BAB 2. MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

     Mata Pelajaran       :  Ilmu Pengetahuan Sosial
     Kelas  /  Semester  :  VII (Tujuh)  / 1 (Satu)
Standar Kompetensi :   1.   Memahami lingkungan kehidupan manusia
Kompetensi Dasar   :  1.2.  Mendeskripsikan kehidupan pada masa Pra  Aksara di Indonesia
Penyusun             :  AMIR ALAMSYAH, S.Pd
                   
BAB 2
MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

A.Pengertian Masa Pra Aksara
1.     Pra aksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara.
2.    Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan.
3.    Masa atau zaman pra aksara :
a.   adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan.
b.  disebut juga masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan.
c.  disebut juga masa pra sejarah, yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal tulisan.
4.  Masa sesudah manusia mengenal tulisan disebut juga masa aksara atau masa/zaman sejarah.
5. Zaman pra aksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan.
6. Zaman pra aksara di Indonesia berlangsung sampai abad ke-4 Masehi. Pada abad ke-5 Masehi, manusia Indonesia baru mulai mengenal tulisan, diketahui dari batu bertulis berupa Prasasti Yupa dari kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur yang tidak berangka tahun, tetapi bahasa dan bentuk huruf yang digunakan menunjukkan dibuat  ±  tahun 400 Masehi.

B. Sumber Keberadaan Kehidupan Manusia Masa Pra Aksara atau Pra Sejarah
1.  Artefak :
a.   yaitu benda-benda purbakala seperti peralatan hidup dan perhiasan.
b. benda-benda tersebut dapat berfungsi untuk membantu untuk memperkirakan perkembangan kehidupan manusia.
2.  Fosil  :
a.   yaitu sisa-sisa kehidupan seperti tulang belulang manusia, hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu atau menjadi keras karena proses kimia.
b.    dapat berfungsi untuk membantu dan memberi petunjuk tentang pertumbuhan fisik manusia pada masa pra-aksara.
c.    bekas-bekas atau sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan binatang yang telah membatu terdapat di dalam lapisan-lapisan bumi.
d.     Fosil pandu yaitu fosil yang dapat memberi petunjuk tentang kehidupan manusia purba atau pra sejarah.

C. Perkembangan Kehidupan Masyarakat pada Zaman Pra Aksara
1.  Pembabakan zaman pra aksara berdasarkan arkeologi ada 2 yaitu :
    a. Zaman batu, dibedakan menjadi 4 periode :
 1)   Zaman batu tua (Palaeolithikum)
 2)  Zaman batu madya (Mesolithikum)
 3)  Zaman batu muda (Neolithikum)
 4)  zaman batu besar (Megalithikum).
b.    Zaman logam dibedakan menjadi 3 periode :
 1)   zaman tembaga
 2)  zaman perunggu
 3)  zaman besi.
2.Pembabakan masa atau zaman pra aksara berdasarkan ciri kehidupan  masyarakatnya ada 4 yaitu :
 a. Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat sederhana
 b. Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat lanjut
 c. Masa bercocok tanam dan beternak
 d. Masa perundagian.

 Pembagian Zaman Pra Aksara Menurut H.R. Van Heekeren
No
Zaman
Waktu
Manusia/Kebudayaan
1.
Paleolitikum
 - Bawah
 - Tengah
 - Atas
450.000 –350.000
80.000 – 35.000
3.500 – 1.500
• Pitecanthropus Mojokertensis
• Meganthropus Paleojavanicus
•  Pitecanthropus Erectus/Homo    Erectus
• Homo Wajakensis
• Homo Soloensis
Hasil kebudayaan dari batu yang masih kasar
2.
Mesolitikum
8.000 – 4.500
6.500 – 2.000
Austronesia, Melanesia
Pabble, Bascon Hoabins
Wedda, Negrito
Blade, Toale
3.
Neolitikum
4.500 – 2.500
Proto Melayu
Kapak persegi, Kapak lonjong
4.
Megalitikum
-
Austronesia, Melanesia, Proto Melayu, Deutro Melayu.
Menhir, Bangunan Berundak, Tugu
5.
Logam
-Perunggu
-Tembaga
-Besi
2.500 – 2.000
-
-
Deutro Melayu
Kapak corong, Nekara, dan Bejana perunggu

