IPS 8 Tema 4C
Dinamika Penduduk
(Penyusun : Amir Alamsyah, S.Pd._SMP Negeri 1 Bandungan)
1. Dinamika Penduduk
a.
Pengertian
Dinamika penduduk
Dinamika penduduk adalah perubahan
jumlah penduduk dari waktu ke waktu, yang dipengaruhi oleh tiga faktor utama:
kelahiran, kematian, dan migrasi. Perubahan ini dapat berupa peningkatan atau
penurunan, serta perubahan komposisi usia dan jenis kelamin. Memahami dinamika
penduduk sangat penting untuk perencanaan pembangunan suatu wilayah atau negara.
|
Aspek |
Keterangan |
Contoh |
|
Pengertian |
Perubahan
jumlah dan komposisi penduduk di suatu wilayah dari waktu ke waktu,
dipengaruhi oleh faktor biologis (kelahiran dan kematian) dan sosial
(migrasi). |
Perubahan
jumlah penduduk di Kabupaten A dari tahun 2020 ke 2025 yang bertambah akibat
tingginya angka kelahiran dan kedatangan migran. |
|
Kelahiran
(Natalitas) |
Angka
kelahiran kasar
(Crude Birth Rate/CBR) adalah jumlah kelahiran hidup per 1.000
penduduk dalam satu tahun. Faktor yang mempengaruhi termasuk usia perkawinan,
tingkat pendidikan, dan program keluarga berencana. |
Jika
dalam satu tahun terdapat 500 kelahiran hidup di kota dengan populasi 100.000
jiwa, maka CBR-nya adalah (500/100.000) x 1.000 = 5. |
|
Kematian
(Mortalitas) |
Angka
kematian kasar (Crude
Death Rate/CDR) adalah jumlah kematian per 1.000 penduduk dalam satu
tahun. Faktor yang mempengaruhi termasuk kualitas kesehatan, bencana alam,
dan konflik. |
Jika
dalam satu tahun terdapat 200 kematian di kota dengan populasi 100.000 jiwa,
maka CDR-nya adalah (200/100.000) x 1.000 = 2. |
|
Migrasi
(Perpindahan) |
Perpindahan
penduduk dari satu tempat ke tempat lain untuk menetap. Migrasi terbagi dua,
yaitu imigrasi (masuk) dan emigrasi (keluar), yang sangat
memengaruhi jumlah penduduk suatu wilayah. |
Sebanyak
1.000 orang berpindah ke Jakarta (imigrasi) untuk mencari pekerjaan,
sementara 300 orang keluar dari Jakarta (emigrasi) karena pensiun. |
b. Cara Menghitung Dinamika Penduduk
|
Aspek |
Keterangan |
Rumus dan Contoh |
|
Pertumbuhan
Alami |
Perubahan
jumlah penduduk yang dihitung dari selisih antara angka kelahiran dan
kematian. Rumus ini mengabaikan faktor migrasi. |
Rumus:
P_A = L − M Contoh:
Dalam setahun, sebuah kota memiliki 5.000 kelahiran dan 2.000 kematian. P_A
= 5.000 − 2.000 = 3.000 Pertumbuhan
alami kota tersebut adalah 3.000 jiwa. |
|
Pertumbuhan
Migrasi |
Perubahan
jumlah penduduk yang dihitung dari selisih antara angka imigrasi dan
emigrasi. |
Rumus:
P_M = I − E Contoh:
Dalam setahun, sebuah kota kedatangan 1.500 imigran dan 500 emigran. P_M
= 1.500 – 500 = 1.000 Pertumbuhan
migrasi kota tersebut adalah 1.000 jiwa. |
|
Pertumbuhan
Total |
Perubahan
jumlah penduduk secara keseluruhan, menggabungkan pertumbuhan alami dan
pertumbuhan migrasi. |
Rumus:
P_T = ( L – M ) + ( I – E ) Contoh:
Menggabungkan data di atas: P_T
= ( 5.000 − 2.000 ) + ( 1.500 – 500 ) P_T
= 3.000 + 1.000 = 4.00 Pertumbuhan
total kota tersebut adalah 4.000 jiwa. |
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Pendudukor-yang Mempengaruhi enduduk
|
Faktor |
Keterangan |
Contoh & Cara Menghitung |
|
Angka
Kelahiran (Natalitas) |
Jumlah
kelahiran hidup per 1.000 penduduk dalam satu tahun. |
Jika
sebuah kota dengan 50.000 penduduk memiliki 1.250 kelahiran hidup dalam
