IPS
9 Tema 3A
Pembangunan di Indonesia dari Masa ke Masa
(Penyusun : Amir Alamsyah, S.Pd._SMP Negeri 1 Bandungan)
1.
Pembangunan
Pembangunan merupakan suatu proses
multidimensional yang terencana dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh. Ini mencakup peningkatan di berbagai aspek
kehidupan, seperti ekonomi, sosial, dan budaya, yang bertujuan menciptakan
kondisi yang lebih baik bagi seluruh rakyat.
a. Pengertian dan Tolok Ukur Pembangunan
Kategori |
Keterangan |
Contoh |
Pengertian
Pembangunan |
Proses
multidimensional yang bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh dan berkelanjutan. |
Pembangunan
infrastruktur jalan, program wajib belajar, dan layanan kesehatan gratis. |
Tolok
Ukur Pertumbuhan Ekonomi |
Diukur
dengan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Pendapatan
Nasional Bruto (PNB). |
PDB
Indonesia tumbuh 5,17% pada kuartal II 2023. |
Tolok
Ukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) |
Mengukur
capaian rata-rata dalam tiga dimensi dasar: kesehatan, pengetahuan, dan
standar hidup layak. |
Pada
tahun 2022, IPM Indonesia mencapai 72,91, meningkat dari tahun sebelumnya. |
Tolok
Ukur Pengurangan Kemiskinan |
Keberhasilan
pembangunan diukur dari seberapa efektif pemerintah mengurangi jumlah
penduduk miskin. |
Persentase
penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2023 sebesar 9,36%, menurun dari
9,54% pada September 2022. |
Tolok
Ukur Akses Layanan Publik |
Mengukur
ketersediaan dan kemudahan akses masyarakat terhadap layanan dasar. |
Pembangunan
jaringan listrik dan akses air bersih yang menjangkau desa-desa terpencil. |
Tujuan nasional Indonesia tercantum
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, alinea keempat.
Kategori |
Keterangan |
Contoh |
Melindungi
Segenap Bangsa |
Mewujudkan
keamanan dan kedaulatan negara serta menjaga persatuan bangsa dari ancaman
internal maupun eksternal. |
Operasi
penegakan hukum dan pengamanan perbatasan oleh TNI dan Polri. |
Memajukan
Kesejahteraan Umum |
Negara
berupaya meningkatkan taraf hidup, mengurangi kemiskinan, dan menyediakan
kebutuhan dasar bagi seluruh rakyat. |
Program
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Kartu Prakerja. |
Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa |
Negara
berkomitmen menyediakan pendidikan yang merata dan berkualitas untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. |
Program
wajib belajar 12 tahun dan pembangunan sekolah-sekolah di seluruh daerah. |
Ikut
Melaksanakan Ketertiban Dunia |
Indonesia
berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dan keadilan global melalui kerja
sama internasional. |
Pengiriman
pasukan perdamaian ke Kongo dan peran aktif dalam ASEAN. |
Kategori |
Keterangan |
Contoh |
Bidang
Ekonomi |
Peningkatan
produksi dan pemerataan pendapatan melalui industrialisasi dan pengembangan
sektor jasa. |
Pembangunan
kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). |
Bidang
Sosial dan Budaya |
Peningkatan
kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan, kesehatan, dan pelestarian
budaya. |
Pembangunan
puskesmas, program imunisasi massal, dan revitalisasi situs budaya. |
Bidang
Politik dan Keamanan |
Peningkatan
stabilitas politik, penegakan hukum, dan pertahanan negara untuk menjamin
keberlanjutan pembangunan. |
Reformasi
birokrasi, otonomi daerah, dan modernisasi alutsista. |
Bidang
Infrastruktur |
Pembangunan
sarana dan prasarana fisik untuk mendukung konektivitas dan pergerakan
ekonomi. |
Pembangunan
jalan tol, bandara, pelabuhan, dan jaringan telekomunikasi. |
Bidang
Lingkungan Hidup |
Pengelolaan
sumber daya alam secara berkelanjutan dan mitigasi dampak perubahan iklim. |
Program
reboisasi, pengelolaan sampah, dan penggunaan energi terbarukan. |
Kategori |
Keterangan |
Contoh |
Dampak
Positif |
Peningkatan
kesejahteraan, akses pendidikan dan kesehatan, serta modernisasi
infrastruktur. |
Pembangunan
Jalan Tol Trans-Jawa yang mempermudah konektivitas antarkota. |
Dampak
Negatif |
Kesenjangan
ekonomi, kerusakan lingkungan, dan pergeseran nilai budaya. |
Penebangan
hutan yang menyebabkan banjir dan tanah longsor. |