3. Zaman batu tua (Palaeolithikum) :
 a.   peralatan hidup dibuat dari batu maupun tulang yang masih kasar, karena dikerjakan secara sederhana dan sering hanya berupa pecahan batu.
 b.  manusia hidup mencari makan dengan berburu dan meramu :
 1)  Berburu adalah kegiatan manusia purba untuk memperoleh bahan makanan   dengan cara memburu binatang,memasang perangkap, dan menjeratnya.
2)  Meramu adalah kegiatan untuk mendapatkan bahan makanan dengan cara mengumpulkan tumbuh-tumbuhan langsung dari alam.
c.   hasil kebudayaannya berupa peralatan hidup yaitu kapak genggam, kapak perimbas, dan alat serpih, monofacial, chopper (salah satu jenis kapak genggam yang berfungsi sebagai alat penetak), dan beberapa jenis kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya.
d.  Jenis manusia yang hidup
 1)    Tahap berburu dan meramu tingkat awal berlangsung sejak 2 juta sampai 10.000 tahun yang lalu pada zaman pleistosen.
 2)    Manusia yang hidup pada zaman itu adalah Pitecanthropus Erectus (Pitecanthropus Erectus dan Pitecanthropus Mojokertensis), Meganthropus Paleojavanicus, Homo Sapiens (Homo Wajakensis dan Homo Soloensis).
  e.  Corak Kehidupan Masyarakat
 1)    bertempat tinggal secara nomaden atau berpindah-pindah, biasanya tinggal di dalam gua-gua biasanya dekat sebuah sumber air dan makanan.
 2)  Mereka biasa berburu gajah purba, banteng purba, dan binatang-binatang hutan lainnya.
 3)  kehidupan manusia purba dalam gua-gua itu biasanya membentuk kelompok kecil terdiri atas 20–30 orang dan telah mengenal pembagian tugas atau kerja.
f.   Belum mengenal seni atau kesenian.
g.  Peralatan Hidup Manusia Purba
1)   untuk mendukung kehidupannya, manusia purba menggunakan dan membuat beragam peralatan dari bahan batu, kayu, tanduk, dan tulang ikan. Artefak dan fosilnya sebagian besar masih bisa ditemukan kecuali peralatan yang terbuat dari kayu.
2)  Jenis-jenis alat zaman berburu dan meramu tingkat awal sebagai berikut :
 a) Alat Budaya Pacitan
Alat budaya Pacitan yang berasal dari batu ada dua, yaitu tradisi batu inti yang terdiri atas kapak perimbas (chopper) dan kapak genggam (hand adze). Kapak perimbas digunakan untuk merimbas kayu, pemecah tulang, dan sebagai senjata. Kapak genggam digunakan untuk menggali, memotong, dan menguliti. Alat-alat ini ditemukan di Punung, Pacitan (Jawa Timur) dan di beberapa tempat lain. Alat-alat budaya Pacitan juga ditemukan di Jampang Kulon (Sukabumi, Jawa Barat); Gombong (Kebumen, Jawa Tengah); Ngadirojo dan Sambungmacan (Sragen, Jawa Tengah), Tanjungkarang (Lampung); Awang Bangkal (Kalimantan Selatan); Cabbenge (Sulawesi Tenggara), Sembiran dan Trunyan (Bali); Batutring (Sumbawa), Wangka, Mengeruda, Alabula, Maumere (Flores); serta Atambua, dan Kefamenanu (Timor). Selain tradisi batu inti, ada juga tradisi batu serpih atau flakes yang meliputi gurdi untuk membuat lubang, pisau untuk memotong, dan tombak untuk menombak. Alat budaya serpih bilah berupa penggaruk, serut, gurdi, penusuk, maupun pisau ditemukan di Punung Pacitan, Sangiran, Gombong, Lahat, Cabbenge, Maumere, Mengeruda, dan Atambua (NTT).
b) Alat Budaya Ngandong
Alat budaya Ngandong dibuat dari tanduk, tulang, dan duri ikan. Alat budaya ini terdiri atas sudip, mata tombak, dan belati/penusuk, ditemukan di Ngandong, Blora (Jawa Tengah).
4. Zaman batu madya (Mesolithikum) :
 a. manusianya mulai mengenal seni tahap awal dan kepercayaan.
 b. Corak hidup masyarakatnya masih didominasi oleh corak hidup berburu dan meramu tingkat lanjut. Setelah ribuan tahun berburu dan meramu (dari 1.900.000–4.500 tahun yang lalu) manusia mulai memiliki kepandaian dalam mengolah tanah dengan menanam keladi.  
 c. budaya pada masa tingkat lanjut ini didukung oleh manusia Australomelanesid (dan sedikit jenis Mongoloid yang khusus menempati wilayah Sulawesi Selatan).
 d. Kemampuannya dalam berburu juga telah meningkat dengan alat-alat yang dipergunakan antara lain perangkap, jerat, mata panah, dan busur.
 e. Corak Masyarakat
 1)Manusia purba yang hidup pada tingkat berburu dan meramu tingkat lanjut tinggal di gua-gua alam serta gua payung (abris sous roche) yang letaknya tidak jauh dari sumber air, danau, atau sungai yang kaya ikan, siput, dan kerang.
 2)Mereka yang tinggal di tepi pantai/muara sungai membangun permukiman berupa rumah panggung. Dugaan tersebut disimpulkan dari temuan bukit remis atau kerang hasil sampah dapur (kyokkenmodinger) di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara.
 3) mereka sudah mulai mengenal kepercayaan tentang hidup sesudah mati dan kesenian. Hal itu terlihat dari aktivitas  Mengubur Mayat  dan Membuat Lukisan pada Dinding Gua Tempat Tinggalnya.