setahun, maka Angka Kelahiran Kasar (CBR) adalah (1.250 / 50.000) x 1.000 = 25. |
|
Faktor
Pendorong Kelahiran |
·
Pernikahan
Usia Dini:
Budaya yang menganggap pernikahan di usia muda adalah hal biasa. ·
Tingkat
Pendidikan Rendah:
Masyarakat kurang memahami dampak memiliki banyak anak terhadap ekonomi dan
kesejahteraan. ·
Anggapan
Banyak Anak Banyak Rezeki:
Adat istiadat yang memandang anak sebagai sumber tenaga kerja dan kekayaan. |
Di
daerah pedesaan, pernikahan pada usia remaja sering terjadi. |
|
Faktor
Penghambat Kelahiran |
·
Program
Keluarga Berencana (KB):
Upaya pemerintah untuk mengendalikan jumlah kelahiran. ·
Biaya
Hidup Tinggi:
Biaya pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan pokok yang mahal. ·
Peningkatan
Pendidikan dan Karir Wanita:
Wanita lebih fokus pada pendidikan dan karir sebelum menikah dan memiliki
anak. |
Kampanye
"Dua Anak Cukup" yang gencar disosialisasikan oleh pemerintah. |
|
Upaya
Mengatasi Kelahiran |
·
Peningkatan
Edukasi:
Menyosialisasikan pentingnya pendidikan dan kesehatan reproduksi. ·
Program
KB: Memperluas
akses layanan KB dan alat kontrasepsi. ·
Pemberdayaan
Wanita:
Memberikan kesempatan yang sama bagi wanita di bidang pendidikan dan
pekerjaan. |
Pemerintah
mengadakan penyuluhan kesehatan reproduksi di sekolah dan masyarakat. |
1) Angka Kematian (Mortalitas)
|
Faktor |
Keterangan |
Contoh & Cara Menghitung |
|
Angka Kematian (Mortalitas) |
Jumlah kematian per 1.000
penduduk dalam satu tahun. |
Jika sebuah kota dengan 50.000
penduduk memiliki 750 kematian dalam setahun, maka Angka Kematian Kasar (CDR)
adalah (750 / 50.000) x 1.000 = 15. |
|
Faktor Pendorong Kematian |
·
Kualitas
Kesehatan Buruk:
Kurangnya fasilitas medis dan tenaga ahli. ·
Gizi
Buruk dan Sanitasi Lingkungan:
Kondisi lingkungan yang tidak sehat memicu penyebaran penyakit. ·
Bencana
Alam dan Wabah Penyakit:
Peristiwa tak terduga yang dapat menyebabkan kematian massal. |
Wabah penyakit seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD) di daerah dengan sanitasi yang buruk. |
|
Faktor Penghambat Kematian |
·
Peningkatan
Fasilitas Kesehatan:
Ketersediaan rumah sakit, puskesmas, dan tenaga medis yang memadai. ·
Program
Imunisasi:
Vaksinasi massal untuk mencegah penyakit menular. ·
Peningkatan
Kesadaran Hidup Sehat:
Masyarakat lebih peduli terhadap pola hidup sehat dan kebersihan lingkungan. |
Pemerintah mengadakan program
imunisasi campak dan polio gratis untuk anak-anak. |
|
Upaya Mengatasi Kematian |
·
Peningkatan
Pelayanan Kesehatan:
Membangun lebih banyak fasilitas kesehatan dan melatih tenaga medis. ·
Penyuluhan
Kesehatan:
Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi dan sanitasi. ·
Program
Gizi: Memberikan
bantuan makanan bergizi untuk balita dan ibu hamil. |
Puskesmas menyediakan layanan
posyandu untuk memantau tumbuh kembang balita. |
2)
Migrasi
|
Jenis
& Faktor |
Keterangan |
Contoh & Cara Menghitung |
|
Migrasi Masuk (Imigrasi) |
Perpindahan penduduk dari luar ke
suatu wilayah untuk menetap. |
Jika sebuah kota didatangi 500
pendatang baru dan ditinggalkan 200 penduduk lama, maka migrasi neto adalah 300. |
|
Faktor Pendorong Imigrasi |
·
Peluang
Ekonomi:
Ketersediaan lapangan kerja, upah tinggi, dan peluang bisnis. ·
Fasilitas
Umum:
Ketersediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan hiburan yang lebih baik. ·
Kondisi
Aman dan Stabil:
Keamanan dan ketertiban yang menjamin kehidupan yang lebih baik. |
Banyak penduduk desa pindah ke
kota besar seperti Jakarta untuk mencari pekerjaan dan pendidikan yang lebih
baik. |
|
Faktor Penghambat Imigrasi |
·
Tingkat
Kriminalitas Tinggi:
Tingginya angka kejahatan di daerah tujuan. ·
Biaya
Hidup Tinggi:
Biaya sewa rumah, makanan, dan transportasi yang mahal. ·
Kurangnya
Keterbukaan:
Sulitnya beradaptasi dengan budaya dan sosial masyarakat di daerah tujuan. |
Seseorang enggan pindah ke
Jakarta karena biaya sewa kos dan makanan yang sangat mahal. |
|
Upaya Mengatasi Imigrasi |
·
Penyebaran
Pembangunan:
Mendorong pembangunan ekonomi di daerah-daerah lain untuk mengurangi
urbanisasi. ·
Penciptaan
Lapangan Kerja:
Membuka kawasan industri dan sentra bisnis di luar kota besar. |
Pemerintah membangun Kawasan
Industri Terpadu Batang (KITB) untuk menciptakan lapangan kerja di Jawa
Tengah. |
d. Perpindahan Penduduk (Migrasi)
1)
Pengertian
Migrasi
Migrasi
adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan
untuk menetap. Perpindahan ini bisa bersifat permanen maupun sementara, dan
merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi dinamika jumlah dan
komposisi penduduk suatu wilayah.
2)
Jenis-jenis
Migrasi
|
Jenis
Migrasi |
Keterangan |
Contoh |
|
Imigrasi |
Masuknya penduduk dari luar
negeri ke suatu negara untuk menetap. |
Seorang warga negara Jepang
pindah ke Indonesia untuk bekerja di sebuah perusahaan multinasional dan
menetap di Jakarta. |
|
Emigrasi |
Keluarnya penduduk dari suatu
negara ke negara lain untuk menetap. |
Seorang warga negara Indonesia
pindah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi dan akhirnya mendapatkan
pekerjaan serta menjadi warga negara di sana. |
|
Remigrasi |
Kembalinya warga negara ke negara
asalnya setelah menetap di negara lain. |
Seorang Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) yang telah bekerja di Arab Saudi selama 10 tahun kembali ke kampung
halamannya di Jawa Tengah. |
|
Urbanisasi |
Perpindahan penduduk dari desa ke
kota dengan tujuan untuk menetap. |
Petani muda di daerah pedesaan
berpindah ke kota besar seperti Surabaya untuk mencari pekerjaan di sektor
industri atau jasa. |
|
Transmigrasi |
Perpindahan penduduk dari daerah
yang padat penduduknya ke daerah yang jarang penduduknya di dalam wilayah
negara yang sama. |
Program pemerintah pada masa Orde
Baru yang memindahkan penduduk dari Pulau Jawa yang padat ke Pulau Kalimantan
untuk membuka lahan pertanian. |
2. Piramida Penduduk
a.
Pengertian
Piramida Penduduk
Piramida
penduduk adalah
grafik atau diagram batang yang menyajikan data kependudukan berdasarkan
komposisi usia dan jenis kelamin pada suatu wilayah. Grafik ini
secara visual menunjukkan struktur demografi suatu negara atau daerah,
memberikan gambaran tentang tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat kelahiran,
dan tingkat kematian. Sumbu horizontal menunjukkan jumlah penduduk (dalam
jumlah absolut atau persentase), sementara sumbu vertikal menunjukkan kelompok
usia, yang biasanya dikelompokkan dalam interval lima tahunan. Sisi kiri
piramida mewakili penduduk laki-laki, dan sisi kanan mewakili penduduk
perempuan.
