Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan
Sosial
Kelas / Semester : IX (Sembilan) / 1 (Satu)
Tahun Pelajaran : 2018 / 2019
Standar Kompetensi : 2. Memahami usaha mempertahankan kemerdekaan
Kompetensi Dasar :
2.2. Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi Indonesia pasca pengakuan kedaulatan.
Penyusun : AMIR ALAMSYAH, S.Pd
BAB
5
PERISTIWA-PERISTIWA
POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA
PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN
(1950 – 1965)
A. Faktor yang
Memengaruhi Proses Republik Indonesia Kembali sebagai Negara Kesatuan
1.
Penandatanganan pengakuan kedaulatan Indonesia
dari Belanda dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 1949, maka :
a.
bentuk negara Indonesia adalah negara
serikat atau federal bernama Republik Indonesia Serikat (RIS)
b.
Undang Undang Dasar atau Konstitusi
yang digunakan adalah Undang Undang Dasar RIS.
2.
Wilayah
Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) :
a. Ada 7 negara bagian
RIS yaitu Sumatera Timur, Sumatera Selatan, Pasundan, Jawa Timur, Madura, Negara
Indonesia Timur, Republik Indonesia (RI).
b. Ada 9 daerah otonom
yaitu Riau, Bangka, Belitung, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan
Tenggara, Kalimantan Timur, dan Jawa Tengah.
3.
Negara-negara bagian merupakan
daerah-daerah otonom yang menjadi negara boneka (tidak dapat bergerak sendiri)
ciptaan Belanda, sehingga dapat dikendalikan Belanda dengan tujuan untuk
mengalahkan Republik Indonesia yang ada di dalamnya.
PETA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA SERIKAT
3. Hasil
KMB diterima Pemerintah Republik Indonesia hanya setengah hati, buktinya muncul
perbedaan dan pertentangan antarkelompok bangsa yang saling berseberangan yaitu
:
a. kelompok unitaris,
artinya kelompok pendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. kelompok
pendukung Negara Federal-RIS.
4. Dampak dari terbentuknya Negara RIS adalah :
a. konstitusi yang
digunakan bukan UUD 1945, tetapi Konstitusi RIS tahun 1949.
b. dalam pemerintahan RIS
jabatan presiden dipegang oleh Ir. Soekarno dan perdana menteri dijabat oleh Drs. Mohammad Hatta.
c.
dalam
Konstitusi RIS 1949 tidak mengenal jabatan wakil presiden.
5. Pandangan kaum nasionalis pembentukan RIS :
a. RIS merupakan
strategi Belanda memecah belah kekuatan bangsa Indonesia sehingga Belanda mudah
mempertahankan kekuasaan dan pengaruhnya di Indonesia.
b.
sangat
menentang dan menolak ide federasi dalam bentuk negara RIS.
6. Faktor yang memengaruhi proses kembalinya
negara RIS menjadi NKRI yaitu :
a. bentuk negara RIS
bertentangan dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
b. pembentukan negara
RIS tidak sesuai kehendak rakyat.
c. bentuk RIS pada
dasarnya merupakan warisan kolonial Belanda yang tetap ingin berkuasa di
Indonesia.
d. berbagai masalah berupa
kendala politik, ekonomi, sosial, dan sumber daya manusia dihadapi oleh
negara-negara bagian RIS.
7. Beberapa tahap dan proses kembalinya negara
RIS ke NKRI yaitu :
a. Negara Pasundan
tanggal 11Maret 1950 bergabung ke RI.
b. Tanggal 22 April 1950
tinggal Republik Indonesia, Negara Sumatera Timur, dan Negara Indonesia Timur.
c. Tanggal 14 Agustus
1950 Senat dan DPR mengesahkan UUDS 1950.
d. Tanggal 15 Agustus
1950 Soekarno membacakan Piagam Persetujuan Kembali ke NKRI.
e. Tanggal 17 Agustus
1950 secara resmi RIS berakhir dan terbentuk NKRI.
8. Pada tanggal 17 Agustus 1950, Presiden Soekarno
membacakan Piagam terbentuknya NKRI, sehingga peristiwa ini menandai
berakhirnya bentuk RIS dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan.
9. Undang Undang Dasar (UUD) yang pernah berlaku
di Indonesia yaitu :
a. UUD 1945 (18 Agustus
1945 - 27 Desember 1949)
b. Konstitusi RIS 1949
(27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)
c. UUDS 1950 (17 Agustus
1950 - 5 Juli 1959)
d. UUD 1945 (5 Juli 1959
- sekarang), dan mengalami 4 kali amandemen.
B.
Kehidupan Ekonomi Masyarakat Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan
1.
Sejak memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda, bangsa Indonesia mengalami
krisis ekonomi, sebabnya adalah :
a. bangsa
Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan akibat ketentuan-ketentuan dalam
Konferensi Meja Bundar
b. situasi
politik yang belum stabil
c. perusahaan
swasta besar dan bank pada saat itu masih dikuasai oleh orang-orang Belanda.
2. Pasca
pengakuan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, permasalahan ekonomi yang
dihadapi bangsa Indonesia sangat kompleks yaitu :
a. belum terwujud kemerdekaan
ekonomi, karena masih dikuasai bangsa asing
b. perkebunan
dan instalasi-instalasi industri rusak, sehingga mengakibatkan
kemacetan bidang industri, kondisi ini mempengaruhi perekonomian nasional.
c. jumlah penduduk meningkat cukup tajam dan tingkat
kehidupan yang rendah
d. hutang negara meningkat dan inflasi cukup tinggi
e. perdagangan
internasional mengalami defisit karena Indonesia belum
memiliki barang-barang ekspor selain hasil perkebunan.
f.
kekurangan tenaga ahli untuk menuju ekonomi nasional
g.
rendahnya Penanaman Modal Asing (PMA) akibat konflik Irian Barat dengan
Belanda
h. terjadi disinvestasi yang tajam pada tahun
1960-an, akibatnya jumlah produksi menurun karena
terjadi salah urus dalam perusahaan.