 4)Pada gua Pattae di Sulawesi Selatan ditemukan lukisan cap tangan (berkaitan dengan perkabungan) dan lukisan babi rusa (keberhasilan perburuan). Pada gua Leang-Leang di Sulawesi Selatan terdapat gambar berwarna seekor babi hutan yang sedang berlari dan lukisan cap tangan. Selain itu, di gua Jarie dan gua Burung juga ditemukan lukisan cap tangan. Pada dinding gua-gua di Seram dan Papua Barat dilukiskan perahu (lambang alat transpor ke dunia roh) dan manusia bertopeng (melindungi dari gangguan roh jahat). Lukisan serupa juga ditemukan di Pulau Muna (Sulawesi Selatan).
 f. Alat
1) Alat bantu untuk berburu dan meramu tingkat lanjut masih menggunakan bahan batu, kayu, dan tulang. Teknik pembuatannya sudah dikerjakan lebih lanjut, yaitu sedikit diperhalus.
2) Jenis alat yang dipakai sebagai berikut :
a) Alat-Alat Budaya Abris Sous Roche
Alat-alat budaya yang ditemukan dalam abris sous roche (gua-gua sebagai tempat tinggal) yaitu serpih bilah berupa pisau dan gurdi dari batu. Alat ini banyak ditemukan di gua-gua Sulawesi Selatan, Flores, dan Timor. Alat-alat tulang berupa belati, sudip, mata kail, dan penusuk ditemukan di Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.
b) Alat Budaya Kjokkenmodinger (dari Batu)
Alat budaya dari batu yang ditemukan di dalam Kjokkenmodinger (bukit-bukit kerang hasil sampah dapur) antara lain kapak sumatra/pebble yang digunakan untuk memotong, menggali, dan menguliti. Selain itu, ditemukan serta batu pipisan/batu giling yang digunakan untuk menggiling obat-obatan atau menggiling zat pewarna untuk hematit atau lukisan. Alat-alat ini ditemukan di timbunan bukit remis (kjokkenmodinger) di Sumatra Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam serta gua-gua di Besuki, Jawa Timur.
5. Zaman batu muda (Neolithikum) :
a.   Peralatan hidup sudah dihaluskan bahkan diberi tangkai
b.   Jenis alat yang digunakan yaitu kapak persegi dan kapak lonjong
c.   Sudah dapat membuat pakaian dari kulit kayu dan menggunakan perhiasan dari batu dan manik-manik.
d.   Sudah memiliki kemampuan bercocok tanam dan beternak :
berburu sudah tidak dapat lagi digunakan sebagai mata pencaharian pokok, karena mereka berusaha menghasilkan bahan makanan sendiri dengan membudidayakan tanaman dan beternak. Pada masa ini berarti manusia purba sudah mengalami peningkatan, yaitu dari pengumpul makanan (food gatherer) menjadi penghasil makanan (food producer).
e.   Jenis manusia yang hidup :
1)  Memasuki tahun 1500 SM Kepulauan Nusantara menerima kedatangan migrasi jenis manusia Malayan mongoloid atau Melayu Austronesia yang berasal dari kawasan Yunan (Cina Selatan). Mereka mendominasi wilayah bagian barat Indonesia, sedangkan Australomelanesid tergeser ke arah timur. Kemudian terjadi pembauran antara kedua jenis manusia tersebut.
2) Mereka memasuki Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur selatan (Yunan–Thailand–Semenanjung Malaka/Malaysia–Sumatra–Jawa–Bali–Lombok–Flores–Sulawesi Selatan) dan jalur timur (Yunan–Vietnam–Taiwan–Maluku–Sulawesi Utara-Papua).
f.   Corak Kehidupan Masyarakat :
1)  Bangsa Melayu Austronesia datang sudah kepandaian bercocok tanam di ladang, berupa tanaman keladi, labu air, ubi rambat, padi gaga, sukun, pisang, dan kelapa.
2) sebagai petani dan peternak, mereka memerlukan kebersamaan yang tinggi untuk menebang hutan, membakar semak, menabur/menanam benih, memetik hasil lading.
3) mendirikan rumah sehingga sudah bertempat tinggal secara menetap (sedenter).
4) menyelenggarakan upacara adat dan kepercayaan
5) untuk mengatur kehidupan bersama, mulai terlihat peran para pemimpin (primus interpares / yang utama dari sesamanya), yaitu Ketua Suku/Ratu/Datuk.
6) sudah terampil membuat gerabah, anyaman, pakaian, dan bahkan perahu.
g.   Memiliki kepercayaan bersifat Animisme, Dinamisme, Monoisme, dan Totemisme :
1)  Animisme adalah kepercayaan terhadap setiap benda memiliki roh atau jiwa.
2) Dinamisme adalah kepercayaan terhadap setiap benda memiliki kekuatan gaib.
3) monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Totemisme adalah kepercayaan terhadap hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi, ular, dan harimau.
 h.   Bangsa Melayu Austronesia mengenal kepercayaan dan upacara pemujaan kepada arwah nenek moyang atau para leluhur. Para leluhur yang meninggal dikuburkan dengan upacara penguburan dengan cara penguburan langsung dan penguburan tidak langsung.
6. Zaman batu besar (Megalithikum) :
a.  yaitu zaman dengan hasil kebudayaan yang dibuat dari batu berukuran besar dan berkaitan erat dengan sistem kepercayaan manusia yang mulai berkembang pada waktu itu.
c.  Hasil-hasil kebudayaan manusia pada zaman batu besar yaitu :
 1) Menhir yaitu tugu dibuat dari batu besar atau berupa tiang yang berfungsi sebagai tempat memuja arwah leluhur dan tanda peringatan. Tempat-tempat penemuan menhir di Indonesia, yaitu Pasemah (Sumatra Selatan), Pugungharjo (Lampung), Kosala, Lebak Sibedug, Leles, Karang Muara, Cisolok (Banten, Jawa Barat), Pekauman Bondowoso (Jawa Timur), Trunyan dan Sembiran (Bali), Ngada (Flores), Belu (Timor), Bada-Besoha dan Tana Toraja (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan).