b. Bentuk Piramida Penduduk
|
Aspek |
Keterangan |
|
Bentuk Piramida |
Bentuk piramida dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang karakteristik demografi suatu wilayah, seperti
apakah populasi sedang berkembang pesat (dasar lebar), stabil (bentuk genta),
atau menurun (dasar sempit). |
|
Sumbu Vertikal (Usia) |
Mengelompokkan usia penduduk,
biasanya dalam interval 5 tahunan (contoh: 0-4, 5-9, 10-14, dst.). Kelompok
usia ini dibagi menjadi tiga kategori utama: usia muda (0-14 tahun), usia
produktif (15-64 tahun), dan usia tua (65+ tahun). |
|
Sumbu Horizontal (Jumlah) |
Menunjukkan jumlah atau
persentase penduduk. Sisi kiri untuk laki-laki dan sisi kanan untuk
perempuan, memungkinkan perbandingan jumlah penduduk di setiap kelompok usia
berdasarkan jenis kelamin. |
|
Rasio Ketergantungan (Dependency
Ratio) |
Rasio ini dihitung dari jumlah
penduduk usia non-produktif (muda dan tua) dibandingkan dengan jumlah penduduk
usia produktif. Piramida yang melebar di bagian bawah atau atas akan memiliki
rasio ketergantungan yang tinggi. |
1) Piramida Penduduk Muda (Ekspansif)
|
Aspek |
Keterangan |
|
Pengertian |
Piramida ini memiliki dasar
yang lebar dan puncak yang runcing. Ini mencerminkan tingginya angka
kelahiran dan pertumbuhan penduduk yang cepat. Populasi didominasi oleh
kelompok usia muda (0-14 tahun). |
|
Faktor yang Mempengaruhi |
·
Tingkat
Kelahiran Tinggi:
Seringkali karena kurangnya program keluarga berencana dan tingkat pendidikan
yang rendah. ·
Tingkat
Kematian Tinggi:
Terutama pada usia muda, akibat fasilitas kesehatan yang terbatas, yang
menyebabkan usia harapan hidup rendah. ·
Tingkat
Kesejahteraan Rendah:
Menunjukkan kondisi ekonomi yang belum maju, di mana anak sering dianggap
sebagai aset. |
|
Contoh Negara |
Contoh: Indonesia (sebelumnya),
Filipina, dan Nigeria. |
|
Aspek |
Keterangan |
|
Pengertian |
Piramida ini berbentuk menyerupai
granat atau genta. Dasar piramida tidak terlalu lebar, dan puncak
relatif tumpul, menunjukkan tingkat kelahiran dan kematian yang rendah.
Pertumbuhan penduduk cenderung stabil atau mendekati nol. |
|
Faktor yang Mempengaruhi |
·
Tingkat
Kelahiran Rendah:
Adanya program keluarga berencana yang efektif dan kesadaran masyarakat yang
tinggi. ·
Tingkat
Kematian Rendah:
Akses yang baik ke fasilitas kesehatan dan sanitasi, yang menyebabkan usia
harapan hidup tinggi. ·
Kondisi
Sosial Ekonomi Stabil:
Menunjukkan negara yang sudah maju atau sedang berkembang pesat. |
|
Contoh Negara |
Contoh: Amerika Serikat, Inggris, dan
Swedia. |
3) Piramida Penduduk Tua (Konstruktif)
|
Aspek |
Keterangan |
|
Pengertian |
Piramida ini memiliki dasar
yang sempit dan bagian tengah yang melebar, serta puncak yang lebih lebar.
Bentuk ini menunjukkan tingkat kelahiran yang sangat rendah dan dominasi
populasi usia tua, sehingga pertumbuhan penduduk sangat lambat atau negatif. |
|
Faktor yang Mempengaruhi |
·
Tingkat
Kelahiran Sangat Rendah:
Lebih rendah dari tingkat kematian. ·
Angka
Harapan Hidup Tinggi:
Kualitas kesehatan dan kesejahteraan yang sangat baik. ·
Kondisi
Sosial Ekonomi Sangat Maju:
Masyarakat modern dengan biaya hidup yang tinggi, sehingga keluarga cenderung
memiliki sedikit anak. ·
Masalah
Penuaan Penduduk:
Populasi usia tua semakin banyak, yang berpotensi menimbulkan masalah sosial
dan ekonomi di masa depan. |
|
Contoh Negara |
Contoh: Jepang, Jerman, dan Italia. |
3. Dampak Positif Dinamika Penduduk terhadap Suatu Negara
|
Dampak
Positif |
Keterangan |
Contoh |
|
a.