4. Cara pemerintah mengatasi krisis ekonomi pasca pengakuan
kedaulatan :
a.
Kabinet Sukiman (1951–195) menjalankan
kebijakan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia,
sehingga nasionalisasi diartikan sebagai tindakan menjadikan sesuatu kekayaan
milik asing menjadi milik negara.
b.
Sejak tahun 1950 bangsa Indonesia
meninggalkan sistem perekonomian kolonial dan mengganti dengan sistem ekonomi
nasional, dipelopori Drs. Moh. Hatta yang menyatakan bahwa ekonomi bangsa
Indonesia harus dibangun bangsa Indonesia sendiri dengan asas gotong royong.
c. Pemikiran menyusun perekonomian
nasional dilanjutkan oleh Dr. Sumitro jojohadikusumo,
yang menyatakan bahwa dalam alam kemerdekaan perlu diadakan kelas pengusaha
melalui Gerakan Benteng.
5.
Gerakan Benteng :
a.
adalah kebijakan melindungi
pengusaha-pengusaha pribumi karena desakan pengusaha kuat bermodal besar dari
golongan nonpribumi.
b.
para pengusaha pribumi mendapat
lisensi (semacam hak istimewa) dalam dunia bisnis, sehingga dalam waktu 3 tahun
(1950–1953) telah ada 700 pengusaha yang memperoleh kesempatan itu.
c. setelah berjalan beberapa tahun,
Gerakan Benteng belum memberikan hasil yang diharapkan, sebab :
1)
kaum pribumi tidak banyak memiliki
pengalaman bisnis
2) para
pemegang lisensi banyak menjual lisensi yang diperolehnya kepada pengusaha
asing terutama Cina.
6.
Pada tanggal 13 Maret 1950 diadakan
usaha perdagangan untuk memajukan ekspor dengan sistem sertifikat devisa, tujuannya
untuk merangsang ekspor. Sejak diadakannya kebijakan ekonomi oleh pemerintah,
perekonomian di Indonesia semakin memburuk.
7.
Memburuknya perekonomian di Indonesia
disebabkan pada tahun 1950 sebabnya :
a. penerimaan pemerintah semakin berkurang karena
volume perdagangan internasional menurun.
b. sebagai negara sedang berkembang, Indonesia
tidak memiliki barang-barang ekspor lainnya, kecuali hasil perkebunan.
c. pengeluaran pemerintah semakin meningkat
akibat tidak stabilnya situasi politik dalam negeri.
d. pemerintah tidak berhasil meningkatkan
produksi dengan menggunakan sumber-sumber yang masih ada untuk peningkatan pendapatan
nasional.
e. adanya kelemahan pemerintah, yaitu politik
keuangan nasional tidak dibuat di Indonesia, melainkan dirancang di Belanda.
C. Situasi Politik di Indonesia
Sebelum Pemilu Tahun 1955
1.
Kondisi
politik di Indonesia sebelum dilaksanakan Pemilu tahun 1955 tidak stabil,
karena :
a. munculnya banyak
partai politik (multipartai)
b. sering terjadi pergantian
kabinet/pemerintahan
c.
ada
pertentangan antara para politisi dengan TNI Angkatan Darat.
2. Setelah kembali ke
bentuk negara kesatuan, Indonesia menganut sistem demokrasi Demokrasi Liberal dengan
Sistem pemerintahan adalah kabinet parlementer. Pada masa ini perkembangan
partai politik diberi ruang yang seluas-luasnya, sehingga dari tahun 1950-1959 terdapat
7 kabinet yang memerintah.
3.
Pada
masa pemerintahan demokrasi liberal, di Indonesia muncul banyak partai politik,
antara lain yaitu PNI, Masyumi, NU, PKI,
PSI, Murba, PSII, Partindo, Parkindo, dan Partai Katolik.
4.
Sistem
Demokrasi liberal di Indonesia :
a. pengertiannya adalah
demokrasi yang memberi kebebasan yang seluasnya kepada warga negara di
Indonesia.
b. berlangsung di
Indonesia tahun 1950 – 1959 terjadi perubahan kabinet sebanyak 7 kali.
c. ditandai dengan
banyak partai politik yang ternyata tidak menguntungkan bangsa Indonesia,
karena sering terjadi pergantian kabinet dalam pemerintahan dalam waktu
singkat.
d. akibatnya :
1)
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terganggu, karena masing-masing partai
hanya mencari kemenangan, popularitas partai, dan pendukungnnya.
2)
terjadi
ketidakstabilan politik di Indonesia, karena sistem multi partai menimbulkan
persaingan antargolongan yang menjurus kearah pertentangan golongan.
3)
progam
kabinet dalam pemerintahan sulit berjalan karena umurnya sangat singkat.
5.