 Menhir
 
 2) Dolmen yaitu meja batu yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sesaji. Bangunan ini ditemukan di Pulau Samosir (Sumatra Utara), Pasemah (Sumatra Selatan), Leles (Jawa Barat), serta Pekauman dan Pakian di Bondowoso (Jawa Timur).

 Dolmen

3) Kubur batu yaitu bangunan berbentuk persegi panjang dibuat dari lempengan batu yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat. Banyak ditemukan di Pasemah (Sumatra Selatan) dan Kajar, Gunung Kidul (DIY).

 Kubur Batu

4) Waruga yaitu kubur batu berbentuk kubus yang berpenampilan dan berfungsi seperti sarkofagus, tetapi dengan posisi mayat jongkok terlipat. Waruga hanya ditemukan di Minahasa.

Waruga

5) Sarkofagus yaitu kubur batu berbentuk lesung atau peti mati dari satu batu utuh terdiri atas wadah dan tutup. Mayat diletakkan dalam posisi berbaring meringkuk. Sarkofagus banyak ditemukan di Indonesia terutama di Bondowoso (Jawa Timur) dan Bali.

Sarkofagus
6) Punden berundak yaitu bangunan dari batu yang disusun berundak-undak atau bertingkat sebagai tempat melakukan upacara pemujaan. Bangunan ini banyak dijumpai di Kosala dan Arca Domas (Banten), Cisolok (Sukabumi), serta Pugungharjo (Lampung).

Punden Berundak

7) Arca Batu yaitu arca sederhana menggambarkan para leluhur binatang (gajah, kerbau, monyet). Arca batu ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi. Di Pasemah (Sumatra Selatan) masyarakat di sekitar mengaitkan arca batu dengan legenda Si Pahit Lidah. Arca batu juga ditemukan di Batu Raja dan Pager Dewa (Lampung), Kosala, Lebak Sibedug, dan Cisolok (Jawa Barat), Pekauman Bondowoso (Jawa Timur), sertaBada-Besoha (Sulawesi Tengah).

Arca Batu
  
7.   Peralatan hidup manusia pada masa bercocok tanam & beternak (neolithikum) :
a.    masih menggunakan alat-alat dari bahan batu, kayu, dan bahan dari tanah liat.
b.  Teknik pembuatannya sudah dikerjakan dengan baik. Alat-alat dihaluskan dengan diasah atau diupam dan teknik penggunaannya sudah memakai tangkai. Pengasahan alat-alat dari batu ini tidak dilakukan atas seluruh permukaan, tetapi bagian yang tertutup oleh tangkai dibiarkan sedikit agak kasar agar memiliki daya kait yang lebih kuat.
c.   Jenis alat yang dipergunakan pada masa bercocok tanam dan beternak :
1) Kapak Persegi
Disebut kapak persegi karena dibuat dalam penampang persegi. Macam-macam kapak persegi, yaitu beliung, cangkul, dan tatah. Bagian yang tajam dari kapak persegi diasah miring (ingat cara mengasah pahat). Kapak diberi tangkai dengan teknik mengikat. Cara memakainya seperti jika kita memakai cangkul atau kapak perajin kayu sekarang.
Fungsi kapak antara lain sebagai beliung (digunakan untuk memotong kayu atau membuat perahu), sebagai cangkul (digunakan untuk mengolah tanah), dan sebagai tatah (digunakan untuk memotong kayu). Kapak persegi ini ditemukan tersebar di bagian barat Indonesia dari Sumatra (Bengkulu, Sumatra Selatan, dan Lampung), Jawa Barat, Bali, NTT (Solor, Adonara), Sulawesi Tengah, serta Ternate. Selain kapak persegi yang sudah diasah, ditemukan pula kapak persegi yang belum diasah.
Kapak ini diduga sebagai barang dagangan. Sentra pembuatan kapak persegi setengah jadi antara lain di Bunga Mas (Sumatra Selatan); Pasir Kuda, Bogor dan Karangnunggal, Tasikmalaya (Jawa Barat); Karangbolong, Kebumen (Jawa Tengah); serta Punung, Pacitan dan Kendenglembu, Banyuwangi (Jawa Timur). 

Kapak Persegi
2) Kapak Lonjong
disebut kapak lonjong karena dibuat dalam penampang lonjong. Jenis kapak ini banyak ditemukan di kawasan timur Indonesia antara lain Sulawesi, Sangihe Talaud; Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan terutama di Papua. Bagian yang tajam diasah dari dua sisi dan diberi tangkai dengan posisi seperti kapak penebang kayu sekarang.

 
Kapak Lonjong 
3) Mata Panah
Alat ini banyak ditemukan di Maros dan Kalumpang (Sulawesi Selatan), Gua Sampung dan Gua Lawa di daerah Tuban, Bojonegoro, serta Punung (Jawa Timur).
4) Gurdi dan Pisau
Gurdi dan pisau neolitik banyak ditemukan di kawasan tepi danau. Misalnya di Danau Kerinci (Jambi), Danau Bandung, Cangkuang, Leles, Danau Leuwiliang (Jawa Barat); Danau Tondano, Minahasa (Sulawesi Utara), dan sebuah danau di Flores Barat.
5) Perhiasan
Perhiasan neolitik ini dibuat dari batu mulia berupa gelang. Banyak ditemukan di Jawa Barat (Tasikmalaya, Cirebon, dan Bandung).
6) Gerabah
Gerabah adalah alat-alat atau barang-barang yang dibuat dari tanah liat. Contohnya yaitu kendi, kendil, kuali, gentong air, dan lain-lain.
8.  Zaman logam atau zaman perundagian :
a.   zaman logam yaitu zaman sewaktu manusia sudah mampu membuat peralatan hidup dari logam tembaga, perunggu, maupun besi.
b.  dimulainya zaman logam, bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang.
c. nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan digunakan secara dominan, sehingga tingkat kehidupan manusia pada zaman logam sudah lebih tinggi daripada zaman batu.
d.  perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami tiga pembagian zaman, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.
e.  di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perungggu.
f. teknik pembuatan alat-alat dari logam adalah dengan cara melebur bijih-bijih logam yang dituangkan dalam bentuk sesuai alat-alat yang dibutuhkan  yang dihasilkan dengan cara dicetak. Proses pembuatan logam dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1)  teknik bivalve yaitu dengan cara menggunakan cetakan-cetakan batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Cetakan terdiri atas dua bagian yang diikat kedalam rongga dalam cetakan dituangkan bijih besi yang sudah cair kemudian cetakan itu dibuka setelah logamnya mengering.
2) teknik a cire perdue yaitu dengan membuat model benda dari lilin. Model benda dari lilin ini kemudian ditutup dengan tanah liat sampai tidak terlihat bentuknya. Setelah tertutup seluruhnya dengan menyisakan lubang kecil di ujungnya, tanah liat itu dibakar. Lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat. Karena lilin mencair, tanah liat itu berongga. Bentuk rongga itu akan sama persis dengan bentuk lilin yang telah cair. Tanah liat yang berongga kemudian diisi dengan cairan logam melalui lobang kecil. Setelah cairan logam dingin, cetakan tanah liat dipecah. Keluarlah bentuk benda mirip dengan model benda yang terbuat dari lilin tadi.
g.  Zaman logam disebut juga masa perundagian, karena manusia mulai mengenal teknologi pertukangan dengan mengolah logam, terutama perunggu dan besi. kemampuan mengolah logam hanya dapat dikerjakan oleh orang yang ahli (undagi). Teknologi logam kuno yang terdapat di Indonesia dipengaruhi oleh Vietnam. Hasil teknologi ini dikenal dengan Budaya Dong Son (dari Vietnam dan merupakan negara asal teknologi logam kuno ).
h.   pada zaman logam telah dikenal sistem perdagangan yang  berkembang pada awalnya untuk mendapatkan timah putih, bahan utama pembuatan alat-alat perunggu.
i.     alat-alat yang dihasilkan  zaman perunggu yaitu terbuat dari bahan perunggu :
1) Nekara
Nekara adalah genderang perunggu dengan membrane satu. Berdasarkan hiasan  dalam beberapa nekara, Fungsinya adalah untuk memanggil roh para leluhur agar turun ke dunia dan memberi berkah, serta memanggil hujan. Nekara ditemukan di Pejeng dan Bebitra (Bali), Sumatra, NTT, Weleri (Jawa Tengah), Banten, di Bali, Sumatera, Jawa, Pulau Sangean dekat Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Kepulauan Kei, dan Alor. Di Alor banyak ditemukan nekara dengan bentuk kecil tapi memanjang yang disebut moko.