Bidang
Ekonomi |
Pertumbuhan
industri dan sektor jasa, yang menciptakan lapangan kerja baru dan
meningkatkan pendapatan. |
Pembangunan
kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). |
Bidang
Sosial Budaya |
Peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pendidikan dan kesehatan, namun juga dapat
mengikis budaya lokal. |
Adopsi
gaya hidup modern dari luar negeri yang mengurangi minat pada tradisi lokal. |
Bidang
Lingkungan |
Pembangunan
yang tidak berkelanjutan menyebabkan polusi dan degradasi lingkungan. |
Polusi
udara akibat emisi industri dan kendaraan bermotor di kota-kota besar. |
Kategori |
Keterangan |
Contoh |
Masa
Orde Lama (1945-1966) |
Fokus
pada konsolidasi kemerdekaan dan kedaulatan, pembangunan ekonomi belum
menjadi prioritas utama. |
Nasionalisasi
perusahaan-perusahaan asing. |
Masa
Orde Baru (1966-1998) |
Pembangunan
menjadi fokus utama melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita),
dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. |
Program
swasembada pangan dan pembangunan infrastruktur berskala besar. |
Masa
Reformasi (1998-Sekarang) |
Pembangunan
lebih menekankan pada demokratisasi, desentralisasi, dan good
governance. |
Pemberlakuan
Otonomi Daerah dan program pengentasan kemiskinan seperti Program Keluarga
Harapan (PKH). |
Era
Presiden Jokowi |
Fokus
pada pembangunan infrastruktur secara masif dan merata di seluruh Indonesia. |
Pembangunan
infrastruktur di Indonesia Timur, seperti Papua. |
Kategori |
Keterangan |
Contoh |
Ketimpangan
Ekonomi |
Kesenjangan
pendapatan antara si kaya dan si miskin serta antara wilayah. |
Kesenjangan
pendapatan yang signifikan antara penduduk di Jakarta dengan penduduk di Nusa
Tenggara Timur. |
Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) |
Masih
rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar
kerja modern. |
Kualitas
pendidikan kejuruan yang belum sejalan dengan kebutuhan industri. |
Korupsi
dan Tata Kelola Pemerintahan |
Praktik
korupsi dan birokrasi yang rumit menghambat investasi dan efektivitas program
pembangunan. |
Kasus-kasus
korupsi yang melibatkan pejabat publik dalam proyek pembangunan. |
Keterbatasan
Infrastruktur |
Meskipun
terus dibangun, kebutuhan akan infrastruktur yang merata dan berkualitas
tinggi di seluruh nusantara masih sangat besar. |
Terbatasnya
akses jalan dan listrik di daerah terpencil. |
Isu
Lingkungan |
Pengelolaan
sumber daya alam dan isu perubahan iklim menjadi tantangan besar untuk
memastikan pembangunan yang berkelanjutan. |
Polusi
udara di kota besar dan kebakaran hutan akibat deforestasi. |
Kategori |
Keterangan |
Contoh |
Bonus
Demografi |
Indonesia
memiliki populasi usia produktif yang sangat besar, jika dimanfaatkan dengan
baik, bisa menjadi kekuatan pendorong ekonomi. |
Peningkatan
jumlah angkatan kerja yang terampil dan berpendidikan tinggi. |
Kekayaan
Sumber Daya Alam |
Indonesia
kaya akan sumber daya alam, seperti mineral, energi, dan keanekaragaman
hayati yang bisa menjadi modal pembangunan. |
Potensi
nikel, batu bara, dan minyak bumi yang besar. |
Pasar
Domestik yang Besar |
Dengan
populasi lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia memiliki pasar domestik yang
besar, yang menarik bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi. |
Pertumbuhan
konsumsi domestik yang mendorong sektor ritel dan manufaktur. |
Posisi
Geografis Strategis |
Indonesia
terletak di jalur perdagangan dunia, menjadikannya pusat maritim dan logistik
yang penting. |
Pembangunan
pelabuhan-pelabuhan besar untuk mendukung jalur perdagangan global. |
Stabilitas
Politik dan Demokrasi |
Sistem
demokrasi yang relatif stabil memberikan kepastian politik bagi investor dan
pelaku ekonomi. |
Penyelenggaraan
pemilu yang damai dan transparan. |
2. Pembangunan di Indonesia pada Masa Orde Lama (1945-1966)
Pembangunan di Indonesia pada Masa
Orde Lama lebih berfokus pada konsolidasi politik dan kedaulatan negara
pasca-kemerdekaan. Stabilitas ekonomi belum menjadi prioritas utama karena
kondisi politik yang bergejolak, ancaman disintegrasi bangsa, dan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan.
