PEMANFAATAN MUSEUM DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH


PEMANFAATAN MUSEUM 
DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH 

Amir Alamsyah, S.Pd
SMP Negeri 1 Bandungan, Kab.Semarang


ABSTRAK
Keberadaan museum menjadi penting dalam proses pembelajaran sejarah jika dimanfaatkan sebagai sumber media pembelajaran sejarah. Museum dan pembelajaran sejarah dapat saling berkaitan dan saling menguntungkan. Jika guru menggunakan museum sebagai media pembelajaran maka siswa akan lebih tertarik dalam belajar sejarah dan pihak museum kunjungannya dapat meningkat, sedangkan pembelajaran sejarah dapat menjadi lebih konkrit dan menarik melalui benda-benda, foto, maupun diorama koleksi museum. Kenyataannya sekarang ini hanya sedikit siswa  yang mengunjungi museum. bahkan untuk sekolah yang jauh dari museum tidak pernah mengunjungi museum sama sekali.Berkaitan dengan keadaan ini para guru seharusnya lebih kreatif, diantaranya dengan membuat sebuah dokumentasi ketika melakukan kunjungan ke museum. Maka mereka dapat menggunakan dokumentasi ini dalam proses pembelajaran sejarah.
Kata Kunci : Museum, media, pembelajaran sejarah.

A. PENDAHULUAN
                     Sejarah tak pernah selesai dan tak berujung sepanjang hidup manusia, sebab hari ini ada karena hari kemarin dan hari esok ada karena ada hari ini. Sejarah selalu membahas kehidupan manusia dimanapun berada, sehingga kajian sejarah mempelajari masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Masa lalu menjadi sesuatu yang penting untuk diketahui dan dipahami agar kejadian masa lalu dapat menjadi pelajaran dalam melangkah hari ini menuju masa depan.
                    Generasi sekarang hendaknya mampu memahami dan belajar dari pengalaman sejarah, dengan harapan dapat menjadi pijakan untuk membangun masa kini dan masa depan menjadi terarah, dapat mempertajam wawasan kebangsaan, mendorong memperkuat kebersamaan untuk mencapai cita-cita bangsa setelah belajar dari pengalaman masa lalu. Generasi muda perlu dibina kesadaran sebagai satu bangsa agar jiwa patriotisme dan nasionalisme mereka dapat tumbuh dan dapat menjadi modal pembangunan dalam mengisi kemerdekaan. Melalui pendidikan sejarah di sekolah, diharapkan siswa mampu memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat dalam rangka menumbuhkan jati diri bangsa.
                    Perkembangan lembaga permuseuman di Indonesia diawali sejak kedatangan bangsa Belanda yang tergabung dalam VOC, yang melihat kenyataan bahwa di Indonesia banyak menyimpan kekayaan warisan budaya. Hal ini disikapi dengan mendirikan Bataviaasch Genootsschap van Kunst en Wetenchappen tanggal 24 April 1778, yaitu suatu lembaga yang bertugas sebagai penasehat VOC yang menyangkut hal-hal perlindungan benda-benda warisan budaya dan naskah-naskah klasik kuno (Sunarto, 2008 : 3). Selanjutnya lembaga-lembaga sejenis berkembang diberbagai wilayah di Indonesia yaitu Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Denpasar. Jerih payah mereka berupa kegiatan pengumpulan benda-benda warisan budaya dari berbagai wilayah di Indonesia. Benda-benda tersebut sekarang menjadi koleksi museum Nasional di Jakarta, koleksi museum Siwa Lima di Ambon, koleksi museum Sanabudaya di Yogyakarta, koleksi museum Bali di Denpasar, koleksi museum Mpu Tantular di Surabaya. Sedangkan naskah-naskah klasik sekarang menjadi sebagian besar menjadi koleksi naskah di Perpustakaan Nasional Jakarta.