 Nekara

2) Kapak Corong
disebut kapak corong karena bentuknya seperti corong, disebut juga kapak sepatu karena berbentuk seperti sepatu. Fungsinya adalah untuk memotong kayu. Banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Pulau Selayar dan di Papua (dekat danau Sentani).
 Kapak Corong 

3) Arca Perunggu
Arca-arca berupa manusia dan binatang ditemukan di Bangkinang (Riau), Palembang, Bogor, dan Lumajang (Jawa Timur).
4) Bejana Perunggu
Bejana perunggu berbentuk seperti kepis (wadah ikan pada pemancing) dengan pola hias pilin berganda pada sisi luar. Barang ini telah ditemukan di Kerinci (Jambi) dan Asemjaran, Sampang, Madura (Jawa Timur).

5) Perhiasan
Perhiasan dari perunggu berupa gelang, gelang kaki, anting-anting, kalung, cincin, dan mainan kalung.
 Perhiasan Perunggu

6) Senjata
Beberapa mata tombak dan belati perunggu ditemukan di Prajekan (Jawa Timur) dan Bajawa (Flores).
j.    Peralatan hidup dari besi yang dihasilkan yaitu mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata tembilang, mata pedang, cangkul, tongkat.
k.   kemahiran membuat gerabah dan manik-manik pun makin baik dibuat dari kaca.
9.  Pembabakan zaman pra aksara berdasarkan ciri kehidupan mayarakat ada 4 yaitu:
a.   Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat sederhana
1) kehidupan manusia terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh tantangan, dengan kemampuannya yang masih sangat terbatas.
2) Kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu, dan tulang. Kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam lingkungan sekitarnya, karena cara mendapatkan makanan secara langsung dari alam, tanpa melalui proses, baik dalam mengumpulkan sampai pada cara makan.
3) Ada beberapa 4 jenis manusia purba di Indonesia pada masa berburu dan meramu pada tingkat sederhana yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Sapiens, dan Wajak (Homo Wajakensis).
4) Teknologi hanya mengutamakan segi praktis sesuai tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaan bentuk. Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih, serta pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk.
5) Kehidupan sosial
a)   menggantungkan kehidupannya pada kondisi alam di daerah sekitar tempat tinggalnya yang dapat memberikan persediaan makanan dan air serta menjamin kelangsungan hidupnya.
b)  hidup berkelompok dengan pembagian tugas yang laki-laki ikut kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan hewan-hewan kecil.
c)   hidup bekerjasama dalam menanggulangi serangan binatang buas maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka.
d)  alat-alat yang dibuat dari batu, kayu, tulang, dan tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan bentuk sesuai perkembangan alam pikiran mereka.
b.   Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat lanjut
1)  di Indonesia sudah ada usaha-usaha bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya di gua-gua payung, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan jika dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempat itu.
2) Keadaan lingkungan
a)   Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup untuk memasak makanan, penghangat tubuh, dan menghalau binatang buas pada malam hari.
b) Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial ke-4 maka terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, sehingga terpaksa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
c) Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
3) Keberadaan manusia
a) Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan.
b) Di bagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Di Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit dipengaruhi unsur-unsur Mongoloid. Di Nusa Tenggara, terdapat Austromelanesoid.
4) Teknologi
a) Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera.
b) Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.
c) Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
5) Kehidupan Masyarakat
a)  mendiami gua-gua terbuka atau gua-gua payung dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya.
b) mereka membuat lukisan-lukisan di dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya,dan kepercayaan masyarakat pada saat itu.
c. Masa bercocok tanam dan beternak
1) perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam membutuhkan waktu sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi.
2) pada masa ini sudah mulai ada usaha bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat tinggal-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok.
3) mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketenteraman hidupnya.
4) Manusia
a) manusia yang hidup pada masa bercocok tanam di indonesia barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih dipengaruhi ras Austromelanesoid.
b) kelompok manusia sudah lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah dapat memberi makan sejumlah orang yang lebih besar pula. Jumlah anak yang banyak sangat menguntungkan, karena dapat menghasilkan makanan yang lebih banyak.
5) Teknologi
a) masa bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan gerabah.
b) alat yang terbuat dari batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. Di antara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.    
 6) Kehidupan masyarakat
a) masyarakat mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan, karena mereka sudah menunjukkan tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru yaitu mulai bercocok tanam secara sederhana dan memelihara hewan.
b) proses perubahan tata kehidupan ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan, namun pasti.
c) tempat tinggal dari yang masih sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap dan dinding dari rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit kepada bentuk lebih maju dengan daya tampung lebih banyak untuk menampung keluarga mereka.
d) gotong-royong merupakan suatu kewajiban yang diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga orang banyak, seperti mendirikan rumah dan membersihkan saluran air untuk bercocok tanam.
e) masyarakat merasa bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan, maka mereka meningkatkan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap binatang-binatang peliharaan.
