuk menyelami kekayaan warisan budaya Indonesia dan mendapatkan gambaran tentang bagaimana masyarakat di masa lalu memahami dunia mereka, menanamkan nilai, dan melestarikan ingatan kolektif.
b.
Jejak
Sejarah Lisan di Indonesia berupa Mitos
Mitos adalah salah satu bentuk jejak
sejarah lisan yang sangat penting di Indonesia. Berbeda dengan cerita rakyat
yang bisa lebih fokus pada hiburan atau moral, mitos memiliki kedalaman yang
lebih spiritual dan seringkali berusaha menjelaskan asal-usul alam semesta,
fenomena alam, makhluk hidup, atau ritual keagamaan. Mitos adalah bagian tak
terpisahkan dari sistem kepercayaan dan pandangan dunia masyarakat tradisional.
Pengertian,
Ciri-ciri, Fungsi, dan Contoh Mitos
Aspek |
Keterangan Singkat |
Contoh di Indonesia |
Pengertian Mitos |
Narasi sakral atau kisah suci
yang diyakini kebenarannya oleh suatu kelompok masyarakat. Mitos
seringkali menjelaskan asal-usul (etiologi) alam semesta, dewa-dewi,
manusia, fenomena alam, atau lembaga sosial dan ritual. Tokoh dalam mitos
seringkali supernatural, dewa, atau pahlawan budaya. |
1) Mitos Dewi Sri (Dewi Padi): Kepercayaan di Jawa (termasuk di
daerah agraris seperti Ungaran) bahwa ada dewi kesuburan yang menjaga tanaman
padi, sehingga ada ritual khusus saat menanam atau memanen padi untuk
menghormati beliau. 2) Mitos Penciptaan Dunia
(Kosmogoni):
Kisah tentang bagaimana bumi dan manusia pertama kali diciptakan oleh
kekuatan dewa atau leluhur agung, seperti dalam mitos Batak tentang
penciptaan dunia dari telur. |
Ciri-Ciri Mitos |
1)
Kebenaran
Mutlak: Dianggap
sebagai kisah nyata dan sakral oleh komunitas yang mempercayainya, bukan
sekadar fiksi. 2)
Anonim: Pengarang asli tidak diketahui,
sifatnya kolektif. 3)
Bersifat
Sakral:
Seringkali berkaitan dengan hal-hal keagamaan, spiritual, atau kepercayaan
yang mendalam. 4)
Berpusat
pada Asal-usul:
Menjelaskan bagaimana sesuatu itu ada atau muncul (misalnya, asal-usul
gunung, sungai, suku bangsa, tradisi). 5)
Tokoh
Supernatural:
Melibatkan dewa, dewi, roh leluhur, makhluk gaib, atau pahlawan dengan
kekuatan luar biasa. 6)
Disampaikan
secara Lisan:
Diturunkan dari generasi ke generasi melalui penuturan, ritual, atau upacara. 7)
Memiliki
Fungsi Ritual:
Seringkali menjadi dasar atau bagian dari upacara keagamaan atau adat
tertentu. 8)
Tidak
Dapat Diuji Kebenarannya Secara Ilmiah: Mengandung unsur supranatural yang berada di luar
jangkauan pembuktian empiris. |
1)
Mitos
asal-usul nama Ungaran:
Mungkin ada mitos lokal yang menjelaskan terbentuknya nama Ungaran dari sebuah
peristiwa heroik atau penampakan supernatural di masa lampau. 2)
Mitos
Nyi Roro Kidul:
Kepercayaan tentang penguasa Laut Selatan yang sering dikaitkan dengan ritual
labuhan di pantai selatan Jawa, termasuk beberapa daerah di Jawa
Tengah yang berbatasan dengan laut. |
Fungsi Mitos |
1)
Fungsi
Menjelaskan (Etiologi):
Memberikan penjelasan tentang asal-usul segala sesuatu yang tidak dapat
dijelaskan secara rasional atau ilmiah pada masa itu (misalnya, fenomena
alam, penyakit, kematian). 2)
Fungsi
Legitimasi: Memberikan