Ketidakstabilan
politik diketahui dari jatuh bangunnya kabinet, karena masing-masing partai
politik tidak saling percaya, buktinya sering terjadi pergantian kabinet dalam
waktu relatif singkat yaitu :
a. Kabinet Natsir (6 September
1950 – 20 Maret 1951)
b. Kabinet Sukiman (27 April
1951 – 3 April 1952)
c. Kabinet Wilopo (3 April
1952 – 3 Juni 1953)
d. Kabinet Ali
Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
e. Kabinet Burhanuddin
Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
f. Kabinet Ali
Sastroamijoyo II ( 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957)
g. Kabinet
Juanda (9 April 1957 – 10 Juli 1959).
No |
Nama Kabinet
|
Partai Pendukung
|
Program Kabinet
|
Sebab kejatuhan
|
a.
|
Kabinet Natsir
(6 September 1950 –
20 Maret 1951)
|
Partai Masyumi
|
1) kemajuan sektor usaha kecil.
2) meningkatnya perlindungan terhadap kaum buruh.
3) perluasan pendidikan yang ditandai dengan berdirinya
berbagai macam sekolah dari berbagai tingkat.
|
1) pengaturan daerah yang dianggap hanya menguntungkan
Masyumi, sehingga adanya mosi yang menuntut
pembekuan
dan pembubaran DPRD Sementara.
2) seringnya mengeluarkan Undang -Undang Darurat yang
mendapat kritikan dari partai oposisi.
3) kondisi dalam negeri mengalami
keterpurukan berupa muncul gangguan
keamanan dalam negeri, hubungan sipil – militer kurang baik, korupsi meluas,
dan ketimpangan sosial melebar.
4) kebijakannya yang dianggap lunak dalam menjalankan
politik
perjuangan masalah Irian Barat.
|
b.
|
Kabinet Sukiman
(27 April 1951 – 3
April 1952)
|
Masyumi dan PNI
|
1) kemajuan sektor usaha kecil.
2) meningkatnya perlindungan terhadap kaum buruh.
3) perluasan pendidikan yang ditandai dengan berdirinya
berbagai macam sekolah dari berbagai tingkat.
|
1) kebijakan politik luar negerinya diangap condong ke Blok
Barat, berupa penandatanganan Mutual
Security Act (MSA) tanggal 15 Januari 1952 yang berisi kerja sama
keamananan danAmerika Serikat akan memberikan bantuan ekonomi dan militer.
2)
dianggap tidak tegas
dalam menghadapi gangguan keamanan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan dan Kalimantan Selatan.
3)
perjuangan pembebasan Irian Barat yang
dianggap tidak ada Kemajuan.
|
c.
|
Kabinet Wilopo
(3 April 1952 – 3
Juni 1953)
|
PNI, Masyumi, dan
PSI
|
1) mempersiapkan pemilihan umum.
2) meningkatkan kemakmuran rakyat.
3) meningkatkan keamanan.
4) menyelesaikan masalah irian barat
5) melaksanakan politik luar negeri bebas aktif.
|
1)
adanya peristiwa 17
Oktober yaitu tuntutan rakyat yang didukung Angkatan Darat dipimpin Nasution,
agar DPR Sementara dibubarkan diganti parlemen baru
2) Adanya peristiwa Tanjung Morawa (Sumatra Timur)
mencakup persoalan perkebunan asing di Tanjung Morawa yang diperebutkan
dengan rakyat mengakibatkan beberapa petani tewas
|
d.
|
Kabinet Ali Sastroamijoyo
I
(31 Juli 1953 – 12
Agustus 1955)
|
PNI dan Nahdlatul
Ulama (NU)
|
1) menyelesaikan masalah Irian Barat.
2) meningkatkan keamanan dalam negeri terutama menghadapi
gerakan DI/TII.
3) mempersiapkan dan membentuk panitia pemilu.
4) menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung (18-24 April 1955)
|
1) adanya persoalan dalam TNI AD sebagai lanjutan dari Peristiwa
17 Oktober 1952.
2) keadaan ekonomi yang semakin buruk dan korupsi
mengakibatkan kepercayaan rakyat merosot.
|
e.
|
Kabinet Burhanuddin
Harahap
(12 Agustus 1955 – 3
Maret 1956)
|
Masyumi
|
pelaksanaan pemilu I
tahun 1955 (berjalan lancar dan sukses)
|
1) ketidaksediaan presiden menandatangani UU Pembubaran
Uni
Indonesia-Belanda.
2) terjadi mutasi di beberapa kementerian tidak banyak
mendapat dukungan, maka pada tanggal 3 Maret 1956 Burhanudin Harahap
menyerahkan mandatnya.
|
f.
|
Kabinet Ali
Sastroamijoyo II
(24 Maret 1956 – 14 Maret
1957)
|
PNI,
Masyumi, dan NU
|
1) Merencanakan dan melaksanakan Pemba-ngunan Lima Tahun.
2) Mengembalikan Irian Barat ke pangkuan RI.
3)
Melaksanakan politik
luar negeri yang bebas aktif.
|
1)
muncul semangat anti
Cina dan kekacauan di daerah-daerah sehingga menyebabkan kabinet goyah.
2) Adanya kekacauan di beberapa daerah yang berupa
pembentukan dewan militer di Sumatra dan Sulawesi.
3) Mundurnya sejumlah menteri dalam kabinet menjadikan
kabinet ini jatuh.
|
g.
|
Kabinet Juanda
(9 April 1957 – 10 Juli
1959)
|
Kabinet
Djuanda disebut zaken kabinet karena
terdiri dari
orang-orang yang pakar di bidangnya.
|
Program
kerja Kabinet Juanda meliputi 5 pasal ( Pancakarya) yaitu :
a.
membentuk dewan nasional.
b.
normalisasi keadaan Republik Indonesia.
c. melancarkan
pelaksa-naan pembatalan KMB
d.
menyelesaikan masalah Irian Barat dan.
e. menggiatkan pemba-ngunan.
|
1) menghadapi pemberontakan dari berbagai dewan daerah,
2) semasa Kabinet Juanda juga terjadi peristiwa percobaan
pembunuhan terhadap Presiden Sukarno yang dikenal dengan Peristiwa Cikini.