f)  mereka sudah tidak lagi tergantung pada alam dan sudah mengadakan perubahan-perubahan dengan menganggap sebagai pemilik atas unsur-unsur yang mengelilinginya.
 7) Pemujaan roh nenek moyang
a) pemujaan roh leluhur maupun kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan masyarakat saat itu yang disebut animisme dan dinamisme.
b) sudah mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan sedemikian rupa agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka.
c) tradisi mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati, terutama karena adanya pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.
d. Masa perundagian
1) pada masa bercocok tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yaitu menghasilkan
bahan makanan sendiri di bidang pertanian maupun peternakan.
2) pada masa perundagian semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan dengan mulai ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam.
3) pada perkembangan berikutnya, terdapat golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu, misalnya terampil dalam membuat rumah kayu, pembuatan gerabah, pembuatan benda-benda dari logam, perhiasan, dan lain sebagainya.
4) Penduduk
a)  manusia yang bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini diketahui dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, di Anyer Utara Jawa Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur.
b) pada masa perundagian terdapat perkampungan sudah lebih besar, karena adanya hamparan pertanian, dan mulai mengadakan aktivitas perdagangan.
5) Teknologi
a)  Pada masa perundagian teknologi berkembang sangat pesat akibat adanya penggolongan-penggolongan dalam masyarakat. Dengan beban pekerjaan tertentu, banyak jenis pekerjaan mempunyai disiplin tersendiri sehingga semakin beraneka ragam perkembangan teknologi yang terjadi pada masa itu termasuk perkembangan
perdagangan dan pelayaran.
b) Teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan, menyangkut dan melibatkan berbagai bidang yang lain. Saat itu juga sedang berkembang teknologi peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan berbagai jenis logam yang dibutuhkan oleh manusia.
c)  Di Indonesia, berdasarkan temuan-temuan arkeologis, penggunaan logam sudah dimulai beberapa abad sebelum masehi, yaitu penggunaan perunggu dan besi.
d)  Secara berangsur-angsur dan bertahap, penggunaan kapak batu diganti dengan logam, Namun logam tidak mudah menggeser peranan gerabah yang masih tetap bertahan karena memang tidak semuanya dapat digantikan dengan logam.
6)  Kehidupan sosial budaya
a) seni ukir dan seni hias diterapkan pada benda-benda megalitik mengalami kemajuan pesat.
b) pada masa perundagian, kepercayaan kepada arwah nenek moyang sangat menonjol karena dipercaya sangat besar pengaruhnya terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya, sehingga arwah nenek moyang harus diperhatikan dan dipuaskan melalui upacara-upacara.
c)  kehidupan masyarakat masa perundagian adalah hidup penuh rasa setia kawan dan perasaan solidaritas tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan nenek moyang.

  D. Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
1. Homo Erectus dan Homo Wajakensis pernah tinggal dan hidup di Indonesia, diduga bahwa keduanya bukan nenek moyang bangsa Indonesia. Kedua jenis manusia ini sudah punah dari bumi Nusantara.
2. Australomelanesoid juga diragukan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia, karena berdasarkan ciri-ciri fisik bangsa Indonesia, terutama yang tinggal di kawasan timur, dijumpai pewarisan Australomelanesoid, yaitu tinggi, berkulit agak gelap, hidung lebih mancung, dan berambut keriting. Ciri-ciri ini pun kadang-kadang muncul juga pada bangsa Indonesia yang tinggal di kawasan barat. 
 
Peta Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

3. Ada beberapa dugaan asal usul bangsa Australomelanesoid sebagai berikut :
 a. keturunan langsung dari Homo wajakensis. Dugaan ini didasarkan atas pewarisan ciri-ciri fisik ragawi. Jadi, Australomelanesoid adalah bangsa asli Nusantara.
 b. keturunan Proto Australoid yang berpindah dari sekitar Laut Tengah dan pernah tinggal di India sebelum hadirnya bangsa Dravida. Namun, sebagian dari mereka kemudian terdesak ke pegunungan menjadi kasta rendah dan sebagian bergeser ke timur termasuk ke Nusantara. Bahkan, ada juga yang sampai Benua Australia. Persamaan ciri ragawi dan bahasa mendasari dugaan ini. Jadi, bangsa ini bukan asli Nusantara.
4. Nenek moyang bangsa Indonesia tidak hanya bangsa Melayu Austronesia, tetapi juga bangsa Australomelanesoid walaupun sumbangannya lebih kecil. Tidak diragukan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa Melayu Austronesia.
5. Perpindahan dan persebaran bangsa Melayu Austronesia ke Indonesia tidak terjadi sekaligus, tetapi berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap perpindahan dan persebarannya adalah :
a. Periode I
 1) Periode I  berlangsung sekitar 1500 SM dan sering disebut sebagai perpindahan bangsa Proto Melayu atau Melayu Tua.
 2) Proto Melayu diduga berasal dari Yunan (Cina Selatan), mereka pindah ke Indonesia
melalui dua jalur yaitu :
     a) Jalur Selatan melalui Thailand–Selat Malaka–masuk ke Indonesia.
     b) Jalur Timur melalui Vietnam–Taiwan–Filipina–masuk ke Indonesia dari arah utara.
3) Mereka datang membawa kebudayaan Batu Baru (Neolitikum). Berdasarkan temuan persebaran kebudayaan neolitikum, bangsa Melayu Austronesia atau Proto Melayu telah memasuki Indonesia dan menyebar merata di seluruh bagian. Selanjutnya, ada yang berbaur dengan penduduk sebelumnya,yaitu Australomelanesoid.
b. Periode II
1)  Periode II berlangsung sekitar tahun 500 SM. Bangsa Melayu Austronesia disebut juga Deutero Melayu/bangsa Melayu Muda.
 2) Mereka diduga berasal dari Dong Son (Vietnam), berdasarkan persamaan teknologi barang-barang dihasilkan berupa logam (perunggu dan besi) maupun gerabah.
 3) Barang-barang yang ditemukan di Indonesia digolongkan sebagai jenis budaya Bacson-Hoabinh yang berkembang dari kawasan Dong Son di Vietnam. Mereka datang membawa kebudayaan logam sehingga Indonesia memasuki masa perundagian.