dasar atau pembenaran bagi keberadaan suatu sistem sosial, ritual,
kepemimpinan, atau hak-hak tertentu dalam masyarakat. 3)
.Fungsi
Penguatan Nilai dan Norma: Mitos sering mengandung pesan moral dan
nilai-nilai yang diinginkan masyarakat, dan pelanggaran terhadapnya dipercaya
akan membawa akibat buruk. 4)
Fungsi
Pengendali Sosial:
Melalui kisah-kisah tentang sanksi ilahi atau kesialan bagi pelanggar, mitos
berfungsi mengontrol perilaku masyarakat. 5)
Fungsi
Kohesi Sosial:
Menyatukan anggota komunitas melalui kepercayaan, ritual, dan pandangan dunia
yang sama. 6)
Fungsi
Membentuk Pandangan Dunia (Kosmologi): Memberikan kerangka pemahaman tentang alam semesta,
hubungan manusia dengan alam, dan dunia spiritual. |
1)
Mitos
tentang sendang atau mata air keramat di Ungaran: Seringkali diikuti dengan larangan-larangan
tertentu (misalnya, tidak boleh berkata kotor, tidak boleh buang sampah
sembarangan) yang secara tidak langsung berfungsi untuk menjaga kelestarian
mata air tersebut. 2)
Mitos
Raja-raja Jawa yang diyakini keturunan dewa: Berfungsi untuk melegitimasi
kekuasaan dan kepemimpinan mereka di mata rakyat. 3)
Kisah
Sunan Kalijaga atau Walisongo
yang menyebarkan agama Islam di Jawa, seringkali diwarnai mitos tentang
kesaktian mereka untuk menarik perhatian dan kepercayaan masyarakat. |
Memahami mitos merupakan jendela untuk melihat bagaimana masyarakat Indonesia di masa lalu memahami realitas, menghadapi ketidakpastian, dan membangun kohesi sosial berdasarkan kepercayaan bersama. Mitos adalah warisan budaya tak benda yang kaya akan simbolisme dan makna.
c.
Jejak
Sejarah Lisan di Indonesia berupa Legenda
Legenda adalah salah satu bentuk jejak
sejarah lisan yang sangat kaya di Indonesia. Berbeda dengan mitos yang
cenderung sakral dan menjelaskan asal-usul fundamental, legenda seringkali
berpusat pada tokoh atau peristiwa yang dipercaya pernah ada, namun dibumbui
dengan unsur-unsur luar biasa, ajaib, atau tidak logis. Legenda berfungsi untuk
memberikan identitas pada suatu tempat atau komunitas, serta mengajarkan
nilai-nilai sosial.
Pengertian,
Ciri-ciri, Fungsi, dan Contoh Legenda
Aspek |
Keterangan Singkat |
Contoh di Indonesia |
Pengertian Legenda |
Narasi atau kisah prosa rakyat
yang dianggap sebagai sejarah kolektif yang benar-benar terjadi oleh
sebagian masyarakat penganutnya, meskipun kebenarannya tidak dapat dibuktikan
secara ilmiah. Legenda seringkali berkaitan dengan tokoh bersejarah,
asal-usul tempat (toponim), atau kejadian luar biasa di masa lampau yang
dibumbui unsur fantastis. |
1)
Legenda
Sangkuriang dan Gunung Tangkuban Perahu: Kisah seorang anak yang jatuh cinta pada ibunya dan
menciptakan gunung sebagai perwujudan cintanya, yang dipercaya menjadi
asal-usul gunung di Jawa Barat. 2)
Legenda
Batu Menangis:
Kisah seorang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu, yang bisa ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. 3)
Legenda
Candi Gedong Songo
di dekat Ungaran yang mungkin memiliki cerita rakyat terkait penemuannya atau
tokoh yang membangunnya di masa lalu. |
Ciri-Ciri Legenda |