(Peristiwa ini terjadi pada saat Presiden Sukarnomengadakan kunjungan ke
Perguruan Cikini di Jakarta pada tanggal 30 November 1957).
3)
Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
|
6.
Akibat
pergantian kabinet yang terjadi dalam waktu relatif singkat yaitu :
a. terjadi ketidakpuasan
pemerintahan daerah terhadap pemerintah pusat, karena pemerintahan pusat sibuk dengan
pergantian kabinet
b. daerah kurang
mendapat perhatian, karena tuntutan-tuntutan
dari daerah ke pusat sering tidak dikabulkan
c.
terjadi
kekecewaan dan ketidakpuasan daerah terhadap pusat, sehingga dapat muncul
gejala provinsialisme atau sifat kedaerahan yang mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.
d. gejala
provinsialisme akhirnya berkembang ke separatisme atau usaha memisahkan diri
dari pusat yang terwujud dalam pemberontakan, misalnya PRRI atau Permesta.
7.
Ketidakstabilan
politik dalam negeri sangat mengganggu kehidupan bidang ekonomi, pendidikan,
sosial, dan budaya, sehingga pada masa pembangunan dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat, maka kondisi politik yang stabil dan mantap mutlak
diperlukan.
8. Dampak atau akibat sistem multipartai yang
dianut Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dalam kehidupan politik di
Indonesia :
a. dampak positif sistem multipartai masa
Demokrasi Liberal :
1)
menghidupkan suasana demokrasi di
indonesia karena setiap warga negara berhak berpartisipasi dalam politik berupa
mengkritik pemerintah, menyuarakan pendapat, dan mendirikan partai politik.
2)
mencegah kekuasaan presiden terlalu
luas, karena wewenang pemerintahan dipegang partai yang berkuasa.
3)
menempatkan kalangan sipil sebagai
pelaksana kedaulatan rakyat dalam pemerintahan.
b. dampak negatif sistem multipartai
masa Demokrasi Liberal :
1)
beberapa partai cenderung menyuarakan
kepentingan kelompoknya masing-masing
daripada
suara rakyat banyak.
2)
terjadi persaingan tidak sehat antara
partai-partai politik yang ada dalam parlemen maupun kabinet dengan saling menjatuhkan
lawan politiknya.
D. Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 1955
1. Pemilu
pertama tahun 1955 memiliki arti sangat penting dalam upaya menata kehidupan
bernegara RI yaitu :
a.
untuk pertama kalinya rakyat diberi
kesempatan memilih wakil-wakil mereka yang akan duduk di kursi DPR.
b.
Melalui pemilu akan dibentuk Dewan
Konstituante yang bertugas merumuskan UUD.
2. Pemilu
pertama 1955 diselenggarakan pada masa kabinet Burhanuddin Harahap dalam 2
tahap yaitu :
a. Tahap
I (29 September 1955), tujuannya memilih anggota-anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR)
b. Tahap
II (15 Desember 1955), tujuannya memilih anggota-anggota Konstituante (Sidang
Pembuat Undang-Undang Dasar).
3. Pemilu tahun 1955 :
a.
diikuti oleh puluhan partai,
organisasi massa, dan perorangan.
b.
Dilaksanaan di seluruh Indonesia
dibagi 16 daerah pemilihan meliputi 208 kabupaten, 2.139 kecamatan, dan 43.429
desa.
c.
hasil pemilihan umum tahap I muncul 4
partai peraih suara terbanyak yaitu Masyumi, PNI, NU, dan PKI dengan komposisi
anggota DPR :
1)
Masyumi 60 kursi (22,3%)
2)
PNI 57 kursi (20,9%)
3)
NU 45 kursi (18,4%)
4)
PKI mendapat 39 kursi (16,4%)
5)
sisanya 59 kursi dibagi banyak partai
kecil dengan masing-masing antara 1 – 8 kursi.
d.
jumlah anggota DPR sebanyak 272 orang
dan dilantik pada tanggal 20 Maret 1956 (dengan perhitungan bahwa satu orang
anggota DPR mewakili 300.000 orang penduduk).
e.
hasil pemilihan umum tahap II sebanayak 524
anggota dilantik pada tanggal 10 November 1956 dengan komposisi
anggota dewan konstituante :
1)
PNI
memperoleh 119 kursi.
2)
Masyumi
memperoleh 112 kursi.
3)
NU
memperoleh 91 kursi.
4)
PKI
memperoleh 80 kursi.
5)
Partai
lainnya memperebutkan 118 kursi.
E. Situasi Politik di Indonesia
Setelah Pemilu Tahun 1955
1. Pemilu I terlaksana dengan baik dan berhasil
menentukan anggota DPR dan dewan konstituante, tetapi tidak mampu menjalankan
tugasnya dengan baik, belum menghasilkan pemerintahan yang stabil, dan belum dapat
memenuhi harapan rakyat, sebab :
a.
masing-
masing partai masih mengutamakan kepentingan partainya daripada kepentingan
rakyat, akibatnya muncul pergolakan di daerah-daerah
yang mengakibatkan stabilitas politik menjadi terganggu.
b.