E. Jenis Manusia Pra Aksara yang pernah ada di Indonesia
1. Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia sudah tua, hampir sama dengan penemuan manusia purba di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba di daratan Asia.
2. Daerah penemuan manusia purba di Indonesia tersebar di be­berapa tempat, khususnya di Jawa.
3. Penelitian manusia purba di Indonesia telah lama dilakukan oleh para peneliti yaitu  Eugene Dubois, G.H.R Von Koenigswald, dan Franz Wedenreich. 

 4.  Jenis-jenis manusia purba atau manusia pra aksara yang ditemukan di Indonesia :
 a. Pithecantropus ada 2 jenis yaitu :
 1) Pithecantropus Erectus
 a. Ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois tahun  1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun).
 b.Pithecanthropus Erectus diambil dari kata pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia seperti kera yang berjalan tegak.
 c. Jenis manusia ini menurut para ahli memiliki kemampuan berpikirnya masih rendah karena volume otaknya 900 cc, sedangkan volume otak manusia modern > 1000 cc. Jika dibandingkan dengan kera, volume otak kera tertinggi 600 cc. Jadi, jenis manusia purba ini belum mencapai taraf ukuran otak manusia modern.
 d.  Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta - 600.000 tahun yang lalu atau pada zaman paleolithikum (zaman batu tua).
 e. Fosil sejenis Pithecantropus lainnya ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald  pada tahun 1936 di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak diperkirakan usia fosil ini belum melebihi usia 5 tahun. Kemungkinan tengkorak tersebut anak dari Pithecanthropus Erectus dan Von Koenigswald menyebutnya dengan nama Pithecantropus Mojokertensis. Von Koenigswald di tempat yang sama menemukan fosil yang diberi nama Pithecantropus Robustus.
f.   Ciri-ciri Pithecantropus Erectus :
Ø  berbadan tegap
Ø   alat pengunyah kuat
Ø  tinggi badan ± 105 – 175 cm dan berat badan ± 100 kg.
Ø  sudah berjalan tegak
Ø  hidup ± 1 juta – 500.000 tahun yang lalu.
2) Pithecanthropus Mojokertensis :
a)   Ditemukan oleh Cokrohardoyo yang bekerja dipimpin oleh Duyfjes tahun 1936 di Desa Perning Mojokerto berupa tengkorak anak-anak pada lapisan Pleistosen Bawah.
b)  Ciri-ciri fisik Pithecanthropus Mojokertensis :
 Ø  Berbadan tegap tetapi tidak seperti Meganthropus.
 Ø  Tinggi badan ± 105 – 180 cm
 Ø  Tulang rahang dan geraham kuat dan bagian kening menonjol
 Ø  Tidak mempunyai dagu
 Ø  Volume otak 750 – 1.300 cc
 Ø  Tulang atas tengkorak tebal dan bentuknya lonjong
 Ø  Alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil.
 b. Meganthropus Paleojavanicus
1)  Pada tahun 1936 - 1941, Von Koeningwald di daerah Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus.
     Ciri-ciri fisik Meganthropus Paleojavanicus :
 Ø   Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya.
 Ø   Diperkirakan perawakannya sudah tegap.
 Ø   rahang dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu sehingga menyerupai kera.
 Ø   Mereka hidup dari makanan terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan.
 Ø   diperkirakan hidup pada 2 juta – 1 juta tahun yang lalu.
2) Von Koeningwald menganggap mahluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Makhluk ini diberi nama Meganthropus Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar (manusia besar tertua dari Pulau jawa).
c. Homo Sapiens ( artinya manusia cerdas) :
 1) Ada 2 jenis Homo Sapiens yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
2) Ciri-ciri umum Homo Sapiens yaitu :
 Ø  Bentuk tubuh (fisik) dan wajah mirip manusia zaman sekarang dengan tingkat kecerdasan lebih tinggi dari Pithecanthropus Erectus.
Ø  Tingkat kehidupan lebih maju dari Pithecanthropus Erectus karena telah mengenal pertanian dengan sistem ladang berpindah.
Ø  Hidup menetap dalam waktu agak lama ( 2 – 3 x panen pindah membuka ladang baru)
Ø    Peralatan hidup dibuat dari batu yang diasah halus berupa beliung persegi, kapak lonjong dan alat pemukul kulit kayu.
Ø    Hidup ± 40.000 tahun yang lalu.
  3)  Homo Soloensis ( artinya Manusia dari Solo) :
a)    Ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald berupa 11 fosil tengkorak pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong, lembah Bengawan Solo.
b)   Homo Soloensis ciri-cirinya :
Ø lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan manusia
Ø tengkoraknya lebih besar dari  Pithecantropus Erectus dengan volume otak 1.000 - 1.300 cc
Ø  badan tegap dan tingi badan > 180 cm
Ø  tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung).
4)  Homo Wajakensis (artinya Manusia dari Wajak) :
 a)   Ditemukan oleh Van Reitschoten pada tahun 1889 pada tahun 1890 di Desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur berupa ruas tulang leher dan tengkorak. Penelitian yang dilakukan oleh Eugene Dubois juga menemukan fosil tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang kening, dan tulang paha.
 b)   Homo Wajakensis ciri-cirinya :
Ø   memiliki tinggi tubuh antara 130 -  210 cm dan berat badan kira-kira 30 - 150 kg.
Ø   mukanya lebar dengan hidung yang masih lebar, mulutnya masih menonjol, dan dahinya masih menonjol, walaupun tidak seperti Pithecanthropus.
Ø   hidup antara 25.000 - 40.000 tahun yang lalu.
Ø   cara hidup mengalami kemajuan dibandingkan jenis sebelumnya, karena telah membuat alat-alat dari batu maupun tulang.
Ø   hasil binatang-binatang buruan ditangkap dikuliti lalu dibakar.
Ø   umbian-umbian merupakan jenis makanan yang dimakan dengan cara dimasak secara sederhana, tetapi telah menunjukkan adanya kemajuan dalam cara berpikir mereka dibandingkan dengan jenis manusia purba sebelumnya. 