                    Di Indonesia saat ini kurang lebih ada 200 museum yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat. Sedangkan di Jawa Tengah terdapat  sekitar 36 museum yang telah berdiri. Salah satu sarana dan media pembelajaran IPS Sejarah di sekolah yaitu dengan memanfaatkan museum. Kenyataannya masyarakat terutama pendidikan, hanya memandang museum sebagai tempat menyimpan dan memelihara benda-benda peninggalan, serta monomen penghias kota. Akibatnya masyarakat enggan untuk meluangkan waktu berkunjung ke museum. Padahal jika bersedia mengunjungi museum, kita dapat menikmati dan memahami makna yang terkandung dalam setiap benda yang dipamerkan museum. Harapannya dapat terjadi pemindaham nilai warisan budaya bangsa dari generasi dulu kepada generasi sekarang.
                        Pada dunia pendidikan, keberadaan museum dapat menjadi sarana dan sumber pembelajaran IPS Sejarah. Harapannya mampu menjawab berbagai permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya, dan lingkungan hidup manusia. Pananaman kesadaran sejarah kepada generasi muda dapat tercapai, diantaranya dengan mengetahui perjalanan sejarah bangsa Indonesia melalui tampilan yang dipamerkan dalam museum.
                    Permasalahan dalam pemanfaatan museum diantaranya yaitu fungsi museum, manfaatnya, hambatan dalam pemanfaatannya, serta upaya untuk mengatasi hambatannya. 

B. METODOLOGI PENELITIAN
                    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan fokus perhatian pemanfaatan museum dalam pembelajaran IPS Sejarah pada jenjang pendidikan SMP. Adapun metode yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan literatur. Sumber penelitian dengan melakukan kunjungan berbagai museum di Kota Semarang, Ambarawa dan Yogyakarta, yaitu Museum Ronggowarsito, Museum Mandala Bhakti, Museum Palagan Ambarawa, Museum Kereta Api, Museum Kereta, Museum Benteng Vredeburg, dan Museum Sonobudoyo. Sedangkan pembelajaran berupa pengalaman selama menjadi pengajar IPS Sejarah di SMP Negeri 1 Bandungan Kabupaten Semarang. Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengungkap permasalahan yang ada agar diperoleh gambaran yang jelas yaitu mencari sumber pustaka yang relevan, kemudian mencari reverensi guna memecahkan masalah. Observasi dilakukan sebagai langkah berikutnya melalui kunjungan diberbagai museum di Kota Semarang, Ambarawa, dan Yogyakarta serta melakukan dokumentasi dengan cara pemotretan obyek penelitian yang ditampilkan di museum agar diperoleh gambaran dan data yang akurat. Data-data yang diperoleh kemudian dikaitkan dengan materi pembelajaran yang dikaji pada pelajaran sejarah tingkat SMP. Wawancara juga dilakukan melalui kunjungan di museum dengan petugasnya, dengan harapan dapat memperoleh data ataupun informasi yang jelas tentang makna, fungsi, dan harapan yang dapat diperoleh dari tampilan benda-benda koleksi pada museum. Langkah berikutnya yaitu mengolah data untuk memecahkan masalah yang dikaji yang kemudian hasilnya dapat dipaparkan secara deskriptif analitis guna memperoleh pemecahan masalah yang lebih baik dan jelas.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 
     1. Pengertian dan Fungsi Museum
                    Museum berasal dari bahasa Yunani “MUSEION”, yaitu sebuah bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan dewi seni dan ilmu pengetahuan. Diantara sembilan dewi itu ada dewi MOUSE yang lahir dari maha dewa Zeus dengan istrinya Mnemosyne dan bersemayam di Pegunungan Olimpus. Museion pada waktu itu sebagai tempat suci untuk memuja Dewa Dewi dan berkumpulnya para cendekiaan untuk mempelajari, dan menyelidiki bebagai ilmu pengetahuan. Museum mengacu pada lembaga, bangunan atau ruangan untuk memelihara dan melindungi, memamerkan benda-benda bernilai seni, bersejarah dan bernilai pengetahuan dan pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, ilmu pengetahuan, dan tempat menyimpan benda-benda kuno (KBBI, 2002 : 766). Definisi menurut ICOM (International Council of Musseum/Organisasi Permuseuman Internasional dibawah PBB), pengertian museum yaitu sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan, memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan, kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya (Sunarto, 2008 : 1). Dari uraian tesebut dapat disimpulkan bahwa museum adalah suatu badan yang bertugas dan melakukan kegiatan pameran dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan benda-benda yang penting bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
                    Tugas museum secara rinci ada tiga yaitu : Pertama, .mengumpulkan benda-benda koleksi, merawat dan mengawetkan, memamerkan benda-benda koleksi. Kedua, menghubungkan pengunjung  dengan berbagai cara melalui buku terbitan, ceramah, seminar, diskusi, dan lomba yang berkaitan dengan museum. Ketiga, mengadakan bimbingan pendidikan kebudayaan kepada guru, siswa, dan masyarakat (Sunarto, 2008 : 2).               