a. Profil Pemerintahan Orde Lama
Kategori |
Keterangan |
Contoh |
Bentuk
Pemerintahan |
Republik, dengan sistem pemerintahan yang
berganti-ganti, dari presidensial ke parlementer, lalu kembali ke
presidensial. |
Pada
1945-1949, sistem presidensial. Kemudian 1949-1950 (RIS) dan 1950-1959
(Demokrasi Parlementer) menggunakan sistem parlementer. |
Sistem
Politik |
Diawali
dengan Demokrasi Parlementer (1950-1959) yang ditandai dengan sering
bergantinya kabinet dan partai politik yang saling bersaing. Kemudian beralih
ke Demokrasi Terpimpin (1959-1966) dengan kekuasaan terpusat pada
Presiden Soekarno. |
Pada
masa Demokrasi Parlementer, ada sekitar 7 kabinet yang memerintah dalam waktu
singkat. Sedangkan pada Demokrasi Terpimpin, Presiden Soekarno membubarkan
DPR hasil pemilu 1955. |
Kondisi
Ekonomi |
Sangat
tidak stabil dan bergejolak. Inflasi tinggi, utang luar negeri bertambah, dan
krisis pangan sering terjadi akibat kurangnya fokus pada pembangunan ekonomi. |
Inflasi
pada 1965 mencapai 650% karena pencetakan uang yang tidak terkendali. |
Ciri
Khas |
Dominasi
Presiden Soekarno, mengutamakan pembangunan politik dan ideologi, serta
menjauhkan diri dari pengaruh Barat dan Blok Barat. |
Pembangunan
proyek mercusuar seperti Monumen Nasional (Monas), Gelora Bung Karno, dan
Hotel Indonesia. |
b. Daftar Perdana Menteri/Kabinet Masa Orde Lama
Nama
Perdana Menteri/Kabinet |
Masa Jabatan |
Keterangan |
Sutan
Sjahrir |
1945–1947 |
Mengutamakan
diplomasi dalam menghadapi Belanda dan membentuk Kabinet Parlementer I. |
Amir
Sjarifuddin |
1947–1948 |
Menghadapi
Agresi Militer Belanda I dan II serta pemberontakan PKI di Madiun. |
Mohammad
Hatta |
1948–1950 |
Memimpin
Kabinet Darurat dan berhasil memulihkan kondisi negara setelah Agresi Militer
Belanda. |
Mohammad
Natsir |
1950–1951 |
Mengawali
masa Demokrasi Parlementer, fokus pada stabilisasi ekonomi dan politik. |
Soekiman
Wirjosandjojo |
1951–1952 |
Mengusung
kebijakan yang bersifat nasionalis-religius, namun jatuh karena dianggap
pro-Amerika. |
Wilopo |
1952–1953 |
Menghadapi
krisis ekonomi dan politik, serta menghadapi berbagai gejolak di daerah. |
Ali
Sastroamidjojo |
1953–1955 |
Berhasil
menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika, namun kabinetnya jatuh karena krisis
internal. |
Burhanuddin
Harahap |
1955–1956 |
Berhasil
menyelenggarakan Pemilu pertama di Indonesia pada tahun 1955. |
Ali
Sastroamidjojo (II) |
1956–1957 |
Dihadapkan
pada berbagai pemberontakan di daerah dan krisis ekonomi. |
Djuanda
Kartawidjaja |
1957–1959 |
Kabinet
terakhir pada masa Demokrasi Parlementer sebelum beralih ke Demokrasi
Terpimpin. |
Soekarno |
1959–1966 |
Setelah
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Presiden Soekarno kembali memegang kekuasaan
penuh sebagai perdana menteri. |
Kategori |
Keterangan |
Contoh |
Rencana
Kasimo |
Merupakan
program ekonomi yang bertujuan meningkatkan produksi bahan makanan dan
swasembada pangan. Dibuat oleh Menteri Persediaan Makanan Rakyat, I.J.