 TABEL PENEMUAN MANUSIA PRA AKSARA DI INDONESIA
No
Jenis
Penemu
Temuan
Tempat
Tahun
1.
Pithecanthropus
Erectus
Eugene Dobuis
Fosil tengkorak
Trinil,
dekat Ngawi
(Jawa Timur)
1890
2.
Meganthropus
Paleojavanicus
Von Koenigswald
Fosil rahang bawah yang sangat besar
Sangiran, Kab.Sragen (Jawa Tengah)
1936 -1941
3.
Pithecanthropus
Mojokertensis
Tjokrohandojo dan Duifjes
Fosil tengkorak anak-anak
 Perning,
 Kab. Mojokerto (Jawa Timur)
1936
4.
Homo Wajakensis
Van Reictshotten
Fosil tengkorak
Wajak, daerah Tulungagung (Jawa Timur)
1889
5.
Homo Soloensis
Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald
Fosil tengkorak
Ngandong,
dekat Blora
(Jawa Tengah)
1931 - 1933
6.
---
Prof. Dr.Teuku Jacob
13 buah fosil
Sambung Macan dan Sragen (Jawa Tengah)
1973

F. Movie Tentang Manusia Purba di Indonesia
  1. "Jenis Manusia Purba dan Perkembangan Bangsa Indonesia (Jawa Tengah)" Zaman Prasejarah" dapat dilihat dengan klik url berikut ini : http://ipssmpn1bandungankabsemarang2014.blogspot.com/2014/03/jenis-manusia-purba-perkembangan-bangsa.html
  2. "Fenomena Homo Floresiensis" dapat dilihat dengan klik url berikut ini : http://ipssmpn1bandungankabsemarang2014.blogspot.com/2014_08_01_archive.html    


 DAFTAR PUSTAKA
Kurnia, Anwar, dkk. 2006. Kronik Sejarah SMP Kelas VII, halaman 1 - 17. Jakarta : Yudhistira.
Kurnia, Anwar. 2007. IPS Terpadu SMP/MTs Kelas VII, halaman 22 - 36. Jakarta : Yudhistira.  Matroji. 2007. Sejarah SMP Kelas VII, halaman 1 - 34. Jakarta : Erlangga.
Legawa, I Wayan. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VII, halaman
 23 - 44.Jakarta : Departemen Pedidikan Nasional.
Muh. Nurdin, dkk. 2008. Mari Belajar IPS I Untuk SMP/MTs Kelas VII, halaman 29 - 44. Jakarta : Departemen Pedidikan Nasional.
Setiawan, Didang. 2008. Pengetahuan Sosial I Untuk SMP/MTs Kelas VII, halaman 23- 33. Jakarta : Departemen Pedidikan Nasional.
Setiawan, Iwan, dkk. 2008. Wawasan Sosial I Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Kelas VII SMP/MTs, halaman 29 - 54. Jakarta : Departemen Pedidikan Nasional.
Waluyo, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VII, halaman 20 - 40. Jakarta : Departemen Pedidikan Nasional.



NB :
Bagi para pengguna situs ini silahkan menulis komentar pada kolom yang tersedia, demi perbaikan tulisan ini maupun tulisan-tulisan berikutnya dan kami ucapkan banyak terima kasih.


----------  semoga bermanfaat  ----------

4 komentar:

Mudah belajar ips smp mengatakan...

Bagi siapa saja yang memanfaatkan artikel ini, harap memberi komentar dan jika dijadikan bahan referensi dalam menulis tulisan untuk tugas anda, hendaknya alamat situs maupun penulis ini dicantumkan sesuai degan kaidah penulisan sebuah artikel yang baik dan benar agar mempunyai kadar ilmiah yang tinggi, semoga bermanfaat bagi anda semua pengguna.

Unknown mengatakan...

terima kasih atas postingan anda :D
sangat membantu ^_^

RUMAH HIJAB SIDOARJO mengatakan...

Terima kasih atas postingan anda, sangat membantu sekali dalam jurusan IPS SMA :)

marnisuroso mengatakan...

Terimakasih atas postingannya...sangat membantu sekali.....