                Pada saat ini museum mempunyai beberapa fungsi penting, yaitu sebagai : Pertama,  pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah. Kedua, pusat penyaluran ilmu untuk umum.Ketiga, pusat menikmati seni kriya. Keempat,  pusat perkenalan obyek wisata antardaerah dan antarbangsa. Kelima, obyek wisata. Keenam, media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan. Ketujuh, suaka alam dan suaka budaya. Kedelapan, cermin sejarah manusia, alam, dan budaya. Kesembilan, sarana bertaqwa dan bersyukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Moh Amir, 1983 : 22).
                    Museum sebagai lembaga yang mengumpulkan dan memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan sejarah perkembangan kehidupan manusia dan lingkungan, juga merupakan pembinaan dan pengembangan nilai budaya bangsa untuk memperkuat kepribadian dan jati diri bangsa, mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME, serta meningkatkan harga diri dan kebanggan nasional. Kenyataannya banyak masyarakat termasuk kalangan pendidikan memandang museum sebagai tempat menyimpan dan memelihara benda-benda peninggalan sejarah dan monumen penghias kota. Akibatnya banyak masyarakat enggan meluangkan waktu datang menikmati dan mencoba memahami makna yang terkandung dalam setiap benda yang dipamerkan museum, sehingga terjadi pemindahan nilai warisan dan  budaya bangsa bagi generasi masa lalu kepada generasi sekarang.
    2.  Pemanfaatan Museum dalam Pembelajaran IPS Sejarah
                    Museum dapat digunakan sebagai media pembelajaran sejarah agar pembelajaran yang dilakukan lebih menarik dan konkrit. Media pembelajaran sejarah yang dipilih guru hendaknya memiliki ciri-ciri yaitu : Pertama, menarik minat dan perhatian siswa. Kedua, meletakkan dasar-dasar dalam memahami hal secara konkret untuk mencegah dan mengurangi verbalisme. Ketiga, merangsang tumbuhnya pengertian dan usaha pengembangan nilai. Keempat, berguna dan berfungsi ganda sebagai alat bantu dan alat penyampai pesan guru dalam mengajar. Kelima, sedarhana, mudah digunakan, dan dirawat (Dirjen Dikdasmen, 1985 : 41).