Presiden
Soekarno mengajukan Konsepsi Presiden (Februari 1957) yang diantaranya berisi
pembentukan Kabinet Gotong Royong dan Dewan Nasional (kemudian bernama Dewan
Pertimbangan Agung) yang bertindak sebagai penasihat presiden untuk
menyelamatkan negara.
c.
Suhu
politik semakin hangat dan kondisi dalam negeri semakin labil ditandai munculnya
perpecahan antara pemerintahan pusat dengan beberapa daerah, berupa gerakan-gerakan
sparatis di daerah-daerah yang tidak puas dengan pemerintah pusat, seperti
berdirinya Dewan Banteng (Sumatra Tengah), Dewan Gajah (Sumatra Utara), Dewan
Garuda (Sumatra Selatan), Dewan Lambung Mangkurat (Kalimantan Selatan), dan
Dewan Manguni (Sulawesi Utara).
d.
Konstituante
gagal mencapai titik temu dalam menyusun UUD baru.
2.
Kegagalan
Dewan Konstituante dalam membuat Undang-Undang Dasar baru mendorong Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 untuk mengatasi kondisi
negara yang kritis dan mengalami krisis politik.
F.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
1.
Pengertian dekrit presiden
adalah keputusan pemerintah pada bidang ketatanegaraan yang bersifat mengikat dan
biasanya agar berlaku efektif harus mendapat dukungan kekuatan politik, parlemen,
dan militer.
2.
Latar belakang dekrit
presiden :
a.
kegagalan
konstituante untuk menyusun UUD baru
b.
adanya
masa reses konstituante yang tidak ada batasnya
c.
keadaan
negara yang semakin kacau.
3.
Pertimbangan
dikeluarkannya dekrit Presiden adalah :
a.
anjuran
untuk kembali kepada UUD 1945 tidak memperoleh keputusan dari Konstituante.
b.
Konstituante
tidak mungkin lagi menyelesaikan tugasnya karena sebagian besar anggotanya
menolak menghadiri
sidang.
c.
kemelut
dalam Konstituante membahayakan persatuan, mengancam keselamatan negara, dan
merintangi pembangunan nasional.
4.
Dekrit presiden diumumkan oleh
Presiden Soekarno pada hari Minggu, tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00 WIB dalam
upacara resmi di Istana Merdeka.
5.
Isi pokok Dekrit Presiden 5 Juli 1959
yaitu :
a.
Pembubaran Badan Konstituante
b.
Berlakunya kembali UUD 1945
c.
Tidak berlakunya kembali UUDS 1950
d.
Pembentukan MPRS dan DPAS.
6.
Dukungan terhadap Dekrit Presiden :
a.
seluruh rakyat mendukung karena sudah
sangat jenuh merasakan kemandekan nasional, korupsi, dan tertundanya
pembangunan.
b.
Kepala staf AD mengeluarkan perintah
harian bagi seluruh anggota TNI untuk melaksanakan dan mengumumkan Dekrit
Presiden
c.
Mahkamah Agung membenarkan Dekrit
Presiden
d.
sidang DPR hasil pemilu I tanggal 22
Juli 1959 secara aklamasi menyatakan bersedia bekerja berdasarkan UUD 1945.
7.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 memberikan
pengaruh yang luar biasa sebab :
dengan diberlakukannya UUD 1945,
Presiden Soekarno menyatakan bahwa demokrasi liberal ala Barat tidak cocok dengan
jiwa bangsa Indonesia, sehingga mencoba menerapkan sistem demokrasi terpimpin.
8. Sisi positif dikeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959 adalah :
a. menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis
politik yang berkepanjangan
b. memberi pedoman yang jelas (UUD 1945) bagi
kelangsungan negara
c. merintis pembentukan MPR Sementara dan DPA
Sementara (karena pada masa demokrasi liberal tertunda).
9. Dampak
Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
a. dibentuk lembaga-lembaga baru yang sesuai
dengan tuntutan UUD 1945, misalnya MPRS dan DPAS
b. Bangsa
Indonesia terhindar dari konflik berkepanjangan yang sangat membahayakan
persatuan dan kesatuan
c. kekuatan
militer semakin aktif dan berperan penting dalam percaturan politik di
Indonesia
d. Presiden
Soekarno menerapkan Demokrasi Terpimpin.
e. memberi
kemantapan kekuasaan yang besar kepada presiden, MPR, maupun lembaga tinggi
negara lainnya.
G. Kehidupan Politik Pasca Dekrit Presiden 5
Juli 1959
1.
Pembentukan Kabinet Kerja, dengan
programnya Tri Program, isinya :
a.
memperlengkapi
sandang pangan rakyat,
b.
menyelenggarakan
keamanan rakyat dan negara, serta
c.
melanjutkan
perjuangan menentang imperialisme untuk mengembalikan Irian Barat.
2.
Penetapan DPR hasil pemilu 1955 menjadi
DPR tanggal 23 Juli 1959.
3.
Pembentukan MPRS, DPAS, BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan) dan Mahkamah Agung (MA) :
a.
MPRS
bertugas menetapkan GBHN.
b.
DPAS
bertugas sebagai penasihat atau memberi pertimbangan pada presiden.
c. BPK
bertugas memeriksa penggunaan uang negara oleh pemerintah
d. MA
berperan sebagai lembaga tinggi negara.
4.
Pembentukan DPR-GR pada tahun 1960 :
a.
berarti
Presiden Soekarno telah membubarkan DPR hasil pemilu tahun 1955.
b. alasannya
adalah penolakan DPR terhadap usulan Anggaran Belanja Negara yang diajukan
presiden. Selanjutnya pada tanggal 24 Juni 1960, Presiden Soekarno membentuk DPR-GR
(DPR Gotong Royong).