Ketersediaan
Tenaga Kerja Produktif |
Pertumbuhan penduduk yang sehat
dan terkendali dapat menghasilkan jumlah penduduk usia produktif (15-64
tahun) yang melimpah. Kondisi ini sering disebut bonus demografi, di
mana rasio ketergantungan (jumlah penduduk non-produktif terhadap produktif)
rendah. |
Negara seperti Indonesia dan
India memiliki populasi muda yang besar, yang berpotensi menjadi kekuatan
pendorong ekonomi jika lapangan kerja dan pendidikan memadai. |
|
b.
Peningkatan
Permintaan Konsumsi |
Peningkatan jumlah penduduk
secara langsung akan meningkatkan permintaan akan barang dan jasa. Hal ini
merangsang pertumbuhan industri, perdagangan, dan sektor ekonomi lainnya
untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin besar. |
Meningkatnya kebutuhan akan perumahan,
kendaraan, dan perangkat elektronik di negara dengan pertumbuhan penduduk
yang stabil mendorong pertumbuhan sektor properti, otomotif, dan teknologi. |
|
c.
Inovasi
dan Kreativitas |
Dinamika penduduk, terutama
migrasi, dapat membawa masuk ide-ide, keterampilan, dan budaya baru yang
memicu inovasi. Keberagaman demografi juga mendorong persaingan sehat dan
adaptasi yang diperlukan untuk kemajuan sosial dan ekonomi. |
Migran yang datang ke suatu
negara dapat membawa keahlian khusus di bidang teknologi atau kuliner, yang
tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga memperkaya budaya
lokal. |
|
d.
Pajak
dan Pendapatan Negara |
Semakin besar jumlah penduduk
usia produktif, semakin banyak pula wajib pajak dan pendapatan negara dari
sektor pajak. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan pemerintah untuk membiayai
pembangunan infrastruktur dan layanan publik, seperti pendidikan dan
kesehatan. |
Peningkatan jumlah pekerja di
sektor formal berkontribusi pada penerimaan pajak penghasilan yang lebih
besar, yang dapat digunakan untuk membangun jalan, sekolah, dan rumah sakit. |
|
Dampak
Negatif |
Keterangan |
Contoh |
|
a.
Tingginya
Angka Pengangguran |
Pertumbuhan penduduk yang pesat
tanpa diiringi dengan ketersediaan lapangan kerja yang cukup akan menyebabkan
tingginya jumlah pengangguran. Ini terjadi terutama di kalangan usia
produktif yang baru memasuki pasar kerja. |
Sebuah negara dengan pertumbuhan
penduduk yang tinggi menghasilkan jutaan lulusan sekolah setiap tahun, namun
industri tidak mampu menyerap seluruhnya, mengakibatkan banyak yang
menganggur. |
|
b.
Persebaran
Penduduk Tidak Merata |
Dinamika penduduk seringkali
menyebabkan konsentrasi populasi di daerah tertentu (umumnya perkotaan atau
pusat ekonomi), sementara daerah lain menjadi sepi. Hal ini menciptakan
ketidakseimbangan pembangunan dan kesulitan dalam pemerataan sumber daya. |
Pulau Jawa yang padat penduduknya
memiliki beban lebih berat pada infrastruktur dan sumber daya, sementara
pulau lain seperti Kalimantan dan Papua memiliki populasi yang jarang,
padahal sumber daya alamnya melimpah. |
|
c.
Penduduk
Usia Muda Belum Produktif Menjadi Beban |
Populasi muda yang besar (usia
0-14 tahun) dapat menjadi beban bagi negara jika tidak ada investasi yang
memadai dalam pendidikan dan kesehatan. Kelompok usia ini belum dapat
menyumbang secara ekonomi, tetapi membutuhkan banyak sumber daya. |
Negara dengan piramida penduduk
ekspansif harus mengalokasikan anggaran besar untuk membangun sekolah,
puskesmas, dan memenuhi kebutuhan pangan anak-anak, yang membebani anggaran
belanja negara. |
|
d.