                    Prinsip-prinsip umum penggunaan media pembelajaran yaitu : Pertama, tidak ada media pendidikan yang dapat menggantikan kedudukan guru 100 %. Kedua, tidak ada media untuk mencapai semua tujuan pendidikan. Ketiga, media adalah bagian integral dalam proses belajar mengajar. Keempat, media pembelajaran yang digunakan harus mempunyai tujuan yang menyatu dengan tujuan pelajaran. Kelima, media yang ada digunakan secara bervariasi dan berimbang. Keenam, penggunaan media dalam proses belajar mengajar menuntut partisipasi siswa. Ketujuh, media yang digunakan terlalu banyak akan membingungkan siswa. Kedelapan, bentuk media yang digunakan dalam proses pembelajaran harus dipersiapkan secara matang (Abidin, 1981 : 3- 4). Guru sejarah dalam melakukan proses pembelajaran hendaknya dapat menggunakan media dan sumber belajar yang relevan dan menarik, dintaranya adalah foto-foto dokumentasi kunjungan ke museum ataupun kunjungan langsung guru bersama siswa ke museum. Para guru sejarah hendaknya mengenali beberapa media yang mendukung, berperan penting, dan efektif dalam proses pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pemilihan media yang tepat ditampilkan dapat memperlancar proses pembelajaran, tetapi kenyataannya dalam pembelajaran sejarah, media yang ada disekolah sangat terbatas sekali. Guru dituntut kreatif dalam mencari dan menggunakan media pembelajaran sesuai tema dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, diantaranya dengan memanfaatkan museum sebagai sumber media dalam pembelajaran sejarah.
                    Penggunaan museum dapat dilakukan melalui kunjungan langsung maupun dokumentasi koleksi museum. Pembelajaran sejarah dapat dilakukan dengan memilih topik yang tepat, kemudian mengkaitkan topik dengan media yang ada di museum sesuai tema pelajaran sejarah yang sedang dibahas guru bersama siswa.
                    Kunjungan museum yang menjadi kajian pembahasan ini yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber media pembelajaan IPS Sejarah tngkat SMP yaitu : Pertama, Museum Ronggowarsito pada gedung B dapat menjadi media untuk pembelajaran pra sejarah pada peradaban zaman batu dan zaman logam, peradaban Polynesia, peradaban Hindu Buddha, zaman pengaruh Islam, dan zaman kolonial, sedangkan pada gedung C dapat menjadi sumber media pembelajaran pertempuran di Yogyakarta dalam menhadapi agresi militer Belanda II tahun 1948, pemberontakan PKI di Cepu tahun 1948, Gerakan Tritura di kota Sala. Pemberontakan DI/TII , peristiwa Palagan Ambarawa, dan pertempuran lima hari di Semarang tanggal 14 sampai dengan 19 Oktober 1945 ( Sunarto, 2008 : 23  - 37).  Kedua, Museum Mandala Bhakti, dapat menjadi sumber media pembelajaran sejarah tentang sekitar pertempuran lima hari di Semarang, perjuangan bangsa Indonesia khususnya di Jawa Tengah pada masa perang kemerdekaan tahun 1945 - 1949, upaya TNI dalam menumpas berbagai pemberontakan yang terjadi di Jawa Tengah, berbagai macam senjata dan perlengkapannya yang digunakan pada masa perang kemerdekaan. Ketiga, Museum Palagan Ambarawa, dapat menjadi sumber media dalam kajian pertempuran bangsa Indonesia melawan Belanda dan Inggris di Ambarawa pada tanggal 20 Nopember sampai 15 Desember 1945. Keempat, Museum Kereta Api di Ambarawa, dapat menjadi sumber media tentang sarana transportasi yang digunakan Belanda dan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Kelima, Museum Sonobudoyo di Yogyakarta, dapat menjadi sumber media pembelajaran sejarah masa prasejarah Indonesia, zaman Hindu Budda, zaman Islam, zaman penjajahan Belanda, hingga zaman perang kemerdekaan. Keenam, Museum Kereta, dapat menjadi media tentang berbagai macam kereta yang menjadi sarana transportasi para raja Kesultanan Yogyakarta. Ketujuh, Museum Benteng Vredeburg, dapat menjadi media pembelajaran sejarah sejak Indonesia dijajah Belanda, Jepang, Perang Kemerdekaan, hingga pengakuan kedaulatan Belanda terhadap Indonesia tanggal 29 Desember 1949. Benda-benda maupun koleksi diorama pada Museum Benteng Vredeburg banyak menampilkan kejadian yang terjadi di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Museum-museum yang lain masih banyak lagi tersebar diberbagai pelosok penjuru tanah air Indonesia dapat menjadi sumber media pembelajaran sejarah. Bagi guru sejarah tinggal punya kemauan dan kemampuan untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin agar dalam proses pembelajaran dapat menjadi efektif, efisien, dan tidak terlalu abastrak. Hal ini dapat diujudkan dalam menggunakan media yang ada dalam koleksi berbagai museum disekitar kita untuk pembelajaran sejarah pada siswa SMP.