Kasimo. |
Peningkatan
lahan sawah dan penanaman bibit unggul untuk mengatasi kekurangan pangan. |
Rencana
Urgensi Perkembangan Industri dan Industri Kecil |
Bertujuan
untuk membangun industri-industri kecil sebagai fondasi bagi industrialisasi
di masa depan. |
Pembangunan
industri yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi, seperti industri
tekstil. |
Rencana
Pembangunan Lima Tahun |
Diusung
oleh Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1960). Program ini fokus pada
investasi di sektor-sektor produktif. Namun, program ini tidak berjalan
efektif karena ketidakstabilan politik. |
Pembangunan
pabrik-pabrik baru dan peningkatan produksi di sektor pertanian. |
Rencana
Pembangunan Semesta Berencana |
Merupakan
konsep pembangunan yang diusung pada masa Demokrasi Terpimpin, berorientasi
pada ideologi politik dan pembangunan fisik monumental. |
Pembangunan
Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, dan Tugu Monas sebagai simbol kebesaran
bangsa. |
3. Pembangunan di Indonesia pada Masa Orde Baru
(1966-1998)
Pembangunan di Indonesia
pada Masa Orde Baru ditandai dengan fokus yang kuat pada stabilitas politik,
keamanan, dan pertumbuhan ekonomi. Pemerintahan ini berupaya melaksanakan
pembangunan nasional secara terencana melalui serangkaian program, meskipun
pada akhirnya diwarnai oleh sentralisasi kekuasaan dan praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
a. Profil Pemerintahan Orde Baru
Kategori |
Keterangan |
Bentuk Pemerintahan |
Republik,
dengan sistem pemerintahan presidensial. Kekuasaan eksekutif terpusat pada
Presiden Soeharto yang menjabat selama 32 tahun. |
Sistem Politik |
Dikenal
sebagai Demokrasi Pancasila, namun dalam praktiknya bersifat
otoriter. Terdapat penyederhanaan partai politik menjadi tiga kekuatan:
Golkar, PPP, dan PDI. Militer (ABRI) memiliki peran ganda (Dwifungsi) di
bidang pertahanan dan sosial politik. |
Kondisi Ekonomi |
Perekonomian
stabil dan mengalami pertumbuhan yang pesat, terutama melalui program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Kebijakan
ekonomi berorientasi pada pembangunan industri, pertanian (swasembada
pangan), dan infrastruktur. |
Ciri Khas |
Stabilisasi
politik, pembangunan ekonomi berorientasi pertumbuhan, sentralisasi
kekuasaan, dan pengawasan ketat terhadap masyarakat sipil. |
b. Daftar Wakil Presiden Masa Orde Baru
Nama Wakil Presiden |
Masa
Jabatan |
Keterangan |
Sri
Sultan Hamengkubuwono IX |
1973–1978 |
Menjabat
sebagai Wakil Presiden pertama di era Orde Baru, mendampingi Presiden
Soeharto pada masa awal pembangunan. |
Adam
Malik |
1978–1983 |
Seorang
diplomat senior dan mantan Menteri Luar Negeri, dikenal sebagai salah satu
tokoh utama dalam politik luar negeri Indonesia. |
Umar
Wirahadikusumah |
1983–1988 |
Mantan
Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dan Kepala Staf
Angkatan Darat (KSAD). |
Sudharmono |
1988–1993 |
Berlatar
belakang militer dan birokrat, menjabat sebagai Ketua Umum Golkar sebelum
menjadi Wakil Presiden. |
Try
Sutrisno |
1993–1998 |
Mantan
Panglima ABRI. Penunjukan Try Sutrisno menandai dukungan militer yang kuat
terhadap rezim. |
Bachrudin
Jusuf Habibie |
Maret–Mei
1998 |
Diangkat
pada Maret 1998 dan menjadi Presiden menggantikan Soeharto pada Mei 1998.
Menjadi Wakil Presiden dengan masa jabatan terpendek. |
1) Latar Belakang
Pembangunan Jangka Panjang Tahap
Pertama (PJPT I) adalah sebuah periode pembangunan nasional di Indonesia yang
berlangsung selama 25 tahun, mulai dari tahun 1969 hingga 1994.