Arus
Urbanisasi Tinggi |
Pergerakan penduduk dari desa ke
kota secara masif terjadi karena harapan akan pekerjaan dan kualitas hidup
yang lebih baik. Urbanisasi yang tidak terkontrol dapat membebani kota-kota
dengan masalah sosial dan lingkungan. |
Kota-kota besar seperti Jakarta
dan Surabaya mengalami kepadatan penduduk, kemacetan, dan peningkatan
kriminalitas akibat urbanisasi yang cepat. |
|
e.
Berkembangnya
Permukiman Tidak Layak Huni |
Peningkatan populasi, terutama di
perkotaan, menyebabkan tingginya permintaan akan tempat tinggal. Akibatnya,
muncul permukiman kumuh yang tidak terencana dan tidak memiliki fasilitas
dasar seperti air bersih dan sanitasi. |
Banyak permukiman ilegal atau
kumuh berkembang di pinggiran rel kereta api atau bantaran sungai, di mana
kondisi kebersihan dan kesehatan sangat buruk. |
|
f.
Peningkatan
Limbah dan Polusi |
Jumlah penduduk yang besar
berarti konsumsi yang lebih tinggi, yang pada gilirannya menghasilkan lebih
banyak limbah. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah ini dapat mencemari
lingkungan, termasuk air, tanah, dan udara. |
Meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor di kota-kota besar menyebabkan polusi udara yang parah, sementara
tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) mencemari air tanah. |
|
g.
Penurunan
Kualitas dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk |
Dampak-dampak di atas secara
kumulatif menyebabkan penurunan kualitas hidup. Persaingan ketat untuk
mendapatkan pekerjaan, pendidikan, dan layanan publik membuat masyarakat
hidup dalam kondisi yang kurang ideal. |
Keterbatasan akses ke air bersih
dan pelayanan kesehatan yang terjangkau dapat meningkatkan risiko penyakit
dan menurunkan angka harapan hidup di daerah padat penduduk. |
5. Cara Mengatasi Permasalahan Dinamika Penduduk
|
Strategi |
Keterangan |
Contoh |
|
a.
Pemerataan
Pembangunan di Seluruh Daerah |
Strategi
ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan,
serta antar-wilayah. Dengan membangun fasilitas ekonomi dan sosial di luar
Jawa, pemerintah dapat mengurangi arus urbanisasi dan persebaran penduduk
yang tidak merata. |
Pemerintah
membangun Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Jawa Tengah untuk menarik
investasi dan menciptakan lapangan kerja di luar Jakarta. |
|
b.
Program
Keluarga Berencana (KB) |
Program
ini bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan populasi dengan cara membatasi
jumlah kelahiran. Sosialisasi dan penyediaan alat kontrasepsi gratis atau
terjangkau dapat membantu menekan laju kelahiran di masyarakat. |
Kampanye
"Dua Anak Cukup" yang gencar disosialisasikan oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk. |
|
c.
Meningkatkan
Kualitas Pendidikan |
Pendidikan
yang tinggi, terutama bagi perempuan, berkorelasi kuat dengan penurunan angka
kelahiran. Dengan meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, masyarakat
cenderung lebih sadar akan pentingnya keluarga kecil dan kesehatan
reproduksi. |
Pemerintah
memberikan beasiswa dan membangun sekolah-sekolah di daerah terpencil untuk
meningkatkan partisipasi pendidikan anak-anak. |
|
d.
Program
Transmigrasi |
Program
ini bertujuan untuk mendistribusikan penduduk dari daerah padat ke daerah
yang jarang penduduknya, guna menciptakan pemerataan populasi dan
memanfaatkan sumber daya alam di luar Jawa. |
Pemerintah
Indonesia pada era Orde Baru memindahkan jutaan penduduk dari Pulau Jawa ke
Sumatera dan Kalimantan untuk membuka lahan pertanian dan perkebunan. |
|
e.
Menentukan
Batas Usia Perkawinan Terendah (19 Tahun) |
Pemberlakuan
undang-undang yang menetapkan batas usia minimal untuk menikah dapat menunda
usia perkawinan dan mengurangi jumlah kelahiran. Hal ini juga memberikan
kesempatan bagi remaja untuk menyelesaikan pendidikan. |
Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 mengubah batas usia minimal perkawinan menjadi 19 tahun,
baik untuk laki-laki maupun perempuan, yang diharapkan dapat menekan
pernikahan usia dini. |
--------- selamat belajar ---------