                    Sebagai lembaga yang menyimpan, memelihara, dan memamerkan hasil karya, cipta, dan karsa manusia sepanjang zaman, museum merupakan tempat yang tepat sebagai sarana dan sumber pembelajaran sejarah karena keberadaannya mampu menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya, dan lingkungannya. Melalui benda yang dipamerkan, maka pengunjung dapat belajar berbagai hal berkaitan dengan nilai, perhatian, serta berbagai kehidupan manusia. Kunjungan langsung ke museum, maka pengunjung terutama para pelajar dapat melihat langsung benda apa saja yang dipamerkan.
                    Keberadaan museum banyak disosialisasikan  kepada masyarakat terutama para guru yang berkunjung ke museum. Guru sejarah yang berkunjung ke museum dapat menjadikan museum dan isinya menjadi menarik dan lebih hidup. Keberadaan museum dapat menjadi sarana dan sumber pembelajaran sejarah, serta sarana rekreasi. Siswa yang dibimbing guru mengunjungi museum dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal, karena dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru dan pada diri siswa muncul kesadaran untuk tetap bersedia berkunjung kembali meskipun tidak memperoleh tugas guru, sedangkan tugas guru adalah terus membangkitkan rasa keingintahuan siswa terhadap sejarah masa lalu bangsa Indonesia.
                    Kegiatan pengamatan yang dilakukan siswa selama berkunjung di museum dapat memunculkan gagasan dan ide baru karena siswa dirangsang untuk menggunakan kemampuannya berpikir kritis secara maksimal. Kemampuan berpikir tidak dapat muncul sendiri tanpa bimbingan dan pembinaan yang cukup dari guru. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa  melalui kunjungan ke museum yaitu pada materi pembelajaran tertentu, guru perlu mengajak, menugaskan, dan menyarankan   siswa berkunjung ke museum untuk membuktikan uraian dan buku teks dengan melihat bukti nyata yang ada pada museum. Selain itu siswa yang akan berkunjung ke museum diberi perbekalan tentang materi yang akan diamati agar siswa tumbuh rasa keingintahuan dan dapat membuktikan informasi yang diberikan guru maupun pemandu museum. Guru juga dapat menyediakan alat bantu pendukung pembelajaran siswa berupa lembar panduan yang  materinya disusun singkat, padat, dan mampu menumbuhkan daya kritis siswa terhadap obyek yang diamati. Selama kunjungan, guru dan pemandu berada dekat siswa untuk memberi bimbingan dan melakukan diskusi kecil dengan siswa tentang obyek yang diamati. Setelah kegiatan kunjungan, siswa membuat laporan berupa kesimpulan yang diperoleh dari hasil kegiatan kunjungan ke museum kemudian hasilnya didiskusikan di dalam kelas. Pada akhir kegiatan, guru melakukan evaluasi program kegiatan  untuk mengukur tingkat   keberhasilan kunjungan ke museum.