Program ini dijalankan melalui lima tahap Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Pelita) yang berfokus pada pembangunan ekonomi untuk mencapai stabilitas
sosial dan politik setelah masa transisi Orde Lama ke Orde Baru. Tujuannya
adalah meletakkan fondasi yang kuat bagi pembangunan selanjutnya, terutama dalam
sektor pertanian dan industri.
2) Pelaksanaan dan Hasil
PJPT I bertujuan mencapai pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat, dengan tetap menjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
dalam pembangunan nasional. Prioritas utamanya adalah sektor pertanian,
dengan fokus pada swasembada pangan, kemudian dilanjutkan dengan pembangunan
industri yang mendukung sektor tersebut.
Berikut ringkasan setiap Pelita
dalam format tabel untuk mempermudah pemahaman.
Pelita |
Waktu Berlangsung |
Tujuan Utama |
Prioritas |
Hasil & Keterangan |
Pelita I |
1969 - 1974 |
Mewujudkan stabilitas ekonomi dan
politik. |
Sektor pertanian (swasembada
pangan). |
Pembangunan infrastruktur dasar
seperti jalan, jembatan, dan irigasi. Berhasil menekan inflasi yang
sebelumnya sangat tinggi. |
Pelita II |
1974 - 1979 |
Meningkatkan kesejahteraan rakyat
melalui pertumbuhan ekonomi yang merata. |
Pertanian dan industri yang
mengolah bahan mentah. |
Program Keluarga Berencana (KB)
mulai digalakkan. Peningkatan sarana pendidikan dan kesehatan. Mulai
munculnya industri tekstil dan garmen. |
Pelita III |
1979 - 1984 |
Menuju pemerataan pembangunan
(Trilogi Pembangunan). |
Pertanian menuju swasembada
pangan, industri yang mendukung pertanian. |
Pencapaian swasembada beras pada
tahun 1984. Pembangunan industri kecil dan kerajinan tangan. |
Pelita IV |
1984 - 1989 |
Meningkatkan pembangunan industri
untuk menopang sektor pertanian. |
Industri padat karya dan industri
permesinan. |
Pembangunan pabrik pupuk dan
semen. Peningkatan investasi asing. Mulai pembangunan infrastruktur
komunikasi. |
Pelita V |
1989 - 1994 |
Peletakan landasan bagi
pembangunan jangka panjang selanjutnya. |
Pertanian sebagai landasan,
industri sebagai tulang punggung ekonomi. |
Peningkatan ekspor non-migas.
Pembangunan kawasan industri dan pengembangan sektor pariwisata. Indonesia
ditetapkan sebagai negara industri baru. |
Proses
PJPT I secara keseluruhan berhasil mencapai stabilitas ekonomi yang signifikan
dan meletakkan dasar bagi industrialisasi. Meskipun demikian, program ini juga
menuai kritik terkait ketimpangan pembangunan dan dominasi sektor swasta yang
terafiliasi dengan pemerintah.
3)
Sektor
Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (1969-1994)
Pembangunan
Jangka Panjang Tahap I (PJPT I)
adalah program pembangunan Indonesia yang berlangsung selama 25 tahun
dan difokuskan pada peletakan fondasi ekonomi dan sosial. Berikut adalah
rincian program-program kunci di berbagai sektor.
Sektor |
Program Utama |
Keterangan dan Contoh |
Pertanian |
Panca
Usaha Tani |
Program
intensifikasi pertanian untuk mencapai swasembada pangan. Contoh: Pemberian
subsidi pupuk dan penggunaan bibit unggul melalui program Bimas
(Bimbingan Massal). |
Pendidikan |
Inpres
SD |
Pembangunan
ribuan gedung sekolah dasar di seluruh desa. Tujuan utamanya adalah
meningkatkan akses pendidikan dasar bagi seluruh anak usia sekolah. Contoh:
Pembangunan sekolah-sekolah dasar baru yang secara signifikan meningkatkan
angka melek huruf. |
Keluarga
Berencana |
Gerakan
Keluarga Berencana Nasional |
Program
yang bertujuan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Contoh: Kampanye “Dua
Anak Cukup” yang gencar dan pembentukan pos pelayanan KB di berbagai daerah. |
Transmigrasi |
Program
Transmigrasi |
Pemindahan
penduduk dari daerah padat seperti Jawa dan Bali ke wilayah lain di luar
Jawa. Contoh: Penempatan transmigran di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi
untuk pemerataan penduduk dan pembukaan lahan pertanian baru. |
Pembangunan
Jangka Panjang Tahap II (PJPT II)
seharusnya melanjutkan keberhasilan PJPT I, dimulai dengan Pelita VI
(1994-1998). Namun, pelaksanaannya tidak optimal.
1)
Tujuan
Pelita VI
Aspek |
Penjelasan dan Contoh |
Tujuan Utama |
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) dan membangun ekonomi yang berbasis industri dan jasa. |
Keterangan |
Peningkatan investasi pada
pendidikan dan teknologi untuk menciptakan tenaga kerja yang produktif dan
berdaya saing global. |
Contoh |
Peningkatan anggaran pendidikan,
pelatihan vokasi, dan pengembangan industri manufaktur. |
2)
Penyebab
Tidak Terwujud Secara Optimal
Aspek |
Penjelasan dan Contoh |
Krisis Moneter 1997-1998 |
Krisis keuangan yang melanda Asia
menyebabkan nilai tukar rupiah anjlok drastis. Contoh: Nilai tukar rupiah
yang jatuh dari sekitar Rp2.400 menjadi lebih dari Rp16.000 per Dolar AS. |
Gejolak Politik dan Sosial |
Krisis ekonomi memicu
ketidakstabilan politik dan kerusuhan massal yang berujung pada reformasi
1998 dan lengsernya Presiden Soeharto. |
Ketergantungan dan KKN |
Struktur ekonomi yang rapuh:
Ketergantungan pada utang luar negeri dan praktik korupsi, kolusi, serta
nepotisme (KKN) membuat Indonesia rentan terhadap guncangan. |
Krisis
ekonomi tahun 1998 di Indonesia merupakan salah satu peristiwa paling krusial
dalam sejarah bangsa, yang ditandai dengan runtuhnya Orde Baru dan reformasi
politik besar-besaran. Meskipun dipicu oleh krisis keuangan di Asia, kondisi
internal Indonesia mempercepat dan memperparah dampaknya.
a. Latar Belakang
Latar
Belakang Krisis Ekonomi
1998 |
Keterangan |
Contoh |
Krisis
Keuangan Asia |
Krisis
ini berawal dari Thailand pada pertengahan 1997 dan menyebar ke negara-negara
Asia Tenggara lainnya, termasuk Indonesia. Penurunan nilai mata uang Baht
secara drastis menyebabkan kepanikan investor. |
Penurunan
nilai Baht Thailand yang memicu penarikan modal asing secara besar-besaran
dari kawasan Asia. |
Ketergantungan
pada Utang Luar Negeri |
Indonesia
memiliki tingkat utang luar negeri yang sangat tinggi, terutama utang swasta.
Nilai utang ini dalam Rupiah membengkak ketika mata uang Rupiah melemah. |
Banyak
perusahaan swasta di Indonesia yang meminjam dana dalam Dolar AS, namun
pendapatannya dalam Rupiah. Ketika Rupiah anjlok, beban utang mereka melonjak
drastis. |
Praktek
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) |
Sistem
ekonomi Orde Baru yang berpusat pada KKN menciptakan ketidakadilan dan
ketidakseimbangan struktural. Hal ini melemahkan fondasi ekonomi dan membuat
sektor perbankan rentan. |
Banyak
proyek besar dan perusahaan BUMN diberikan kepada kroni atau keluarga
Soeharto tanpa melalui prosedur tender yang transparan, seperti bisnis mobil
nasional Timor. |
Sistem
Perbankan yang Rapuh |
Sektor
perbankan Indonesia memiliki banyak kredit macet dan pengelolaan yang buruk.