1)
Dipercaya
sebagai Kenyataan:
Masyarakat yang mewarisi legenda seringkali menganggap kisah tersebut sebagai
peristiwa nyata yang pernah terjadi. 2)
Anonim: Pengarang asli tidak diketahui. 3)
Bersifat
Tradisional:
Disampaikan secara turun-temurun secara lisan. 4)
Variatif: Memiliki banyak versi karena
penyebaran secara lisan dan adaptasi dengan konteks lokal. 5)
Tokoh
Manusia atau Setengah Manusia:
Sering berpusat pada tokoh manusia biasa (namun kadang memiliki kekuatan
lebih) atau tokoh sejarah yang dilebih-lebihkan. 6)
Berkaitan
dengan Tempat/Fenomena Alam:
Banyak legenda menjelaskan asal-usul nama tempat, gunung, danau, atau formasi
alam lainnya. 7)
Historis-Etiologis: Mencoba menjelaskan penyebab
atau asal-usul sesuatu yang dianggap faktual, meskipun dengan cara yang tidak
logis. 8)
Mengandung
Unsur Ajaib/Fantastis:
Ada kejadian atau kekuatan di luar nalar manusia biasa. |
1)
Legenda
Rawa Pening di
dekat Ungaran: Diyakini sebagai asal-usul danau tersebut yang terhubung
dengan kisah Baru Klinthing, meskipun secara ilmiah danau terbentuk karena
proses geologis. 2)
Legenda
Aji Saka: Kisah
yang dipercaya menjadi asal-usul aksara Jawa, meskipun ada penjelasan
historis yang berbeda. 3)
Kisah
Sunan Kalijaga
yang sering diwarnai dengan legenda tentang kesaktiannya dalam menyebarkan
agama. |
Fungsi Legenda |
1)
Fungsi
Sejarah Kolektif (Pseudosejarah):
Memberikan gambaran (meskipun tidak akurat secara ilmiah) tentang masa lalu
suatu komunitas, asal-usul tempat, atau tokoh penting. 2)
Fungsi
Penguat Identitas Lokal:
Memperkuat ikatan masyarakat dengan wilayah atau nama tempat mereka. 3)
Fungsi
Moral dan Edukatif:
Mengajarkan nilai-nilai luhur, etika, dan konsekuensi dari perilaku baik atau
buruk. 4)
Fungsi
Kontrol Sosial:
Melalui kisah tentang hukuman bagi pelanggar norma, legenda dapat mengontrol
perilaku masyarakat. 5)
Fungsi
Hiburan:
Memberikan kesenangan dan mengisi waktu luang. 6)
Fungsi
Toponimik:
Menjelaskan asal-usul nama suatu tempat atau objek geografis. |
1)
Legenda
Rawa Pening di
Ungaran: Selain menjelaskan asal-usul danau, juga mengandung pesan moral
tentang kesombongan dan penderitaan orang kecil. 2)
Legenda
Desa X di Ungaran:
Sering diceritakan untuk mengukuhkan sejarah atau kekeramatan suatu
tempat di mata penduduknya. 3)
Legenda
tentang Wali Songo
yang kerap digunakan untuk melegitimasi penyebaran Islam di Nusantara. |
Legenda, meskipun seringkali bercampur dengan fiksi dan fantasi, tetap merupakan bagian integral dari warisan budaya tak benda Indonesia. Ia memberikan wawasan tentang cara masyarakat memahami sejarah mereka sendiri, menanamkan nilai-nilai, dan menjaga ikatan dengan lingkungan dan leluhur mereka.
d.
Jejak
Sejarah Lisan di Indonesia berupa Dongeng
Dongeng adalah salah satu bentuk jejak
sejarah lisan yang sangat populer di Indonesia, terutama sebagai sarana hiburan
dan pendidikan moral bagi anak-anak. Berbeda dengan mitos yang sakral atau
legenda yang dikaitkan dengan sejarah, dongeng murni bersifat fiksi dan
bertujuan untuk menyampaikan pelajaran moral atau hanya sekadar menghibur.
Pengertian,
Ciri-ciri, Fungsi, dan Contoh Dongeng
Aspek |
Keterangan
Singkat |
Contoh
di Indonesia (termasuk Jawa Tengah & Ungaran jika relevan) |
Pengertian Dongeng |
Narasi fiksi atau
khayalan yang diceritakan secara turun-temurun secara lisan dari
generasi ke generasi. Dongeng tidak dianggap sebagai peristiwa nyata dan
tujuan utamanya adalah hiburan serta penyampaian pesan moral
atau nilai-nilai kehidupan secara tidak langsung. |
1)
Kisah
Kancil Mencuri Mentimun:
Dongeng tentang kecerdikan hewan yang populer di seluruh Indonesia, termasuk
sering diceritakan di daerah pedesaan di sekitar Ungaran untuk anak-anak. 2)
Dongeng
Anak Gembala dan Serigala:
Mengajarkan tentang bahaya berbohong. |
Ciri-Ciri Dongeng |
1)
Fiksi/Khayalan: Isinya tidak nyata dan tidak
terjadi di dunia nyata. 2)
Anonim: Pengarang asli tidak diketahui. 3)
Bersifat
Tradisional:
Disampaikan secara lisan dan diwariskan dari generasi ke generasi. 4)
Variatif: Karena penyebaran lisan,
seringkali memiliki banyak versi dengan detail yang berbeda. 5)
Alur
Sederhana:
Umumnya memiliki alur cerita yang mudah dipahami dan tidak terlalu kompleks. 6)
Tokoh
Umumnya Hewan, Tumbuhan, atau Manusia Biasa: Seringkali menggunakan hewan
yang bisa berbicara (fabel) atau manusia biasa dengan karakter yang jelas
(baik vs. jahat). 7)
Mengandung
Pesan Moral:
Selalu ada pelajaran atau nasihat yang ingin disampaikan kepada pendengar,
terutama anak-anak. 8)
Sering
Menggunakan Latar Tempat yang Umum:
Hutan, desa, sungai, atau istana, tanpa detail geografis yang spesifik. |
1)
Dongeng
Bawang Merah dan Bawang Putih:
Kisah tentang kebaikan yang mengalahkan kejahatan, dengan karakter ibu tiri
yang jahat dan anak tiri yang baik hati, sering diceritakan di Jawa Tengah. 2)
Kisah
Batu Belah Batu Bertangkup:
Dongeng tentang ibu yang mengorbankan diri demi anaknya. 3)
Dongeng
tentang asal-usul buah-buahan atau binatang yang sering diceritakan di pedesaan Ungaran. |
Fungsi Dongeng |
1)
Fungsi
Hiburan:
Memberikan kesenangan dan mengisi waktu luang, terutama bagi anak-anak
sebelum tidur. 2)
Fungsi
Edukatif:
Menyampaikan nilai-nilai moral, etika, dan pelajaran hidup secara tidak
langsung dan mudah dicerna. 3)
Fungsi
Sosialisasi:
Membantu menanamkan norma dan adat istiadat masyarakat kepada anak-anak. 4)
Fungsi
Imajinatif:
Merangsang daya imajinasi dan kreativitas pendengar, terutama anak-anak. 5)
Fungsi
Pembentuk Karakter:
Melalui tokoh dan alur cerita, dongeng dapat membantu membentuk karakter
positif pada anak. |
1)
Dongeng
Si Kancil yang
cerdik mengajarkan anak-anak untuk cerdik dan berani, namun juga konsekuensi
dari kebohongan. 2)
Dongeng
Maling Kutuk
(dari Jawa Timur, tapi dikenal luas) mengajarkan tentang bahaya keserakahan
dan kutukan akibat perbuatan buruk. 3)
Dongeng
sebelum tidur
yang diceritakan orang tua di Ungaran untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan
pada anak mereka. |
Dongeng, meskipun bersifat khayalan, merupakan bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya lisan Indonesia. Ia terus hidup dan diwariskan karena kemampuannya untuk menghibur sambil mendidik, membentuk karakter, dan menjaga nilai-nilai luhur masyarakat.
------- oOo -------