                        Pihak pengelola museum juga perlu melakukan berbagai upaya agar pengunjung, terutama para siswa untuk memperoleh hasil maksimal selama kunjungan. Upaya yang dapat dilakukan museum sebagai sarana dan sumber pembelajaran sejarah, yaitu : Pertama,  menyediakan denah tentang pembagian ruang dan jenis koleksi yang dipamerkan pada pintu  masuk museum, sehingga pengunjung memperoleh gambaran isi museum secara lengkap. Kedua, menyediakan fasilitas informasi yang disajikan secara lengkap dan menarik sebagai pelengkap benda koleksi pameran dan diorama. Ketiga, menyediakan berbagai fasilitas penunjang kegiatan pendidikan, seperti leflet, brosur, buku panduan, film, mikro film, slide, dan lembar kegiatan siswa sehingga pengunjung dapat mudah mempelajari obyek yang dipamerkan museum. Keempat, lembar kegiatan siswa perlu dirancang oleh museum sesuai tingkat usia siswa serta mampu membangkitkan daya kritis siswa sesuai tingkatannya.
                Pemanfaatan museum sebagai sarana dan sumber pembelajaran sejarah secara optimal dapat dicapai jika sebelum melakukan kegiatan kunjungan ke museum diberikan pengenalan dulu tentang materi atau obyek yang dipamerkan. Kegiatan eksplorasi perlu dilakukan guru untuk menjalin kerjasama dengan pengelola museum agar diperoleh informasi yang lengkap tentang museum dan koleksi yang dipamerkan. Kegiatan ini dilakukakan guru sebelum siswa mengunjungi museum agar bimbingan yang dilakukan guru dapat optimal.
                Pengelola museum dalam menyusun berbagai program pendidikan dan sarana penunjangnya di museum, perlu dilakukan kerjasama kalangan pendidikan agar sesuai dengan tuntutan kurikulum sekolah. Selain itu antar museum dalam satu kota atau antar daerah juga perlu melakukan koordinasi melakukan kerjasama dalam membuat buku informasi museum untuk menentukan  kunjungan guru dan siswa tentang museum mana yang dapat dikunjungi sesuai dengan tuntutan isi kurikulum sekolah.
                Peranan museum sebagai sarana dan sumber pembelajaran IPS Sejarah di sekolah yaitu : Pertama, materi pembelajaran yang diberikan guru tidak terlalu abstrak, karena dapat dilihat buktinya  pada koleksi di museum. Kedua, siswa dapat mengetahui dengan jelas bahwa cerita perjalanan sejarah bangsa Indonesia masa lampau benar terjadi dan  sebagian buktinya dapat dilihat melalui kunjungan ke museum. Ketiga, dapat mengurangi kebosanan siswa belajar didalam kelas dengan melakukan kunjungan ke museum, karena dipamerkan bukti-bukti peninggalan sejarah bangsa Indonesia dari masa lampau sampai sekarang.
    3.  Hambatan Dalam Pemanfaatan Museum dalam Pembelajaran IPS Sejarah
                Proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam kelas tentunya mengalami hambatan yang harus segera dilakukan pemecahannya. Harapannya proses pembalajaran dapat berlangsung optimal dan hasilnya memuaskan. Demikian pula halnya guru dalam memanfaatkan museum sebagai sarana dan sumber pembelajaran IPS Sejarah juga memiliki hambatan, diantaranya yaitu : Pertama, jarak sekolah dengan museum terlalu jauh untuk dijangkau siswa dengan batasan waktu pelajaran sekolah yang ada. Kedua, membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup banyak untuk sampai ke museum. Ketiga, informasi museum yang ada belum menjangkau seluruh sekolah yang ada, terutama didaerah yang letaknya jauh dari museum. Keempat, materi pembelajaran yang ada kadang kurang sesuai dengan isi yang dipamerkan dengan museum, sehingga jika dilakukan kunjungan ke museum hasilnya kurang maksimal. Kelima, guru jarang melakukan kunjungan ke museum sehingga kurang memahami tentang informasi koleksi yang ada didalam museum, akibatnya jarang dalam memanfaatkan museum sebagai sarana dan sumber pembelajaran IPS Sejarah.