Banyak bank bermasalah karena pemberian pinjaman kepada pihak terkait tanpa
analisis risiko yang memadai. |
Beberapa
bank swasta memberikan pinjaman besar kepada perusahaan milik keluarga atau
kroni pemilik bank, yang akhirnya menjadi kredit macet saat krisis datang. |
b. Penyebab Krisis Ekonomi 1998
Penyebab
Krisis Ekonomi 1998 |
Keterangan |
Contoh |
Spekulasi Mata Uang Rupiah |
Kepanikan investor membuat mereka
menjual Rupiah secara besar-besaran dan menukarnya dengan Dolar AS. Tindakan
ini membuat nilai Rupiah anjlok tak terkendali. |
Nilai tukar Rupiah dari sekitar
Rp 2.400 per Dolar AS pada Juli 1997 menjadi sekitar Rp 16.000 per Dolar AS
pada Januari 1998. |
Kebijakan Moneter yang Tidak
Efektif |
Bank Indonesia (BI) sempat
menaikkan suku bunga untuk menarik modal kembali, namun hal ini tidak efektif
dan justru memberatkan sektor riil, memperlambat pertumbuhan ekonomi. |
Kenaikan suku bunga SBI
(Sertifikat Bank Indonesia) yang terlalu tinggi, yang menyebabkan banyak
perusahaan kesulitan membayar pinjaman dan akhirnya bangkrut. |
Keterbatasan Cadangan Devisa |
Cadangan devisa yang terbatas
membuat BI tidak mampu menahan laju penurunan Rupiah. Intervensi pasar valuta
asing yang dilakukan BI tidak mampu mengatasi tekanan masif. |
Pemerintah Indonesia meminta
bantuan pinjaman dari IMF untuk menambah cadangan devisa dan menstabilkan
nilai Rupiah. |
Kegagalan Sektor Perbankan |
Banyak bank yang gagal memenuhi
kewajiban likuiditasnya karena penarikan dana besar-besaran oleh nasabah
(rush) dan kredit macet yang menumpuk. |
Pemerintah terpaksa mengambil
alih 16 bank pada September 1997 melalui kebijakan Bank Beku Operasi (BBO)
dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). |
c. Akibat Krisis Ekonomi 1998
Akibat
Krisis Ekonomi 1998 |
Keterangan |
Contoh |
Kejatuhan Sektor Perbankan |
Banyak bank mengalami kebangkrutan karena kredit
macet dan penarikan dana massal oleh nasabah, yang mengakibatkan pemerintah
harus menalangi kerugian dalam jumlah besar. |
Bank Bali dan Bank Central Asia
(BCA) mengalami kesulitan likuiditas yang parah hingga harus diambil alih
oleh pemerintah. |
Penurunan Kesejahteraan
Masyarakat |
Nilai Rupiah yang anjlok menyebabkan harga
barang-barang impor, seperti bahan pangan dan obat-obatan, melonjak drastis,
menurunkan daya beli masyarakat secara signifikan. |
Harga-harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak
goreng, dan gula naik berkali-kali lipat, yang memicu kelangkaan dan
keresahan sosial. |
Peningkatan Angka Pengangguran |
Banyak perusahaan yang tutup atau mengurangi jumlah
karyawan karena kesulitan keuangan. Hal ini menyebabkan lonjakan drastis pada
angka pengangguran. |
Pabrik-pabrik tekstil dan manufaktur yang sangat
bergantung pada bahan baku impor terpaksa menghentikan operasinya, yang
menyebabkan pemutusan hubungan kerja massal. |
Tumbangnya Rezim Orde Baru |
Krisis ekonomi memicu krisis
politik dan sosial yang puncaknya adalah demonstrasi besar-besaran. Gerakan
mahasiswa dan rakyat menuntut reformasi total, yang berujung pada pengunduran
diri Presiden Soeharto. |
Tragedi Trisakti dan Kerusuhan Mei 1998
menjadi katalis utama yang mempercepat jatuhnya kekuasaan Soeharto. |
Dampak
Krisis Ekonomi 1998 |
Keterangan |
Contoh |
Reformasi Politik |
Krisis ini membuka jalan bagi era
reformasi, yang ditandai dengan perubahan fundamental dalam sistem politik,
termasuk amandemen UUD 1945, pemilu demokratis, dan kebebasan pers. |
Pemilihan umum tahun 1999 yang
diikuti oleh banyak partai politik, menandai berakhirnya dominasi politik
Golkar. |
Perubahan Struktur Ekonomi |
Pemerintah mengambil
langkah-langkah untuk restrukturisasi ekonomi, seperti privatisasi BUMN dan
perbaikan regulasi perbankan. |
Pembentukan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) untuk menyehatkan kembali perbankan dan menjual
aset-aset bank yang diambil alih. |
Perkembangan Gerakan Sosial dan
Sipil |
Masyarakat menjadi lebih kritis
dan berani menyuarakan pendapat. Organisasi non-pemerintah (LSM) dan media
massa berperan penting dalam mengawasi jalannya pemerintahan. |
Munculnya LSM-LSM seperti ICW
(Indonesia Corruption Watch) yang aktif mengadvokasi pemberantasan korupsi. |
Peningkatan Ketimpangan Sosial |
Meskipun berdampak positif pada
reformasi, krisis ini juga memperdalam jurang antara yang kaya dan miskin,
terutama di daerah perkotaan, karena banyak yang kehilangan pekerjaan dan
mata pencaharian. |
Banyak keluarga berpenghasilan
rendah yang tidak mampu lagi membeli kebutuhan pokok karena inflasi yang
sangat tinggi, sementara sebagian kecil kelompok tetap terlindungi dari
dampak krisis. |
5. Analisis Pengaruh Krisis Terhadap Pembangunan di Indonesia
Krisis
moneter dan keuangan tahun 1998 di Indonesia berdampak besar pada berbagai
aspek pembangunan, menghentikan kemajuan yang telah dicapai dan memicu
reformasi fundamental.
Sektor
Pembangunan |
Keterangan |
Contoh |
Krisis
Moneter & Keuangan |
Krisis
ini dipicu oleh anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, yang
menyebabkan kegagalan sistem perbankan dan kebangkrutan banyak perusahaan. |
Nilai
tukar Rupiah
anjlok dari sekitar Rp 2.400 menjadi Rp 16.000 per dolar AS pada awal tahun
1998. |
Gejolak
Politik & Sosial |
Krisis
ekonomi memicu ketidakpuasan publik terhadap rezim Orde Baru. Tuntutan
reformasi politik dan pengunduran diri Soeharto memuncak dalam demonstrasi
besar-besaran dan kerusuhan. |
Tragedi
Trisakti dan Kerusuhan
Mei 1998 menjadi katalis utama yang mempercepat jatuhnya Presiden
Soeharto. |
Terhentinya
PJP II & Pelita VII |
Krisis
secara efektif menghentikan Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II)
dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Pelita) VII. Proyek-proyek
strategis dihentikan karena pemerintah tidak memiliki dana. |
Proyek-proyek
pembangunan infrastruktur dan investasi besar terpaksa ditunda atau
dibatalkan, menyebabkan stagnasi ekonomi dan menghambat target pembangunan. |
Pembangunan
Ekonomi |
Krisis
menyebabkan kontraksi ekonomi yang parah. Pertumbuhan ekonomi yang stabil
pada era Orde Baru runtuh, menyebabkan inflasi tinggi dan banyak perusahaan
yang tutup. |
PDB
Indonesia
mengalami kontraksi sebesar 13,1% pada tahun 1998, yang merupakan penurunan
terbesar dalam sejarah. |
Pembangunan
Sosial |
Krisis
ekonomi menyebabkan penurunan drastis dalam kualitas hidup masyarakat.
Tingkat kemiskinan dan pengangguran meningkat tajam, memicu
keresahan dan ketidakstabilan sosial. |
Banyak
pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal, sementara harga
bahan pokok naik berkali-kali lipat, membuat daya beli masyarakat menurun
drastis. |
Pembangunan
Politik |
Krisis
menjadi katalis utama runtuhnya rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32
tahun. Tuntutan reformasi politik dari masyarakat menjadi sangat kuat, yang
akhirnya membuka jalan bagi era demokrasi. |
Gelombang
demonstrasi besar-besaran, terutama oleh mahasiswa, yang berujung pada
pengunduran diri Presiden Soeharto dan pelaksanaan pemilu yang lebih
demokratis pada tahun 1999. |
Pembangunan
Infrastruktur |
Pembangunan
infrastruktur mengalami stagnasi karena pemerintah menghadapi krisis utang
dan anggaran yang terbatas. Banyak proyek besar dihentikan atau ditunda, memperlebar
kesenjangan infrastruktur. |
Proyek-proyek
pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, dan pembangkit
listrik yang sedang berjalan terpaksa dihentikan karena sulitnya mendapatkan
pendanaan dan tingginya biaya akibat anjloknya nilai Rupiah. |
--------- selamat belajar ---------