5.
Pembentukan
Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Front Nasional :
a.
Depernas
bertugas menyusun rancangan pembangunan semesta yang berpola 8 tahun.
b.
Front
Nasional tugasnya mengerahkan massa dan berperan penting dalam pengganyangan Malaysia
dan pembebasan Irian Barat, terutama melalui Front Nasional Pembebasan Irian Barat
(FNPIB).
6. Penetapan Manifesto Politik (Manipol) sebagai GBHN
:
a.
Manifesto
Politik (Manipol) merupakan sebutan pidato Presiden Soekarno dalam peringatan
hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1959, dengan pidato asli berjudul” Penemuan Kembali
Revolusi Kita”.
b.
dalam
sidang DPAS tanggal 23-25 September 1959, diusulkan Manipol ditetapkan sebagai GBHN.
c.
Manipol
mencakup USDEK yang terdiri dari UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Manipol dan USDEK sering
disebut dengan Manipol USDEK.
d.
Dalam
Tap MPRS juga diputuskan bahwa pidato presiden “Jalannya Revolusi Kita” dan “To
Build the Worlda New” (membangun dunia kembali) Mmnjadi pedoman pelaksanaan
Manifesto Politik.
H. Kehidupan Politik pada
Masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1965)
1. Kondisi Politik
Dalam Negeri pada Masa Demokrasi Terpimpin :
a.
Pengertian
demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin oleh sila keempat Pancasila di
Indonesia dengan kenyataan dipimpin mutlak oleh Presiden Sukarno dari tahun 1959
– 1965.
b.
Demokrasi
Terpimpin menggantikan sistem Demokrasi Liberal, berlaku tahun 1959 – 1965.
Pada masa Demokrasi Terpimpin kekuasaan presiden sangat besar sehingga
cenderung ke arah otoriter, akibatnya sering terjadi penyimpangan terhadap UUD
1945.
c.
Beberapa
penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 pada masa Demokrasi Terpimpin :
1)
Pembentukan
MPRS melalui Penetapan Presiden No. 2/1959.
2)
Anggota
MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden.
3)
Presiden
membubarkan DPR hasil pemilu tahun 1955.
4)
GBHN
yang bersumber pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita” ditetapkan oleh DPA bukan oleh MPRS.
5)
Pengangkatan
presiden seumur hidup.
d.
Pada
masa Demokrasi Terpimpin, Partai Komunis Indonesia (PKI) berusaha menempatkan
dirinya sebagai
golongan yang Pancasilais.
e.
Kekuatan
politik pada Demokrasi Terpimpin terpusat di tangan Presiden Soekarno dengan
TNI-AD dan PKI di sampingnya.
f.
Ajaran
Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis) ciptaan Presiden Soekarno menguntungkan PKI,
karena menempatkan PKI sebagai unsur yang sah dalam politik Indonesia, sehingga
kedudukan PKI semakin
kuat PKI dan meningkatkan kegiatannya dengan berbagai isu yang memberi citra
sebagai partai yang paling manipolis dan pendukung Bung Karno paling setia.
g.
pada
masa Demokrasi Terpimpin, PKI terus melaksanakan programnya secara
revolusioner, Bahkan mampu menguasai konstelasi politik, dengan puncak kegiatan
PKI adalah melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah pada tanggal 30
September 1965.
2. Politik Luar
Negeri Masa Demokrasi Terpimpin
a.
Politik
luar negeri masa Demokrasi Terpimpin lebih condong ke blok Timur, karena Indonesia
banyak melakukan kerja sama dengan negara-negara blok komunis, seperti Uni
Soviet, RRC, Kamboja, maupun Vietnam.
b.
pelaksanaan
politik luar negeri masa Demokrasi Terpimpin :
1)
mengelompokkan Negara di dunia menjadi
2 yaitu Oldefo dan Nefo :
a)
Oldefo (The Old Established Forces) yaitu dunia lama yang sudah mapan
ekonominya, khususnya negara-negara Barat yang kapitalis.
b)
Nefo (The New Emerging Forces) yaitu negara-negara baru. Indonesia
menjauhkan diri dari negara-negara kapitalis (blok oldefo) dan menjalin kerja
sama dengan negara-negara komunis (blok nefo).
Indonesia menjauhkan
diri dari negara-negara kapitalis (blok oldefo) dan menjalin kerja sama dengan
negara-negara komunis (blok nefo), terbukti dengan terbentuknya Poros Jakarta
–Peking (Indonesia – Cina) dan Poros Jakarta – Pnom Penh – Hanoi – Peking –
Pyongyang ( Indonesia –Kamboja – Vietnam Utara - Cina – Korea Utara).
2) Konfrontasi dengan Malaysia
a)
Pada
tahun 1961 muncul rencana pembentukan negara Federasi Malaysia yang terdiri
dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah.
b)
Rencana
tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno karena dianggap sebagai proyek
neokolonialisme dan dapat membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai.
Keberatan atas pembentukan Federasi Malaysia juga muncul dari Filipina yang
mengklaim daerah Sabah sebagai wilayah negaranya.
c)
Pada
tanggal 9 Juli 1963 Perdana Menteri Tengku Abdul Rahman menandatangani dokumen
tentang pembentukan Federasi Malaysia, kemudian, tanggal 16 September 1963
pemerintah Malaya memproklamasikan berdirinya Federasi Malaysia.
d)
Menghadapi
tindakan Malaysia tersebut, Indonesia mengambil kebijakan konfrontasi :
Ø
tanggal
17 September 1963 hubungan diplomatik antara dua negara putus.
Ø
tanggal
3 Mei 1964 Presiden Soekarno mengeluarkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora), isinya :
· perhebat ketahanan
revolusi Indonesia
· bantu perjuangan
revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunei untuk
memerdekakan diri dan menggagalkan negara boneka Malaysia.
e)
Di
tengah situasi konflik Indonesia - Malaysia, Malaysia dicalonkan sebagai
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB :
Ø
masalah
ini mendapat reaksi keras dari Presiden Soekarno, tetapi Malaysia tetap
terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Ø
terpilihnya
Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB mendorong Indonesia keluar
dari PBB, sehingga secara resmi Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 7
Januari 1965.
I. Dampak Persoalan Hubungan Pusat Daerah
terhadap Kehidupan Politik Nasional dan Daerah sampai Awal Tahun 1960-an
Sejak diakuinya
kedaulatan Republik Indonesia dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 sampai
tahun 1960, Indonesia mengalami berbagai situasi sebagai dampak dari keadaan
politik nasional yaitu :
1. Hubungan Pusat-Daerah
a. Terjadi
permasalahan pertentangan antara Pemerintah Pusat dan beberapa Daerah adalah :
1)
sebabnya
yaitu masalah otonomi serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
2)
akibatnya
adalah :
a)
hubungan
antara pemerintah pusat dengan daerah menjadi kurang harmonis.
b)
terbentuknya
beberapa dewan merupakan oposisi dari daerah untuk melakukan protes terhadap
kebijakan pemerintah pusat.
c)
muncul
pemberontakan di daerah-daerah sehingga mengganggu stabilitas politik.
b.
Pemilihan
Umum I tahun 1955 telah terlaksana dengan lancar dan aman sesuai ketentuan yang
berlaku, tetapi hasilnya belum dapat merubah nasib bangsa Indonesia ke arah
yang lebih sejahtera karena partai-partai politik hanya memikirkan kepentingan
partainya.
c.
terbentuknya
Kabinet Ali Sastroamijoyo II tanggal 24 Maret 1956 berdasarkan perimbangan
partai-partai dalam Parlemen tidak berumur panjang karena mendapat oposisi dari
daerah-daerah di luar Jawa dengan alasan pemerintah mengabaikan pembangunan
daerah.
d.
Oposisi
dari daerah terhadap pemerintah pusat didukung para panglima daerah kemudian
dilanjutkan gerakan-gerakan yang berusaha memisahkan diri (separatis) dari
pemerintah pusat sehingga hubungan antara pusat dengan daerah kurang harmonis.
e.
Pada
akhir tahun 1956 beberapa panglima militer di berbagai daerah membentuk
dewan-dewan yang ingin memisahkan diri dari pemerintah pusat yaitu :
1)
Pada
tanggal 20 November 1956 di Padang, Sumatera Barat berdiri Dewan Banteng yang
dipimpin oleh Letnan Kolonel Achmad Husein.
2)
Di
Medan, Sumatera Utara berdiri Dewan Gajah yang dipimpin oleh Kolonel Simbolon.
3)
Di
Sumatera Selatan berdiri Dewan Garuda yang dipimpin oleh Kolonel Barlian.
4)
Di
Manado, Sulawesi Utara berdiri Dewan Manguni yang dipimpin oleh Kolonel Ventje
Sumual.
f.
Dalam
menghadapi gerakan beberapa dewan, pemerintah mengambil beberapa langkah untuk
menyelesaikan masalah antara Pemerintah Pusat dengan daerah-daerah dengan cara
musyawarah, tetapi tidak menyelesaikan permasalahan bahkan muncul pemberontakan
terbuka pada bulan Februari 1958 berupa Pemberontakan PRRI-Permesta.
2. Persaingan Golongan Agama
dan Nasionalis
a.
Persaingan
antara kelompok Islam dan kelompok nasionalis/sosialis/non Islam mulai terasa
sejak tahun 1950. Partai-partai politik terpecah-pecah dalam berbagai ideologi
yang sukar dipertemukan dan hanya mementingkan golongannya sendiri.
b.
Pada
saat itu kabinet yang berkuasa silih berganti. Dalam waktu singkat saja dari tahun
1950 -1959 terdapat 7 buah kabinet yang memerintah silih berganti, sehingga
rata-rata setiap tahun berganti kabinet.
3. Pergolakan Sosial Politik
a.
Pemilihan Umum I 1955 belum dapat
membawa perubahan menuju kesejahteraan bagi rakyat Indonesia, misalnya belum
ada tanda-tanda perbaikan ekonomi terutama di daerah-daerah.
b.
Protes juga dilakukan oleh
daerah-daerah di luar Jawa dengan alasan pemerintah pusat tidak memperhatikan
daerah :
1)
Khususnya di Sulawesi Utara dan
Sumatera Utara pemerintah dianggap membiarkan penyelundupan-penyelundupan yang
dilindungi penguasa-penguasa daerah.
2)
Beberapa daerah di Sumatera dan
Sulawesi merasa tidak puas dengan alokasi biaya pembangungan yang diterimanya
dari pusat.
c.
kelemahan pemerintah pusat menjalankan
kebijakan politik di daerah-daerah terbukti tampilnya perebutan kekuasaan di
daerah oleh pihak militer karena pemerintah pusat dianggap tidak cakap memperhatikan
kepentingan daerah, tidak adil dalam pembagian pendapatan ekspor dan terlalu
birokratis dalam menyelesaikan sesuatu urusan, bahkan urusan yang mendesak.
d.
Kelemahan-kelemahan pusat berakibat
munculnya pemberontakan di daerah-daerah.
4. Pemberontakan-pemberontakan
yang terjadi akibat pergolakan sosial politik pasca pengakuan kedaulatan
a.
Pemberontakan
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
1)
terjadi
tanggal 23 Januari 1950 di Bandung dipimpin Kapten Raymond Westerling
2)
Gerombolan ini memberikan ultimatum
kepada pemerintah RIS dan Negara Pasundan agar mereka diakui sebagai “Tentara
Pasundan” dan menolak usaha-usaha untuk membubarkan negara boneka tersebut.
3)
Gerombolan APRA yang menyerang kota
Bandung kurang lebih 800 orang dan terdiri dari bekas KNIL.
b. Pemberontakan
Andi Azis
terjadi
tanggal 5 April 1950 di Makassar yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuan bekas
KNIL dipimpinan Kapten Andi Azis.
c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
1)
terjadi
di Ambon pada tanggal 25 April 1950 yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia
bekas anggota KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang pro Belanda.
2)
Pemberontakan
RMS (Republik Maluku Selatan) dipimpin oleh Dr. Soumokil, bekas Jaksa Agung
Negara Indonesia Timur.
d. Pemberontakan Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI)
1)
gerakan
pengambilalihan kekuasaan dilakukan Dewan Banteng dipimpin Letnan Kolonel
Achmad Husein di daerah Sumatera Tengah dari Gubernur Ruslan Mulyohardjo
tanggal 20 Desember 1956, kemudian diikuti terbentuknya Dewan Gajah, dan Dewan
Manguni.
2)
Pada
tanggal 15 Februari 1958 pemberontakan mencapai puncaknya ketika Letnan
Kolonel Achmad
Husein memproklamasikan berdirinya “Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia”
(PRRI) dengan pembentukan kabinetnya dan Syafruddin Prawira Negara sebagai
Perdana Menteri. Berdirinya PRRI ini selanjutnya mendapat sambutan di Indonesia
bagian Timur yang merupakan gerakan separatis.
e. Pemberontakan
Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
1)
terjadi
tanggal 1 Maret 1957 dipimpin Letnan kolonel H.N. Ventje Sumual, panglima TT
VII Timur dengan mengikrarkan Gerakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).
2)
Gerakan
ini menuntut dilaksanakan Repelita dan pembagian pendapatan daerah secara adil,
yakni daerah surplus mendapat 70 % dari hasil ekspor.
SOAL LATIHAN DAN PEKERJAAN RUMAH
Kerjakan soal berikut ini secara
singkat, jelas, dan benar!
1. Mengapa hasil KMB (Konferensi Meja Bundar) diterima oleh
Pemerintah Republik Indonesia hanya “ setengah hati”!
2. Apakah dampak dari terbentuknya Negara RIS (Republik
Indonesia Serikat)!
3. Faktor apa sajakah yang memengaruhi proses kembalinya negara RIS menjadi
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)!
4. Permasalahan ekonomi apa saja
yang muncul di Indonesia pasca pengakuan kedaulatan Belanda kepada Indonesia
setelah tanggal 27 Desember 1949!
5. Sebutkan 2 ciri yang menonjol kondisi politik di
Indonesia sebelum dilaksanakan Pemilu tahun 1955!
6. Sebutkan 7 kabinet
parlementer pada masa Demokrasi Liberal di Indonesia tahun 1950-1959 serta sebab
kejatuhannya masing-masing!
7.
Pemilu di Indonesia tahun 1955 diselenggarakan pada masa kabinet siapa dan
dilaksanakan 2 tahap untuk memilih apa?
8. Mengapa hasil Pemilu tahun 1955 tidak mampu menciptakan
stabilitas politik seperti yang diharapkan!
9. Bagaimanakah situasi politik Indonesia menjelang Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959?
10. Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 :
a. Mengapa
dikeluarkan Dekrit Persiden?
b. Sebutkan
4 isinya?
c. Apakah
tujuannya?
11. Bagaimanakah
kehidupan politik Indonesia pasca
Dekrit Presiden 5 Juli 1959?
12. Apakah dampak dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959?
13. Bagaimanakah kekuasaan Presiden pada masa Demokrasi
terpimpin (tahun 1959 – 1965) dan apakah akibatnya?
14.
Sebutkan 5 bukti penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang
terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin di
Indonesia!
15. Mengapa ajaran Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis) yang
diterapkan Presiden Soekarno sangat menguntungkan PKI?
16. Mengapa politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin lebih condong ke blok Timur (Blok Komunis)?
17.
Bagaimanakah pelaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin!
18. Mengapa secara resmi Indonesia keluar dari keanggotaan PBB
pada tanggal 7 Januari 1965?
19. Apakah
sebab dan akibat terjadi permasalahan pertentangan antara Pemerintah Pusat dan
beberapa Daerah sejak diakuinya kedaulatan
Republik Indonesia dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 sampai tahun 1960?
20. Pemberontakan apa saja yang terjadi di Indonesia akibat
pergolakan sosial politik pasca pengakuan kedaulatan serta pemimpinnya
masing-masing!
---------- selamat
mengerjakan ----------
1 komentar:
Jazakallah. Semoga bisa menambahkan http://vracarsa.blogspot.co.id/2016/10/kondisi-ekonomi-indonesia-pasca.html
Posting Komentar