4.  Upaya dalam Mengatasi Hambatan Pemanfaatan Museum dalam pembelajaran IPS Sejarah
                    Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai hambatan dalam memanfaatkan museum sebagai sarana dan sumber pembelajaran sejarah yaitu : Pertama, isi koleksi museum banyak menunjang pembelajaran sejarah sesuai kurikulum sekolah.Kedua, perlu kerjasama pihak sekolah dengan museum agar museum dapat dimanfatkan secara  optimal. Ketiga, secara berkala diadakan kunjungan ke museum agar pembelajaran sejarah dapat menjadi maksimal sesuai tuntutan kurikulum. Keempat, Obyek yang ditampilkan museum dapat dimanfaatkan dengan cara mendokumentasikan melalui foto jika guru sulit membawa siswa berkunjung museum. Foto-foto yang diperoleh kemudian dapat ditayangkan guru dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan media komputer dan slide proyektor, atau dapat pula dicetak dalam kertas foto. Museum yang digunakan sebagai sumber media pembelajaran sejarah hendaknya sesuai dengan tema pembahasan yang sedang dilakukan dalam proses pembelajaran agar dapat diperoleh pemahaman yang jelas dari siswa dan diperoleh hasil belajar yang maksimal.

D.  SIMPULAN DAN SARAN
  Simpulan
   Keberadaan museum sebagai sarana dan sumber pembelajaran IPS Sejarah dapat   mampu menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dalam proses pembelajaran dalam kaitannya dengan sejarah perkembangan manusia, budaya, dan lingkungannya. Selain itu pemanfaatan museum menjadikan pembelajaran sejarah dapat lebih konkrit karena ada buktinya di museum sehingga dapat membangkitkan kesadaran sejarah pada siswa. Dengan melakukan kunjungan ke museum dapat menjadi sumber inspirasi untuk menjadi pandangan masa kini dan masa yang akan datang, terutama dalam pembelajaran sejarah.
  Saran 
Hendaknya guru dapat memanfaatkan museum, dengan mengadakan kunjungan ke museum agar pembelajaran sejarah yang dilakukan dapat menarik minat siswa dan pelajaran sejarah tidak membosankan. Hal ini dapat dilakukan guru dengan cara membuat dokumentasi berbentuk foto ataupun kalau mampu dibuat dalam bentuk rekaman film yang kemudian diujudkan berbentuk VCD. Karyawisata yang dilakukan sekolah secara bersama hendaknya ada kunjungan ke museum agar pemahaman siswa tentang materi pembelajaran sejarah menjadi lebih baik. Pihak museum harus mampu bekerjasama dengan sekolah, perpustakaan dan laboraturium agar dapat menjadi bagian pembelajaran sejarah di sekolah dan banyak dibutuhkan sebagai sarana dan sumber pembelajaran sejarah. Dengan demikian museum dapat diminati untuk dikunjungi siapa saja baik itu pelajar dan mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

-   Abidin. 1981. Pemilihan dan Penggunaan Media Proses Belajar Mengajar. Jakarta : P3G Depdikbud.
-   Dirjen Dikdasmen. 1995. Pengelolaan Belajar Mengajar. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
-  Hartati, Endah. 2007. Pemanfaatan Museum, Monumen Perjuangan Makam Pahlawan, dan Saksi Sejarah sebagai Sumber sejarah. Makalah. Semarang : Dinas P dan K Propinsi Jawa Tengah.
-    Soewardi. 2000. Wawasan Kebangsaan Indonesia. Semarang : Yayasan Tritungga.
-    Sugiono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
-    Sunarto. 2008. Panduan dan Lembar Kerja Kunjungan Museum Jawa Tengah   Ronggowarsito. Semarang : Museum Ronggowarsito.
-   Sutaarga, Moh. Ali. 1983. Pedoman Penyelenggaraan dan pengelolaan Museum. Jakarta : Direktorat Permuseuman Dirjen Kebudayaan.
-    Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
-   Witjaksono, Djoko N. 2007. Museum-museum Daerah : Masalah dan Prospek. Makalah. Ungaran : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang.             


----------  o  O  o  ----------


Tidak ada komentar: