Mata Pelajaran :
Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / Semester :
VIII (Delapan ) / 1 ( Satu )
Tahun Pelajaran : 2017 / 2018
Tahun Pelajaran : 2017 / 2018
Standar Kompetensi : 2. Memahami
proses kebangkitan nasional.
Kompetensi Dasar :
2.1. Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme
bangsa Barat serta pengaruh yang ditimbulkan di berbagai daerah.
Penyusun :
AMIR ALAMSYAH, S.Pd.
BAB 5
PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN
IMPERIALISME BARAT SERTA PENGARUHNYA DI BERBAGAI DAERAH
I. Kebijakan-kebijakan Pemerintah Kolonial
A. Pergantian Kekuasaan dari
VOC ke Pemerintah Kolonial Hindia Belanda
1. Pada akhir abad 18 VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda mengalami pergeseran kegiatan dari bidang
perdagangan ke bidang pemerintahan :
a. Sebab atau faktornya ada 3 yaitu :
1)
barang perdagangan
rempah-rempah beralih ke komoditas lain (kopi dan gula)
2)
kalah bersaing dengan
bangsa Eropa lainnya (Perancis dan Inggris)
3) keberhasilan perang kemerdekaan Belanda tahun 1648 (Belanda melawan Spanyol dalam perang 100 tahun ) mendorong keinginan
berkuasa di negara lain.
b. Akibatnya :
1) VOC mengalami krisis keuangan, kas kosong, dan hutangnya semakin banyak
2) VOC dibubarkan secara resmi 31 Desember 1799 dan diganti Pemerintah Hindia
Belanda dibawah kendali Republik Bataaf.
2. Krisis keuangan dan kekosongan kas yang dialami VOC sebabnya ada 6 yaitu :
a.
banyak mengeluarkan
biaya perang untuk memperoleh wilayah dan mempertahankan monopoli perdagangan
b.
di
Asia kalah bersaing berdagang dengan Perancis dan Inggris (EIC = East Indian Company)
c.
tidak mampu mengawasi monopoli perdagangan karena jangkauannya
semakin luas
d.
kekurangan dana untuk
menggaji pegawai yang banyak
e.
para pegawainya banyak
melakukan korupsi karena gajinya kecil
f.
dalam keadaan rugi masih
memberi keuntungan kepada para pemegang saham.
3. Beberapa orang Belanda yang pernah menjabat Gubernur Jenderal VOC :
a.
Pieter
Both (1602 - 1619)
b. Jan Pieterszoon Coen (1619 - 1629)
c. Antonio Van Dieman (1639 - 1645)
d.
Joan
Maetsycher (1653 - 1678)
e.
Cornelis
Speelman (1681 - 1684)
4. Masa pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia tahun 1800 - 1807 :
a. rakyat Indonesia masih tetap menderita
b. di negeri Belanda terjadi pertentangan politik antara golongan konservatif
dengan golongan liberal tentang kebijakan pemerintahan Republik Bataaf terhadap
daerah jajahannya di Indonesia.
B. Pemerintahan Herman
Willem Deandels
a.
Herman Willem
Deandels
menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia tahun 1808 - 1811.
b.
Tugas
utamanya
ada 3 yaitu :
a. mempertahankan pulau Jawa dari ancaman atau serangan dari Inggris
b. menata dan mengatur pemerintahan di Indonesia
c. membereskan masalah keuangan di Indonesia.
c. Cara atau langkah H.W.Deandels mempertahankan pulau Jawa agar tidak
diserang dan jatuh ke tangan Inggris ada 7 yaitu :
a.
memperkuat angkatan
perang dengan meningkatkan jumlah prajurit dan membentuk pasukan dari pribumi
b. meningkatkan disiplin para prajurit
c. mengerahkan rakyat membuat benteng-benteng pertahanan baru
d. mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya
e. membuat jalan raya di Pulau Jawa dari Anyer (daaerah Banten Selatan) sampai
Panarukan (daerah Jawa Timur) sepanjang 1.000 Km, dikenal dengan jalan Deandels
f. membangun kembali armada pelabuhan armada di Ujungkulon (daerah Banten
Selatan) dan Merak (daerah Banten Utara) serta Benteng Lodewijk di Pulau Menari (Laut Jawa di daerah Banten)
g. memperbaiki struktur pemerintahan.
d. Cara atau langkah H.W.Deandels mengatur dan menata pemerintahan di
Indonesia ada 7 yaitu :
a. membiarkan tetap ada perbudakan
b. mendirikan sekretariat negara (Algemene
Secretary)
c. pusat pemerintahan di Sunda Kelapa dipindah ke Jakarta
Pusat
d. Pulau Jawa dibagi menjadi 9 daerah dengan sistem pemerintahan sentralisasi
e. membentuk kantor pengadilan rakyat di Surabaya dan pengadilan militer di
Batavia
f. kedudukan Bupati diubah statusnya menjadi pegawai yang gajinya ditentukan
pemerintah
g. Raja-raja Jawa di Surakarta dan Yogyakarta sebagai
bawahannya.
e. Cara atau langkah H.W.Deandels membereskan masalah keuangan di Indonesia ada 6 yaitu :
a. mengeluarkan uang kertas dalam jumlah besar.
b. meningkatkan usaha pemasukan uang dengan cara-cara lama, yaitu :
1) memborongkan pemungutan pajak kepada pengusaha swasta
2) melaksanakan Contingenten Stelsel
(pajak dengan menyerahkan hasil bumi)
3) melaksanakan Verplichte Leverantie
(kewajiban menjual hasil panen wajib kepada pemerintah Belanda)
4) melaksanakan Preanger
Stelsel (rakyat Priangan wajib menanam kopi).
c. menerapkan cara-cara paksa :
1) meminjam uang dari orang-orang kaya
2) mengambil harta dari rumah gadai, balai lelang, dan balai
harta peninggalan.
d. tanah pemerintah dijual kepada orang-orang Belanda dan Cina, sehingga
muncul istilah Tanah Partikelir.
e. membentuk dewan pengawas keuangan negara (Algemeene Rakenkamer), yang bertugas mengawasi keluar masuknya uang negara.
f. kerja rodi yaitu kerja paksa bagi penduduk, terutama pembuatan jalan raya
dari Anyer (daerah Banten) sampai
Panarukan ( di Jatim).
f. Akibat dari cara atau langkah H.W.Deandels dalam melaksanakan tugasnya di
Indonesia :
a. menimbulkan kebencian rakyat karena penindasan dan kekejaman
b. kedudukannya diganti Gubernur Jendral Jan
Willem Janssens tahun 1811, karena kesalahannya
terutama menjual tanah negara kepada orang swasta, sehingga dianggap melanggar
undang-undang negara.
g. masa pemerintahan Gubernur Jendral J.W.
Janssens berlangsung singkat, karena kalah berperang melawan Inggris dan
diakhiri Kapitulasi Tuntang (Penyerahan
Tuntang) antara Belanda dengan Inggris pada tanggal 17 September 1811, isinya ada 3 yaitu :
a. Pulau Jawa dan daerah sekitarnya yang dikuasai Belanda diserahkan Inggris
b. semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris
c. orang-orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris.
C.
Indonesia dibawah Kekuasaan Inggris (1811 – 1816)
1. Pemerintah Inggris mengangkat Thomas
Stamford Raffles sebagai penguasa menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia, dibantu Dewan Penasehat yaitu Geillespie, Cranssen, dan Montinghe yang berkedudukan di Jakarta.
2.
Perubahan-perubahan
yang dilakukan Gubernur Jenderal T.S. Raffles di Indonesia :
a. Bidang Ekonomi :
1) semua kebijakan Deandels dihapus
2) menerapkan sistem pajak sewa tanah (Landrente) dalam bentuk uang
3) menghapus sistem perbudakan
4) menghapus sistem monopoli dan menganjurkan perdagangan
bebas.
b. Bidang Pemerintahan atau politik :
1) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 Karesidenan
2) para Bupati menjadi pegawai dan digaji tiap bulan
3) bertindak
sewenang-wenang terhadap para raja di Indonesia
4) mendirikan kerajaan kecil di Yogyakarta yaitu Paku Alaman
5) Kesultanan Banten dan Cirebon dihapus.
c. Bidang Pengetahuan (Jasa T.S. Raffles ) :
1) menulis
buku History of Java (Sejarah Jawa)
2) bersama Arnoldi menemukan bunga bangkai raksasa (bunga Raflesia Arnoldi)
di Sumatra
3) bersama istrinya bernama Oilivia Marianne merintis terbentuknya Kebun Raya Bogor
4) mengundang para ahli mengadakan penyelidikan dan
penelitian di Indonesia.
d. Bidang Sosial, dilakukan dengan menghapus sistem perbudakan.
3. Sistem pemungutan pajak tanah (Landrante)
yang diterapkan T.S. Raffles di Indonesia :
a. Tujuan :
adalah untuk menciptakan sistem ekonomi yang bebas dari segala unsur
paksaan.
b. Pokok-pokok kebijaksanaan atau aturannya :
1) segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapus
2) rakyat bebas menentukan jenis tanaman
3) peranan Bupati sebagai pemungut pajak dihapus dan menjadi
pegawai negara
4) pemerintah Inggris sebagai pemilik tanah dan petani
sebagai penggarap wajib membayar pajak
atau uang sewa.
c. Pelaksanaan mengalami kegagalan, sebabnya ada 5 yaitu :
1) sulit menentukan luas tanah milik petani
2) besar kecilnya pajak tiap pemilik tanah sulit ditentukan
3) jumlah pegawai T.S. Raffles terbatas
4) masyarakat pedesaan belum mengenal uang ( masih melakukan
barter)
5) keuangan negara sangat terbatas.
4. Masa pemerintahan T.S. Raffles di
Indonesia sangat singkat ( 1811 – 1816), sebab :
pemerintah Inggris harus mengembalikan kekuasaannya di Indonesia kepada
Belanda, sesuai Konggres Wina bahwa keadaan Eropa harus dikembalikan seperti
sebelum terjadi Revolusi Perancis.
5.
Perubahan
Politik di Eropa :
a. 1814 Belanda tidah dikuasai lagi Perancis, sehingga hubungan dengan Inggris
menjadi baik, ditandai penandatanganan Convention
of London (Konvensi London), isinya :
1)Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dahulu direbut Perancis
2)Indonesia harus
diserahkan kembali kepada Belanda.
b. Penyerahan Indonesia dari Inggris kepada Belanda tanggal 19 Agustus 1816 :
1) Inggris diwakili oleh John Fendal
2) Belanda diwakili oleh Van der
Capellen, Buyskes, dan Elout (Komisi 3 orang).
c. Van der Capellen diangkat menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda (Indonesia)
d. Penyerahan Indonesia dari Inggris ke Belanda berarti Indonesia dijajah
Belanda yang ke 2 dikenal dengan masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
D.
Indonesia dibawah pemerintah Kolonial Belanda menerapkan 2 kebijakan kolonial
yaitu :
1. Tanam Paksa (Cultuur Stelsel)
pada tahun (1930 – 1870) :
a.
Pengertian
:
adalah kewajiban petani
menyerahkan sebagian tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku dipasaran internasional.
b. Pencetus ide dan pemimpin pelaksanaannya :
Johannes Van den Bosch, kemudian diangkat menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda pada tahun 1830-1833
dengan menerapkan kebijakan poliik ekonomi konservatif.
c.
Latar
belakang dilaksanankannya :
Pemerintah Belanda
mengalami kesulitan keuangan (awal abad 19) pada masa pemerintahan Gubernur Jendral
Van der Capellen yang tetap berusaha
menerapkan kebijakan politik liberal, harapannya dapat mengumpulkan uang dari
penjualan hasil panen tanaman yang dijual
ke Eropa.
d.
Sebab
dilaksanakannya :
1) banyak mengeluarkan biaya berperang melawan Perang Diponegoro,
Perang Padri, dan perang lainnya di berbagai daerah di Indonesia.
2) hutang luar negeri sangat banyak.
e.
Caranya
:
meningkatkan produksi tanaman ekspor berupa kopi, tebu, nila, tembakau,
kayu manis, dan kina, teh terutama di Pulau
Jawa, alasannya :
1)
tanahnya
subur
2) iklimnya cocok untuk budidaya tanaman ekspor
3)
tersedia
tenaga kerja yang banyak dan murah.
f.
Tujuannya
:
untuk memasukkan uang
ke kas negara sehingga semua hutang dapat dilunasi dan keperluan pemerintah terpenuhi, termasuk
biaya perang.
g. Program Van den Bosch pada saat
menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda (1830) :
1) menghapus sistem sewa tanah, karena dianggap sulit dan tidak efisien
2) sistem tanaman bebas diganti sistem
tanam wajib dengan jenis tanaman yang ditentukan
3) menghidupkan kembali program wajib kerja untuk menunjang program tanam
paksa (tanam wajib).
h. Aturan-aturan tanam paksa ada 7 yaitu :
1) petani wajib menyerahkan 1/5 tanahnya untuk tanam paksa
2) tanah yang diserahkan bebas pajak
3) rakyat yang tidak mempunyai tanah menganti bekerja diperkebunan pemerintah selama 66 hari
4) kegagalan panen yang bukan kesalahan petani tetap ditanggung pemerintah
5) waktu mengerjakan tanaman paksa tidak melebihi waktu untuk menanam padi
6) kelebihan hasil panen dikembalikan petani
7) pelaksanaan sepenuhnya diserahkan kepada penguasa pribumi.
i. Praktek atau pelaksanaan Tanam Paksa menyimpang dari aturan atau ketentuan
:
1) Bukti penyimpangan ada 7 yaitu :
a) tanah yang diserahkan petani lebih dari 1/5 bagian (½
bahkan seluruhnya)
b) tanah yang diserahkan dipilih yang subur dan petani atau rakyat mendapat tanah tidak subur
c) tanah yang diserahkan tetap membayar pajak
d) rakyat yang tidak punya tanah dipekerjakan di perkebunan
Belanda selama 3 sampai 6 bulan bahkan
lebih dari 6 bulan
e) waktu mengerjakan melebihi waktu untuk menanam padi
f) kelebihan hasil panen tidak dikembalikan kepada petani
g) semua kerusakan tanaman tetap ditanggung petani.
2)
Sebab
terjadi penyimpangan :
Pemerintah Belanda
menerapkan Cultuur Procenten, yaitu
hadiah dari pemerintah kepada pengawas
tanam paksa jika menyerahkan hasil melebihi ketentuan.
j. Akibat Tanam Paksa :
1) Bagi Belanda sangat menguntungkan yaitu :
a) kesulitan keuangan pemerintah Belanda dapat diatasi
b) pemerintah Belanda dapat membayar semua hutang luar negeri
c) pemerintah Belanda mengalami kelebihan keuangan (surplus)
d) perusahaan NHM (Nederlandsche
Handel Matschappij) mengalami kejayaan, karena memperoleh keuntungan besar
dari hak monopoli pengangkutan hasil tanam paksa.
2)
Bagi
bangsa Indonesia, yaitu :
a) Akibat positif atau keuntungannya yaitu para petani :
Ø mengetahui jenis-jenis tanaman ekspor yaitu kopi, teh, kina, nila, dan
tembakau
Ø mengetahui daerah-daerah yang cocok untuk jenis tanaman tertentu
Ø mengetahui cara mengolah lahan dan menentukan jenis tanaman.
b) Akibat negatif atau kerugiannya :
Ø tanah pertanian petani menjadi terbengkelai, karena tidak punya waktu
mengerjakan tanah sendiri
Ø sering mengalami kegagalan panen
Ø timbul kemiskinan, kesengsaraan, kelaparan, wabah penyakit dan kematian
(daerah Demak, Purwodadi, Cirebon, dan Priangan)
Ø banyak penduduk melarikan diri dari desanya, karena mengira daerah lain
tidak ada tanam paksa
Ø jumlah penduduk Pulau Jawa berkurang banyak sekali.
k. Reaksi pelaksanaan Tanam Paksa :
1) menimbulkan reaksi keras karena pelaksanaannya menindas dan menyengsarakan
bangsa Indonesia, dengan penentangnya dari Belanda
ada 2 golongan :
a) kaum agama (para pendeta), alasannya pelaksanaan tanam
paksa tidak berdasarkan kemanusiaan.
b) kaum liberal (para pengusaha dan pedagang), alasannya pelaksanaan
tanam paksa membuat kaum liberal tidak
dapat menanamkan modalnya dan melakukan perdagangan bebas.
2) para tokohnya :
a) Edward Douwes Dekker (1820 -1887) :
menggunakan nama samaran Multatuli,
menulis buku berjudul Max Havelaar
yang menceritakan kekejaman pemerintahan Belanda yang menimbulkan
penderitaan bangsa Indonesia.
b)
Fransen Van der Putte (1812 – 1879) :
menulis buku berjudul
Suiker Contracten (kontrak-kontrak
gula), berisi kecaman terhadap pelaksanaan tanam paksa di Indonesia.
c)
Baron Van Hoevel :
seorang pendeta Belanda berusaha memperjuangkan nasib rakyat jajahan yang menderita, caranya menuntut
pemerintahan negeri Belanda (di Eropa) memperhatikan nasib dan kepentingan
rakyat.
3) reaksi pelaksanaan tanam paksa
dari rakyat Indonesia :
a) para petani Pasuruhan (daerah Jawa Timur) melakukan
perlawanan tahun 1833.
b) para pekerja perkebunan tembakau melakukan perusakan
tanaman tembakau.
l. Tanam Paksa ditutup secara bertahap di Indonesia :
1) tahun 1860 tanaman lada dihapus
2) tahun 1865 tanaman nila, tebu, dan teh dihapus
3) tahun 1870 semua jenis tanaman paksa dihapus, kecuali kopi di daerah
Priangan (Jawa Barat) dan baru dihapus tahun 1917.
2. Politik Pintu Terbuka atau
Politik Kolonial Liberal (1870 – 1900)
a. pengertiannya adalah pemerintah memberi kesempatan luas kepada para
pengusaha swasta asing menanamkan modalnya di Indonesia.
b. kaum liberal berpendapat bahwa
perekonomian dapat berjalan lancar jika :
1) masyarakat bebas melakukan kegiatan ekonomi dan pihak swasta berhak memiliki
peralatan produksi.
2) pemerintah tidak campur tangan dalam
urusan perekonomian.
c. dimulai sejak dikeluarkan
Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet)
dan Undang-Undang Gula (Suiker Wet)
tahun 1870.
d. selama berlangsung Politik Pintu Terbuka
(PPT) perdagangan luar negeri berkembang pesat.
e. Pelaksanaan Politik Liberal :
1) dimulai sejak golongan liberal mendominasi pemerintah
Belanda tahun 1870 dengan menjalankan Politik
Liberal yang tujuannya memajukan usaha swasta.
2)
Langkah-langkah
golongan liberal :
a) meningkatkan penanaman modal swasta dalam bidang
perkebunan (Onderneming) dan pertambangan.
b) menetapkan Undang-Undang Agraria (Agrarische
Wet) tahun 1870 :
1)
Isinya
ada 5 yaitu :
v Para pengusaha Eropa dapat menyewa tanah milik pemerintah maksimal 75 tahun
v Gubernur Jenderal tidak boleh menyewakan tanah milik penduduk dan mengambil
tanah yang dibuka rakyat
v Gubernur Jenderal dapat menyewakan tanah yang diatur undang-undang.
v Para pengusaha Eropa dapat menyewa tanah milik penduduk menurut peraturan yang ditetapkan, maksimal 25 tahun
v Tanah milik pemerintah yaitu hutan yang belum dibuka rakyat, tanah diluar
milik desa, dan tanah milik adat.
2)
Tujuannya
:
v memberi kesempatan dan jaminan para pengusaha swasta asing (dari Eropa) melakukan
usaha perkebunan di Indonesia
v melindungi hak tanah penduduk agar tidak dikuasai pengusaha swasta asing
v memberi peluang
pemodal asing menyewa tanah penduduk Indonesia
v
membuka lapangan kerja
penduduk tidak punya tanah menjadi buruh perkebunan.
3)
Pengaruh
atau akibatnya :
v Pengaruh positif atau keuntungannya :
·
rakyat mengenal peranan
modal dalam kehidupan ekonomi
·
muncul
perkebunan-perkebunan besar memproduksi tanaman ekspor
·
rakyat Indonesia ikut
merasakan manfaat sarana irigasi dan transportasi yang dibangun pemerintah
kolonial untuk perkebunan
· muncul kaum buruh
·
rakyat desa mengenal
arti penting uang dalam kehidupan ekonomi.
4)
Pengaruh
negatif atau kerugian :
·
penjajah memperoleh
keuntungan besar dan rakyat Indonesia tetap menderita, karena berbentuk eksploitasi
SDA Indonesia secara baru
·
kehidupan rakyat semakin
sulit karena banyak barang impor masuk ke Indonesia sehingga usaha kecil
penduduk kalah bersaing
·
penduduk kota semakin
bertambah padat
·
rakyat tetap menderita
karena diperas pengusaha swasta asing.
c) Menetapkan Undang-Undang Gula (Suiker Wet) tahun 1870 :
5)
Tujuannya
:
agar para pengusaha swasta diberi kesempatan dalam perkebunan yang
mengusahakan produksi gula.
6)
Isinya
:
v semua perusahaan gula milik pemerintah akan dihapus secara bertahap.
v tahun 1891 semua perusahaan gula milik pemerintah harus diambil alih oleh
pengusaha swasta.
f. Usaha-usaha yang muncul di Indonesia setelah dikeluarkan Undang-Undang
Agraria dan Undang-Undang Gula adalah :
1) Bidang Perkebunan :
a) perkebunan tembakau di Deli (Sumatera Timur)
b) perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur
c) perkebunan karet di Serdang (Sumatra Timur)
d)
perkebunan kina di
Jawa Barat
e) perkebunan teh di Jawa Barat dan Sumatera Barat
f) perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara.
2) Bidang Pertambangan :
a) pertambangan batubara di Ombilin (Sumatera Barat)
b) pertambangan timah di Pulau Bangka, Pulau Singkep, dan Pulau
Belitung
c) pertambangan minyak bumi di Pulau Laju dan Sungai Gerong
(Sumatera Selatan), Pulau Bunyu dan Tarakan (di Kalimantan Timur).
3) Bidang Perindustrian :
pabrik gula, cokelat, dan teh diberbagai tempat di Pulau Jawa.
4) Bidang Perhubungan :
a)
banyak dibangun sarana
perhubungan di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera berupa jalan raya, jalan kereta api, jembatan, pelabuhan, dll.
b) akibatnya penduduk dapat pindah ke tempat lain dengan mudah, biasanya ke
kota industri dan pusat-pusat
perkebunan.
g. Akibat penanaman modal swasta bagi rakyat Indonesia ada 4 yaitu :
1) rakyat pedesaan mengenal sistem ekonomi uang, karena menjadi buruh
perkebunan menerima gaji berupa uang
2) kerajinan rakyat terdesak barang-barang impor terutama kerajinan tenun
rakyat
3) terjadi perubahan kepemilikan tanah dan tenaga kerja, karena semula tanah
milik bersama warga desa berubah menjadi milik
perorangan
4) rakyat pedesaan diperas para pengusaha swasta, sehingga tidak mampu
meningkatkan kesejahteraan tetapi tetap
menderita.
h. Pada masa
dilaksanakan Politik Pintu Terbuka (1870 - 1900) kehidupan rakyat Indonesia
tetap menderita, sebabnya ada 4 yaitu :
1) harga sewa tanah yang diterima petani rendah
2) gaji para pekerja swasta sangat kecil
3) para pekerja terikat sistem kontrak, sehingga tidak dapat melepaskan
pekerjaanya meskipun gajinya kecil dan
tidak cukup hidup
4) penduduk semakin banyak dan lahan pertanian semakin sempit, karena disewa oleh
perkebunan swasta asing.
II.
Pengaruh Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Kolonial di Berbagai Daerah
A. Pengaruh kebijakan pemerintah kolonial setiap
daerah di Indonesia berbeda-beda, penyebabnya ada 6
yaitu :
1. penduduk Pulau Jawa pada umumnya beragama Islam, Hindu dan
Buddha, sedangkan pulau lainnya masih banyak menganut kepercayan Animisme dan
Dinamisme, sehingga agama Nasrani yang dibawa bangsa Eropa, setiap pulaunya memperoleh
tanggapan berbeda-beda.
2. masa penjahan setiap daerah berbeda-beda.
3. sikap dan tanggapan setiap raja atau penguasa diberbagai
daerah terhadap kehadiran bangsa asing tidak sama.
4. terjadi perbedaan adat istiadat dalam menyikapi kehadiran
pemerintah kolonial, ada yang menerima (melakukan kerjasama) dan ada yang
menolak (melakukan perlawanan).
5. pemerintah kolonial memilih Pulau Jawa sebagai pusat
kekuasaan, karena tanahnya subur, penduduknya banyak, dan mudah mengendalikan pemerintahan.
6. penerapan kebijakan pemerintah kolonial Belanda
disesuaikan dengan kondisi daerah, contoh tanam paksa hanya diterapkan di Pulau
Jawa karena tanahnya subur dan tersedia tenaga kerja yang murah dan banyak.
B. Pengaruh kebijakan pemerintah kolonial Belanda di
Indonesia dalam kehidupan masyarakat ada 4 bidang :
1. Bidang ekonomi :
a. tingkat kesejahteraan dan laju pertumbuhan penduduk Pulau Jawa turun
b. rakyat tertekan karena sistem pajak sangat berat
c. rakyat kehilangan tanah karena hanya menjadi buruh dengan upah rendah
d. rakyat tidak bebas mengerjakan tanahnya, karena Belanda mewajibkan
menanam tanaman tertentu.
2. Bidang sosial
:
a. pendidikan berkembang, karena muncul kebutuhan pegawai administrasi Belanda
dan para tuan tanah partikelir.
b. masyarakat terbagi menjadi 3 lapisan atau golongan yaitu :
1) pejabat birokrasi kerajaan
2) kaum tuan tanah
3)
rakyat lapisan bawah.
3. Bidang politik :
a. kekuasaan tradisional
pribumi semakin lemah karena Belanda melakukan intervensi terhadap persoalan
intern (campur tangan urusan pemerintahan pribumi) dalam hal :
1)
pergantian
tahta kerajaan
2) pengangkatan pejabat kerajaan
3) kebijakan politik kerajaan.
b. para penguasa pribumi hanya menjadi alat dan pegawai pemerintah Belanda
c. para Bupati digaji dengan uang dan tidak boleh memungut
pajak dan menerima upeti dari rakyat
d. timbul berbagai perlawanan dan
gerakan protes petani di berbagai daerah di Indonesia.
4. Bidang budaya :
a. tradisi di lingkungan keraton semakin luntur karena cara pergaulan, gaya
hidup, bahasa, cara berpakaian dan pendidikan barat masuk ke
istana kerajaan
b.
para pemuka agama menentang
Belanda dan para bangsawan atau pejabat yang merusak tatanan kehidupan agraria.
C. Kesimpulan :
Penerapan kebijakan kolonial Belanda yang diberlakukan setiap daerah tidak
sama, tetapi mempunyai persamaan dan perbedaan antara Tanam Paksa dengan
Politik Pintu Terbuka :
1.
persamaan
:
setiap kebijakan yang diambil pemerintah Kolonial Belanda, baik
tanam paksa maupun politik pintu terbuka mengakibatkan bangsa Indonesia tetap
menderita.
2.
perbedaan
:
a. Tanam Paksa dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.
b. Politik Pintu Terbuka dilakukan pengusaha swasta Belanda dan bangsa Eropa
lainnya.
III. Bentuk-Bentuk
Perlawanan Rakyat Menentang Kolonialisme Barat di Berbagai Daerah Indonesia
A. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap
Portugis
Setelah Malaka dikuasai Portugis 1511 terjadi persaingan
dagang antara pedagang-pedagang Portugis dengan
pedagang di Nusantara. Portugis selalu ingin menguasai perdagangan, sehingga terjadi
perlawanan terhadap Portugis.
1. Perlawanan Kerajaan Aceh terhadap Portugis
a.
kemajuan Aceh membuat Portugis berusaha menghancurkan, tetapi selalu
gagal.
b.
Aceh berhasil mempertahankan
diri dari ancaman Portugis, sebabnya :
1)
Aceh
berhasil bersekutu dengan Turki, Persia, dan India
2)
Aceh memperoleh bantuan
kapal, prajurit, dan makanan dari pedagang muslim di Pulau Jawa
3) Kapal Aceh dilengkapi persenjataan cukup baik dan prajurit yang tangguh.
c. Raja-raja Kerajaan Aceh yang melakukan perlawanan adalah :
1)
Sultan
Ali Mughayat Syah (1514 - 1528), berhasil membebaskan Aceh
dari upaya penguasaan bangsa Portugis
2)
Sultan
Alaudin Riayat Syah (1537 - 1568), berani menentang dan
mengusir Portugis yang bersekutu dengan Johor
3)
Sultan
Iskandar Muda (1607 - 1636), Raja Kerajaan Aceh yang
terkenal sangat gigih melawan Portugis tahun 1615 dan 1629 di Malaka.
d.
Usaha-usaha Aceh
Darussalam mempertahankan diri dari ancaman Portugis yaitu :
1)
Aceh berhasil menjalin
hubungan baik dengan Turki, Persia, dan Gujarat (India)
2)
Aceh memperoleh bantuan
berupa kapal, prajurit, dan makanan dari beberapa pedagang muslim dari Jawa
3)
kapal-kapal dagang Aceh
dilengkapi persenjataan cukup baik dan prajurit tangguh
4)
meningkatkan kerjasama
dengan Kerajaan Demak dan Makassar.
e.
Permusuhan Aceh dengan
Portugis berlangsung terus tetapi tidak dapat saling mengalahkan, akhirnya Malaka
jatuh ke tangan VOC tahun 1641, VOC bermaksud
membuat Malaka menjadi pelabuhan ramai dan ingin menghidupkan kembali
kegiatan perdagangan seperti dialami Malaka sebelum kedatangan Portugis dan
VOC.
f. Kemunduran Aceh terjadi setelah Sultan Iskandar Muda wafat, kemudian diganti Sultan Iskandar Thani (1636 - 1841)
dan masih dapat mempertahankan kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin Sultan Safiatuddin
(1641 - 1675), tidak dapat mempertahankan kebesarannya.
2. Kerajaan Ternate melawan Portugis
a.
Ada 6 sebab terjadinya perlawanan yaitu :
1)
Portugis
melakukan monopoli perdagangan.
2)
Portugis
ikut campur tangan dalam pemerintahan
3)
Portugis ingin menyebarkan
agama Katholik, sehingga bertentangan dengan agama Islam yang dianut rakyat Ternate
4)
Portugis membenci
pemeluk agama Islam karena tidak sepaham
5)
Portugis
sewenang-wenang terhadap rakyat
6)
Keserakahan dan
kesombongan bangsa Portugis.
b.
Rakyat Ternate dipimpin
Sultan Hairun bersatu dengan Tidore untuk melawan Portugis, sehingga Portugis dapat
didesak. Pada waktu terdesak, Portugis mendatangkan bantuan dari Malaka
dipimpin Antoni Galvo, sehingga
Portugis mampu bertahan di Maluku.
c.
Pada tahun 1565, rakyat
Ternate bangkit kembali dipimpin Sultan Hairun. Portugis berusaha menangkap
Sultan Hairun, tetapi rakyat bangkit melawan
Portugis dan berhasil membebaskan Sultan Hairun dan tawanan lainnya. Portugis bertindak
licik dengan mengajak Sultan Hairun berunding, dalam perundingan Sultan Hairun ditangkap dan dibunuh.
d.
Perlawanan rakyat
Ternate dilanjutkan dan dipimpin Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun). Tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir ke Hitu dan akhirnya pergi menguasai dan menetap di Timor-Timur
sampai tahun 1975.
B. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap
Belanda
1. Perlawanan
Kerajaan Mataram (Perlawanan
Sultan Agung)
a.
Kerajaan Mataram
mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma
(1613–1645). Cita-cita Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa dibawah pimpinan Kerajaan Mataram.
b.
Sebab-sebab Kerajaan Mataram menyerang VOC di Batavia adalah :
1)
ingin
mengusir Belanda dari tanah air Indonesia
2)
Belanda sering merintangi
perdagangan Mataram di Malaka
3)
Belanda
melaksanakan monopoli perdagangan.
c.
Sultan Agung menyerang ke Batavia pertama kali tahun 1628. Pasukan pertama dipimpin Tumenggung Bahurekso. Pasukan kedua dipimpin Tumenggung Agul-Agul, Kyai Dipati Mandurorejo, Kyai Dipati Upusonto,
dan Dipati Ukur, tetapi serangan mengalami kekalahan.
Serangan pertama gagal sebabnya adalah :
1)
kurang teliti dalam memperhitungkan
medan pertempuran
2)
kekurangan
perbekalan dan kalah persenjataan
d.
Kegagalan serangan
pertama tidak mengendorkan semangat melawan Belanda. Sultan Agung menyusun kembali kekuatan untuk melakukan serangan kedua dengan matang dan cermat. Tahun
1629 Sultan Agung kembali menyerang Batavia kedua kalinya dipimpin Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Serangan
kedua mengalami kegagalan sebabnya :
1)
persiapan
Sultan Agung
diketahui VOC
2)
gudang-gudang persiapan makanan atau lumbung padi Sultan Agung dibakar VOC
3)
kalah persenjataan
4)
meninggalnya pimpinan
VOC bernama Y.P. Coen karena penyakit kolera, membuat tentara Mataran mundur takut terserang penyakit.
e.
Perlawanan rakyat Mataram dilanjutkan oleh :
1)
Trunojoyo
(1674 - 1709)
2)
Untung
Suropati (1674 - 1706)
3)
Mangkubumi
dan Mas Said (1474 - 1755)
Pada saat perlawanan Mangkubumi,
terjadi kesepakatan damai dengan Belanda berupa Perjanjian Giyanti (1755) yang isinya :
a)
Mataram dibagi menjadi
dua yaitu Mataram Barat (Jogjakarta) dan Mataram Timur (Surakarta)
b)
Mangkubumi berkuasa di
Mataram Barat dan Paku Buwono berkuasa di Mataram Timur (Surakarta).
2. Kerajaan Banten melawan VOC
a.
Banten
mencapai puncak kejayaan masa pemerintahan Abdul Fatah atau Sultan Ageng Tirtayasa (1650 - 1682).
Sultan Ageng Tirtayasa mengadakan perlawanan terhadap VOC (1651), karena VOC menghalang-halangi perdagangan
di Banten. VOC menghadapi Sultan Ageng Tirtayasa menggunakan politik
devide et impera, yaitu mengadu
domba Sultan Ageng
Tirtayasa dengan putranya bernama Sultan Haji yang dibantu VOC.
b.
Dalam pertempuran,
Sultan Ageng Tirtayasa terdesak dan ditangkap, kemudian Sultan Haji (putera Sultan
Agung Tirtayasa) diangkat menjadi Sultan dibawah kendali VOC karena VOC
membantu Sultan Haji mengalahkan Sultan Agung Tirtayasa.
c.
Tahun 1750 meletus
gerakan perlawanan terhadap pemerintahan
Sultan Haji dipimpin Kyai Tapa dan Ratu Bagus Buang. Perlawanan dapat dipadamkan karena bantuan VOC.
d.
Setelah pertempuran
selesai, Sultan Haji berunding dengan VOC yang isinya :
1)
Sultan Haji harus
mengganti biaya perang
2)
Banten harus mengakui di
bawah kekuasaan VOC
3)
pedagang lain dilarang
berdagang di Banten kecuali VOC
4)
Kepulauan
Maluku tertutup bagi pedagang Banten.
3. Kerajaan Makassar melawan VOC
a.
Makassar berkembang
pesat dan mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654 - 1659).
b.
Sultan Hasanuddin menolak monopoli perdagangan VOC, sehingga terjadi perang dengan VOC selama tiga kali :
1)
pertama tahun 1633, VOC
berusaha memblokade Makassar untuk
menghentikan arus keluar masuk perdagangan di Makassar, tetapi belum berhasil.
2)
kedua tahun 1654, serangan juga belum berhasil.
3)
ketiga merupakan
pertempuran besar tahun 1667 :
VOC melaksanakan politik devide et impera,
yaitu mengadu domba Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka (Raja Bone). Akhirnya, Sultan Hasanudin kalah dan dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya (1667).
c. Perjanjian
Bongaya tahun 1667 isinya :
1)
Makassar
mengakui kekuasaan VOC
2)
VOC memegang monopoli
perdagangan di Makassar
3)
Aru
Palaka dijadikan Raja Bone
4)
Makassar harus
melepaskan Bugis dan Bone
5)
Makassar harus membayar
biaya perang VOC
6)
Bone dan
kerajaan-kerajaan Bugis lainnya bebas dari kekuasaan Gowa.
d. Sultan Hasanuddin karena kegigihannya melawan
VOC, maka dijuluki “Ayam Jantan dari
Timur”.
4. Perlawanan Diponegoro (1825 - 1830)
a.
Perang Diponegoro mulai
meletus di Tegalrejo, Jogjakarta dan meluas hampir diseluruh Jawa. Bupati-bupati
dibawah pengaruh Mataram ikut menyatakan perang terhadap Belanda. Dalam perang, Pangeran Diponegoro
mendapatkan dukungan rakyat Tegalrejo, dan dibantu Kyai Mojo, Pangeran Mangkubumi,
Sentot Alibasyah Prawirodirjo, dan Pangeran Dipokusumo.
b.
Sebab umum Perang
Diponegoro adalah :
1)
penderitaan rakyat
sangat berat karena harus bekerja paksa dan dibebani
berbagai macam pajak, seperti pajak hasil bumi, pajak
jembatan, pajak jalan, pajak pasar, pajak
ternak, pajak dagangan, pajak kepala, dan pajak tanah
2)
raja dan kalangan istana
membenci Belanda karena wilayah Mataram makin dipersempit
3)
ulama kecewa karena
peradaban Barat mulai memasuki kalangan Islam dan kraton
4)
bangsawan kecewa karena tidak
boleh menyewakan tanahnya
5)
Belanda
ikut campur dalam urusan pemerintahan
6) hak-hak para bangsawan dan abdi dalem dikurangi
7) sebagian bangsawan kecewa karena Belanda tidak mau mengikuti
adat istiadat kraton.
8)
sejak tahun 1824 sebagian
bangsawan kecewa terhadap Belanda karena menghapus sistem penyewaan tanah milik
para bangsawan kepada petani.
c.
Sebab khusus perang Diponegoro adalah :
Belanda berencana membuat jalan yang melintasi tanah makam leluhur pengeran Diponegoro tidak meminta ijin terlebih dahulu
kepada Pangeran Diponegoro.
d.
Belanda mengalami banyak kesulitan dan mengakui perang Diponegoro sebagai perang terberat dan membutuhkan biaya besar.
e.
Belanda menggunakan
siasat Benteng Stelsel (membangun
benteng di daerah yang sudah dikuasai) untuk melumpuhkan perlawanan Pangeran Diponegoro. Tujuan siasat benteng stelsel adalah :
1)
mempersempit
ruang gerak pasukan Diponegoro
2)
memecah
belah pasukan Diponegoro
3)
mencegah
masuknya bantuan untuk pasukan Diponegoro
4)
memperlemah
pasukan Diponegoro
5)
bagi Belanda dapat
memperlancar hubungan antara Belanda jika mendapat serangan dari pasukan Diponegoro.
f. Sistem benteng stelsel belum
berhasil mematahkan perlawanan Diponegoro. Kemudian Belanda mendatangkan pasukan dari daerah lain dan membujuk para pembantu
Diponegoro menyerah. Dengan siasat itu, para
pembantu Pangeran Diponegoro sebagian menyerah, tetapi
belum berhasil menangkap Pangeran Diponegoro.
g. Belanda menggunakan siasat baru dengan sayembara, tetapi belum berhasil. Tahun 1830 mengadakan tipu muslihat dengan mengajak Pangeran Diponegoro berunding.
Dalam perundingan di Kedu (daerah Magelang), Pangeran Diponegoro ditangkap. Setelah ditangkap Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang,
kemudian diasingkan ke Batavia (sekarang Jakarta).
Tanggal 3 Mei 1830 Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Manado, tahun 1834 dipindahkan ke Makassar dan wafat di Makassar tanggal 8 Januari 1855.
5. Perang
Padri (1803 - 1837)
a.
Pada abad ke-19 Islam
berkembang pesat di daerah Minangkabau (Sumatera Barat). Tokoh-tokoh Islam berusaha menjalankan ajaran Islam sesuai Al-Quran dan Al-Hadis (gerakan Padri).
Gerakan Padri tujuannya memperbaiki masyarakat Minangkabau dan mengembalikan mereka sesuai ajaran Islam. Gerakan Padri disambut baik para ulama,
tetapi ditentang kaum adat.
b.
Sebab umum perang Padri
adalah :
1)
pertentangan antara kaum
Padri dan kaum Adat
2)
Belanda
membantu kaum adat
3)
Belanda berusaha
menguasai seluruh wilayah Sumatra Barat.
c.
Perang terjadi pertama
kali di Kota Lawas, kemudian meluas ke kota lain. Pemimpin kaum Padri antara lain Dato’ Bandaro, Tuanku Nan Cerdik, Tuanku Nan Renceh, Dato’ Malim Basa (Imam Bonjol). Kaum Adat dipimpin oleh Dato’ Sati. Pada perang tersebut kaum adat
terdesak, kemudian minta bantuan Belanda.
d.
Perang Padri terjadi tiga tahap yaitu :
1)
Tahap pertama (1803 - 1821)
berupa perang saudara antara Kaum Padri dengan Kaum Adat dan belum ada campur dari Belanda. Perang mengalami perkembangan baru setelah kaum Adat minta bantuan Belanda, sehingga terjadilah Perang Padri melawan Belanda.
2)
Tahap kedua (1821 - 1825)
peperangan terjadi antara kaum Padri dan kaum adat yang dibantu Belanda. Menghadapi Belanda
bersenjata lengkap, kaum Padri menggunakan siasat gerilya. Kedudukan Belanda makin sulit, kemudian membujuk kaum
Padri untuk berdamai. Tanggal 15 Nopember
1825 di Padang diadakan perjanjian perdamaian, kemudian
tentara Belanda ditarik dari Sumatra ke Pulau jawa untuk menumpas perlawanan Diponegoro.
3)
Tahap ketiga (1830–1837)
Setelah perang Diponegoro selesai, Belanda mulai melanggar perjanjian dan perang Padri berkobar kembali. Kaum Padri dan kaum adat bersatu melawan Belanda. Pada awalnya kaum Padri banyak memperoleh kemenangan. Tahun 1834 Belanda mengerahkan pasukan menggempur pusat pertahanan kaum Padri di Bonjol. Tanggal 16 Agustus 1837 jam 8 pagi, Bonjol secara keseluruhan diduduki Belanda. Tuanku Imam mengungsi ke Marapak. Pertempuran berakhir dengan penangkapan Tuanku Imam , tanggal 25 Oktober 1837 dan langsung dibawa ke Padang. Selanjutnya atas perintah Letkol
Michiels, Tuanku Imam diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat tahun 1838. Kemudian tahun 1839 dipindah ke Ambon. Tiga tahun kemudian dipindah ke Manado sampai meninggal tanggal 6 November 1964 pada usia 92 tahun. Menyerahnya Imam Bonjol bukan berarti perang selesai, tetai perang tetap
berlanjut dan tidak mengganggu usaha Belanda menguasai Minangkabau.
6. Perlawanan Pattimura (1817)
a. Latar belakang terjadi perlawanan :
Maluku sebagai daerah
paling awal didatangi Belanda dan berhasil dipaksa monopoli perdagangannya, sehingga rempah-rempah hanya
boleh dijual kepada Belanda dan jika melanggar mereka dianggap
sebagai penyelundup dan pembangkang.
b.
Sebab terjadinya perlawanan rakyat Maluku yang
dipimpin Thomas Matulessi (Kapiten Pattimura) adalah :
1)
kembalinya pemerintahan
kolonial Belanda di Maluku dari tangan Inggris dapat menimbulkan rasa tak puas dan kegelisahan
2)
Pemerintah kolonial
Belanda memerapkan kembali penyerahan wajib dan kerja wajib
3)
Pemerintah kolonial
Belanda mengeluarkan uang kertas sebagai pengganti uang logam yang sudah berlaku di Maluku, sehingga menambah kegelisahan rakyat
4)
Belanda mulai
menggerakkan tenaga rakyat kepulauan Maluku menjadi Serdadu (Tentara) Belanda.
c. Jalannya Perlawanan :
1)
Protes rakyat dipimpin
Thomas Matulessi diawali dengan penyerahan daftar keluhan-keluhan kepada Belanda, tetapi tidak ditanggapi Belanda.
2)
Tanggal 3 Mei 1817
kira-kira seratus orang, termasuk Thomas Matulessi berkumpul di Hutan Warlutun dan memutuskan untuk
menghancurkan benteng di Saparua dan membunuh semua penghuninya.
3) Tanggal 9 Mei 1817 berkumpul sejumlah orang yang sama di
tempat tersebut dan Thomas Matulessi dipilih
sebagai Kapten.
Serangan dimulai tanggal 15 Mei 1817 dengan menyerbu pos Belanda di Porto. Residen Van
den Berg dapat ditawan, tetapi dilepas lagi. Keesokan harinya rakyat mengepung benteng Duurstede dan berhasil merebutnya. Seluruh isi benteng
dibunuh termasuk Residen Van den Berg
dan keluarga serta para perwira lainnya. Rakyat Maluku
berhasil menduduki benteng Duurstede.
4)
Setelah kejadian
tersebut Belanda mengirim pasukan yang kuat dari Ambon lengkap dengan persenjataan dipimpin Mayor Beetjes. Ekspedisi berangkat tanggal 17 Mei - 20 Mei 1817. Pasukan tiba di Saparua dan terjadi pertempuran dengan pasukan Pattimura. Pasukan Belanda dapat dihancurkan dan Mayor Beetjes mati tertembak.
5)
Belanda berusaha
mengadakan perundingan dengan Pattimura namun tidak berhasil sehingga peperangan terus berkobar. Belanda terus-menerus menembaki daerah pertahanan Pattimura dengan meriam, sehingga benteng Duurstede terpaksa dikosongkan.
6)
Pattimura mundur,
benteng diduduki Belanda, tetapi kedudukan Belanda dalam benteng menjadi sulit karena terputus dengan daerah lain. Belanda minta bantuan dari Ambon. Setelah bantuan Belanda dari Ambon yang dipimpin Kapten
Lisnet dan Mayer datang, maka Belanda
mengadakan serangan besar-besaran (November 1817).
c. Akhir
Perlawanan :
1)
Serangan
Belanda menyebabkan pasukan Pattimura semakin terdesak, banyak
daerah jatuh ke tangan Belanda, pemimpinnya banyak
tertangkap yaitu Rhebok, Thomas Pattiwael, Pattimura, Raja Tiow, Lukas
Latumahina, dan
Johanes Mattulessi.
2)
Pattimura akhirnya
tertangkap di Siri Seri, kemudian dibawa ke Saparua. Belanda membujuk Pattimura untuk kerjasama namun
ditolak, maka tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di depan benteng Victoria Ambon.
3)
Sebelum digantung, Pattimura berkata ”Pattimura-Pattimura
tua boleh dihancurkan, tetapi sekali waktu kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”.
4)
Tertangkapnya para
pemimpin rakyat Maluku yang gagah berani menyebabkan perjuangan rakyat Maluku
melawan Belanda melemah dan akhirnya Maluku dapat dikuasai Belanda.
7. Perlawanan Rakyat Banjar
(1859 – 1863)
a.
Latar belakang atau sebab terjadinya
perlawanan :
1)
Belanda memaksakan
monopoli perdagangan di Kerajaan Banjar
2)
Belanda berusaha
menguasai beberapa wilayah Kerajaan Banjar
3)
Pemerintah kolonial
Belanda ikut campur urusan dalam Kraton terutama pergantian para sultan kerajaan Banjar
4)
Pemerintah kolonial
Belanda mengumumkan Kasultanan Banjar akan dihapuskan.
b. Jalannya Perlawanan :
1)
Pangeran
Hidayat tidak menjadi Sultan
Kerajaan Banjar, tetapi mempunyai kedudukan sebagai
Mangkubumi dengan pengaruh cukup besar di kalangan rakyatnya.
2)
Campur tangan Belanda dalam kraton makin besar dan kedudukan Pangeran Hidayat sebagai Mangkubumi makin terdesak, sehingga memutuskan mengadakan perlawanan bersama sepupunya Pangeran Antasari.
3)
Pangeran Antasari
seorang pemimpin perlawanan anti Belanda, bersama pengikutnya, Kyai Demang Leman, Haji Nasrun, Haji Buyasin dan Haji Langlang, berhasil menghimpun kekuatan sebanyak 3.000
orang. Ia bersama pasukannya menyerang pos-pos Belanda
di Martapura dan Pengaron tanggal 28 April 1859. Pertempuran hebat terjadi pada pusat kekuatan Pangeran Antasari di Benteng Gunung Lawak dan Belanda berhasil
mendudukinya (27 September 1859).
4)
Usaha Belanda menghapuskan
Kerajaan Banjar baru terlaksana setelah Kolonel
Andresen dapat menurunkan Sultan Tamjidillah, yang dianggapnya sebagai penyebab kericuhan, sedangkan
Pangeran Hidayat sebagai Mangkubumi sudah meninggalkan kraton. Belanda menghapuskan kerajaan Banjar tanggal 11 Juni 1860 dan dimasukkan ke dalam kekuasaan
Belanda.
5)
Pangeran Hidayat
terlibat dalam pertempuran hebat melawan Belanda tanggal 16 Juni 1860 di Anbawang. Adanya
ketidakseimbangan persenjataan dan pasukan kurang terlatih, menyebabkan
Pangeran Hidayat mengundurkan diri. Belanda bersiasat
dengan memberi kedudukan dan jaminan hidup kepada setiap orang yang bersedia menghentikan perlawanan dengan menyerahkan diri kepada Belanda. Ternyata siasat
ini berhasil, yaitu menyerahkan Kyai Demang Leman tanggal 2 Oktober 1861.
c. Akhir Perlawanan :
1)
Penyerahan Kyai Demang
Leman mempengaruhi kekuatan pasukan Pangeran Antasari. Beberapa bulan kemudian Pangeran Hidayat dapat ditangkap, akhirnya kemudian diasingkan ke Jawa tanggal
3 Februari 1862.
2)
Rakyat Banjar memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada Pangeran Antasari dan
mengangkat sebagai pemimpin tertinggi agama dengan gelar Panembahan Amirudin Khalifatul Mukminin pada tanggal 14 Maret 1862.
3)
Perlawanan diteruskan
bersama-sama pemimpin lain, seperti Pangeran
Miradipa, Tumenggung Mancanegara, Tumenggung Surapati, dan Gusti Umar.
4)
Pertahanan pasukan
Pangeran Antasari ditempatkan di Hulu Teweh dan
akhirnya Pangeran Antasari meninggal dunia tanggal 11 Oktober 1862. Perlawanan
rakyat Banjar terus berlangsung dipimpin putera Pangeran Antasari bernama Pangeran Muhamad Seman bersama pejuang-pejuang Banjar lainnya.
8. Perlawanan
Rakyat Bali (1846 - 1849)
a.
Pada
abad ke-19, di Bali terdapat banyak kerajaan, masing-masing mempunyai kekuasaan
tersendiri,yaitu Kerajaan : Buleleng, Karangasem, Klungkung, Gianyar, Badung,
Tabanan, Mengwi, Bangli, dan Jembrana. Kerajaan yang
gencar melawan Belanda adalah Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Badung.
b.
Latar belakang atau sebab terjadinya perlawanan :
1)
Pemerintah kolonial Belanda
ingin menguasai Bali. Belanda berusaha meluaskan daerah kekuasaannya, dengan
mengadakan perjanjian kepada raja-raja di Klungkung, Badung, dan Buleleng agar
mengakui kekuasaan Belanda. Raja memberi izin pengibaran bendera Belanda di
daerahnya.
2)
Pemerintah kolonial
Belanda ingin menghapuskan hak “Tawan
Karang” yang sudah menjadi tradisi rakyat Bali. Hak Tawan Karang adalah hak
raja Bali untuk merampas perahu yang terdampar di pantai wilayah kekuasaannya.
c. Jalannya Perlawanan :
1)
Pada
tahun 1844, di pantai Prancak dan pantai Sangsit (pantai di Buleleng bagian timur)
terjadi perampasan kapal-kapal Belanda yang terdampar di pantai tersebut,
sehingga timbul percekcokan antara Buleleng dengan Belanda.
2)
Belanda menuntut agar Kerajaan
Buleleng melaksanakan perjanjian tahun 1843, yakni melepaskan hak Tawan Karang.
Tuntutan Belanda tidak dipatuhi Raja Buleleng bernama I Gusti Ngurah Made Karangasem.
3)
Belanda menggunakan
alasan ini untuk menyerang Kerajaan Buleleng. Pantai Buleleng diblokade dan
istana raja ditembaki dengan meriam dari pantai dan mendaratkan pasukannya di
pantai Buleleng.
4)
Perlawanan sengit dari Kerajaan
Buleleng dapat menghambat majunya laskar Belanda. Korban berjatuhan dari kedua
belah pihak. Akhirnya Belanda berhasil menduduki satu persatu daerah di sekitar
istana raja (Banjar Bali, Banjar Jawa, Banjar Penataran, Banjar Delodpeken,
Istana raja telah terkurung rapat).
5)
I Gusti Made Karangasem menghadapi situasi ini
dengan bersiasat pura-pura menyerah dan tunduk kepada Belanda dan I Gusti Ketut Jelantik (patih kerajaan
Buleleng) melanjutkan perlawanan.
6)
Pusat perlawanan ditempatkan
di wilayah Buleleng Timur, di desa Jagaraga yang terletak pada tempat
ketinggian, di lereng perbukitan dengan jurang di kanan kirinya. Sehingga sangat
strategis untuk pertahanan dengan benteng berbentuk ”supit urang”. Benteng dikelilingi parit dengan ranjau dari bambu (bahasa Bali : sungga) untuk menghambat gerakan
musuh.
7)
Benteng Jagaraga
diserang Belanda, namun gagal karena Belanda belum mengetahui medan sebenarnya
dan siasat pertahanan supit urang laskar Jagaraga. I Gusti Ketut Jelantik
bersama seluruh laskarnya setelah memperoleh kemenangan, bertekad
mempertahankan benteng Jagaraga sampai titik darah penghabisan (Perang Puputan) demi kehormatan kerajaan
Buleleng dan rakyat Bali.
d. Akhir perlawanan :
1)
Belanda memadamkan
perlawanan rakyat Bali yang berpusat di Jagaraga, dengan mendatangkan pasukan
secara besar-besaran, maka setelah mengatur persiapan, langsung menyerang
Benteng Jagaraga dari dua arah, yaitu dari arah depan dan arah belakang Benteng
Jagaraga.
2)
Pertempuran sengit terjadi
lagi, terutama pada posisi I Gusti Ketut Jelantik. Benteng Jagaraga dihujani
tembakan meriam dengan gencar. Korban berjatuhan di pihak Buleleng, tetapi
tidak ada seorang pun laskar Jagaraga mundur atau melarikan diri. Mereka
semuanya gugur dan pada tanggal 19 April 1849 Benteng Jagaraga jatuh ke tangan
Belanda., akhirnya Belanda dapat menguasai Bali Utara.
9. Perlawanan Rakyat Aceh (1873 –
1912)
a. Latar belakang atau sebab terjadinya
perlawanan :
1)
Aceh sebagai negara
merdeka, kedaulatannya masih diakui penuh oleh negara-negara Barat. Dalam
Traktat London 17 Maret 1824, Inggris dan Belanda menandatangani perjanjian tentang
pembagian wilayah jajahan di Indonesia dan Semenanjung Malaya. Belanda tidak dibenarkan
mengganggu kemerdekaan negara Aceh, tetapi Belanda selalu mencari alasan untuk
menyerang Aceh dan menguasainya.
2)
Berdasarkan Traktat
Sumatera tanggal 2 November 1871, pihak Belanda oleh Inggris diberi kebebasan
memperluas daerah kekuasaannya di Aceh. Sedangkan Inggris mendapat kebebasan
berdagang di Siak. Hal ini mengganggu ketenangan Aceh, sehingga Aceh
mempersiapkan diri mengadakan perlawanan.
3)
Semakin pentingnya Aceh setelah
dibukanya Terusan Suez tahun 1869, mengakibatkan lalu lintas pelayaran di Selat Malaka semakin
ramai dan Aceh merupakan pintu gerbang ke Selat Malaka.
4)
Aceh menolak mengakui
kedaulatan Hindia Belanda di kesultanan Aceh, maka tanggal 26 Maret 1873
pemerintah Kolonial Belanda mengumumkan perang terhadap Aceh.
b. Jalannya Perlawanan :
1) Belanda mendarat
tanggal 5 April 1873 dengan kekuatan ± 3.000 tentara, serangan terhadap masjid Raya
dilakukan dan berhasil direbut, tetapi kemudian diduduki kembali oleh pasukan
Aceh. Pertahanan Aceh sangat kuat,
sehingga serangan ditunda kembali sambil menunggu bala bantuan dari Batavia.
Akhirnya penyerbuan tak diteruskan, tetapi ekspedisi ditarik kembali.
2) Bulan November
1873 Belanda mengirimkan ekspedisi kedua ke Aceh berkekuatan 8.000 pasukan
dipimpin Jenderal Van Swieten. Pada tanggal
9 Desember 1873 ekspedisi mendarat di Aceh dan langsung terlibat pertempuran
sengit.
3) Belanda
menggunakan meriam besar, sehingga laskar Aceh pimpinan Panglima Polim terus
terdesak. Akibatnya, Masjid Raya kembali diduduki Belanda. Belanda terus
bergerak dan menyerang istana Sultan Mahmud Syah. Pasukan Aceh terdesak dan
Sultan Mahmud Syah menyingkir ke Luengbata untuk menjadi pertahanan baru.
Namun, tiba-tiba Sultan diserang penyakit kolera dan wafat tanggal 28 Januari
1874, kemudian diganti putranya yang
masih kecil, Muhammad Daudsyah didampingi oleh Dewan Mangkubumi pimpinan Tuanku
Hasyim.
4) Perlawanan
terus terjadi dimana-mana sehingga Belanda tetap tidak mampu menguasai daerah
di luar istana. Belanda hanya menguasai sekitar kota Sukaraja saja. Sementara
di seluruh Aceh dikobarkan perlawanan bernapaskan Perang Sabilillah.
Ulama-ulama terkenal, seperti Tengku Cik Di Tiro dengan penuh semangat memimpin
barisan menghadapi serbuan tentara Belanda.
5) Rakyat di daerah Aceh Barat juga bangkit melawan Belanda dipimpin Teuku
Umar bersama istrinya Cut Nyak Dien, dengan memimpin serangan-serangan terhadap
pos-pos Belanda, sehingga menguasai daerah sekitar Meulaboh tahun 1882.
Daerah-daerah lainnya di luar Kutaraja juga masih dikuasai pejuang-pejuang
Aceh.
6) Mayor Jenderal Van Swieten diganti Jenderal
Pel yang kemudian tewas dalam pertempuran di Tonga. Tewasnya 2 perwira
tinggi, yaitu Mayor Jenderal Kohler
dan Jenderal Pel merupakan pukulan
berat bagi Belanda. Belanda sulit mengalahkan perlawanan laskar Aceh, maka berusaha
mengetahui rahasia kehidupan sosial budaya rakyat Aceh dengan mengirim Dr. Snouck Hurgronye, seorang misionaris
yang ahli Islam untuk mempelajari adat-istiadat rakyat Aceh, dengan nama
samaran Abdul Gafar untuk meneliti
kehidupan sosial budaya rakyat Aceh dan bergaul dengan masyarakat setempat.
Kesimpulan
hasil penelitian Dr. Snouck Hurgronye
yaitu :
a)
Sultan
Aceh tidak mempunyai kekuasaan apa-apa tanpa persetujuan dari kepala-kepala daerah
yang menjadi bawahannya
b)
Kaum ulama sangat
berpengaruh terhadap rakyat Aceh.
c. Akhir Perlawanan :
1)
Perlawanan rakyat Aceh
merupakan perlawanan paling lama dan terbesar di Sumatera sehingga akhirnya mendapat tekanan keras dari
Belanda.
2)
Tanggal 26 November
1902, Belanda berhasil menemukan persembunyian rombongan Sultan dan menawan
Sultan Muhammad Daud Syah tahun 1903, serta disusul menyerahnya Panglima Polim
dan raja Keumala.
3)
Teuku Umar gugur karena
terkena peluru musuh tahun 1899 dan tahun 1891 Tengku Cik Di Tiro meninggal dan digantikan putranya yaitu Teuku Mak Amin Di Tiro.
4)
Hilangnya pemimpin yang tangguh, menjadikan perlawanan rakyat Aceh mulai pudar dan Belanda dapat memperkuat kekuasaannya.
10. Perlawanan Rakyat Batak (1878 – 1907)
a.
Sebab-sebab perlawanan :
1) Pemerintah Hindia Belanda berkali-kali mengirimkan ekspedisi militernya
untuk menaklukkan daerah-daerah di Sumatera Utara antara lain Mandailing,
Angkola, Padang Lawas, Sipirok, Tapanuli, dan sekitarnya.
2) peristiwa terbunuhnya Tuan na Balon (Sisingamangaraja X) membuat rakyat
mulai hati-hati dan tidak simpati dengan masuknya penjajah Belanda ke tanah
Batak.
3) adanya perluasan agama Kristen di daerah Batak, dianggap Sisingamangaraja
XII dapat membahayakan tanah Batak dan menggoyahkan kedudukannya.
4)
Raja Si Singamangaraja
XII menentang dan menolak daerah kekuasaannya di Tapanuli Selatan dikuasai
Belanda.
5)
Belanda
ingin mewujudkan Pax Netherlandica
(menguasai seluruh Hindia Belanda).
b.
Jalannya Perlawanan :
1)
pertempuran pertama
terjadi di Toba Silindung. Masuknya pasukan militer Belanda ke Silindung,
segera dijawab Sisingamangaraja XII (Patuan
Basar Ompu Pula Batu) dengan pernyataan perang.
2)
menghadapi serangan
Belanda, rakyat Batak memiliki dua macam benteng pertahanan yaitu benteng alam
dan benteng buatan.
3)
pertempuran terus
menjalar ke Bahal Batu dan pasukan Sisingamangaraja XII terdesak, akhirnya
menyingkir. Pertempuran terus terjadi di, Lobu Siregar, Upu ni Srabar, Buntur,
Balige, Si Borang-Borang, dan Lumban Julu.
4)
pertempuran sengit juga
terjadi di Bakkora atau Lumbung Raja, yaitu tempat tinggal Sisingamangaraja. Pasukan
Sisingamangaraja XII kemudian menyingkir ke Paranginan dan menyingkir lagi ke
Lintung ni Huta.
5)
berturut-turut
daerah-daerah jatuh ke tangan Belanda yaitu Tambunan, Lagu Boti, Balige, Onang
geang-geang, Pakik Sabungan dan Pintu Besi, serta daerah-daerah lain yang
mengadakan perlawanan dapat dipadamkan Belanda adalah Tangga Batu dan Pintu
Batu.
c.
Akhir Perlawanan :
1) meluasnya daerah yang jatuh ke tangan Belanda mengakibatkan daerah gerak Sisingamangaraja
semakin kecil dan pengikutnya semakin berkurang.
2) dalam beberapa pertempuran pasukan Sisingamangaraja XII dapat terdesak dan
Belanda berhasil menawan keluarga Sisingamangaraja XII.
3) Pertempuran di daerah Dairi, Sisingamangaraja tertembak dan gugur tanggal
17 Juni 1907. Gugurnya Sisingamangaraja XII maka seluruh daerah Batak jatuh ke tangan
Belanda.
C. Gerakan Rakyat di Indonesia atau Gerakan Sosial
1.
Dominasi Barat dan
kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial menciptakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan rakyat melakukan pergolakan sosial. Karena dalam sistem tidak ada
lembaga-lembaga untuk menyalurkan perasaan tidak puas, maka menempuh cara melakukan
gerakan sosial sebagai protes sosial.
2. Gerakan sosial rakyat
pada umumnya mempunyai ciri-ciri atau sifat :
a.
tradisional arkais, yaitu organisasi, program, dan strateginya masih terlalu
sederhana
b.
gerakannya mudah ditindas oleh kekuatan militer kolonial
c.
bersifat abortif, yaitu pergerakannya berumur sangat pendek
d.
merupakan pergolakan lokal atau regional yang tak dikoordinasi satu sama
lain
e.
tujuan atau orientasi perjuangan
masih kabur, yaitu tidak mempunyai gambaran dalam mencapai tujuan
f.
gerakannya
sporadis dan tidak teratur
g.
perlawanan dilakukan
tanpa rencana yang matang.
3.
Faktor penyebab
munculnya gerakan rakyat atau gerakan protes petani :
a.
kebencian para petani
terhadap pemberlakuan berbagai macam pajak
b.
para penguasa menerapkan
sanksi yang sewenang-wenang
c.
adanya praktik
perbudakan dan penindasan
d.
adanya kerja paksa di
perkebunan dan pabrik-pabrik
e.
kejengkelan para petani
melihat kemewahan hidup kaum bangsawan
f.
keinginan hidup bebas dari penindasan bangsa asing
g.
keinginan mengembalikan kejayaan, kesejahteraan, dan ketentraman hidup seperti
masa sebelum kedatangan bangsa asing
h.
adanya keyakinan
datangnya Ratu Adil yang akan membebaskan dari penderitaan hidup.
4.
Gerakan rakyat melawan penjajah ada 4 kelompok yaitu :
a. Gerakan melawan pemerasan atau peraturan
yang tidak adil
1) Penyebab atau pendorong
timbulnya adalah rasa dendam terhadap kondisi sosial ekonomi yang menekannya.
2) Contoh
gerakan yang pernah terjadi di Indonesia antara lain :
a) Kerusuhan di Ciomas, (di lereng Gunung Salak, Jawa Barat) tahun 1886.
b) Kerusuhan di Condet (daerah Jakarta), tahun 1916 dipimpin oleh Entong
Gendut, Maliki, dan Moden
c) Kerusuhan di Tangerang (daerah Jawa Barat), tahun 1924 dipimpin oleh Kaiin
dan Kyai Kasan Mukmin
d) Kerusuhan di Genuk, tahun 1935 dipimpin oleh Sukaemi dan Raden Akhmad
e) di Purwakarta tahun 1913, para petani ramai-ramai mendatangi bupati
menuntut pengurangan cukai atau pajak
f) di Babakan sawah (daerah di Jakarta) tahun 1913 yang dipimpin Eming
g)
di
Kediri, Jawa Timur tahun 1907 dipimpin Dermojoyo
h) di Surabaya tahun 1916 dipimpin Sadikin.
b. Gerakan Ratu Adil
1)
adalah
gerakan rakyat yang percaya bahwa seorang tokoh akan datang membebaskan orang
dari segala penderitaan dan kesengsaraan yang digambarkan sebagai seorang Raja
Adil (Ratu Adil atau Imam Mahdi).
2)
Zaman keemasan yang
penuh keadilan dan kemakmuran segera akan datang bila tokoh tersebut telah tiba
di tengah-tengah mereka.
3)
Tokoh-tokoh pemimpin
gerakan muncul dari seorang yang mengaku menerima panggilan sebagai pemimpin
agama, nabi, atau juru selamat.
4)
Contoh gerakan ratu adil
yang pernah terjadi yaitu :
a) Gerakan di Desa Sementara (daerah Sidoarjo di Jawa Timur) tahun 1903
dipimpin Kasan Mukmin
b) Gerakan di Desa Bendungan (daerah Kediri) tahun 1907 dipimpin Dermojoyo
c)
Gerakan di Desa
Bergaskidul (Kab. Semarang)
tahun 1918 dipimpin Dietz (Gusti Muhammad).
c. Gerakan
Samin (tahun 1903 - 1907)
1) Gerakan Samin dianggap sebagai gerakan
tradisional pasif, dengan ciri-ciri :
a) kelihatan tanpa kekerasan, rajin, jujur, dan berhasil sebagai petani
b)
gerakannya
berumur panjang.
2) Gerakan Samin dipimpin Surontiko Samin dan ajarannya disebut Saminisme. Dalam usaha menyebarkan ajarannya, Samin mendapat
bantuan dari dua menantunya yaitu Surohidin dan Karsiyah di daerah Blora.
3) Gerakan Samin
tidak membahayakan pemerintah kolonial, tetapi Belanda tidak mau mengambil
risiko, maka Surontiko Samin ditangkap dan dibuang ke Padang, akhirnya meninggal
tahun 1914.
4) Gerakan Samin terus berlanjut di daerah :
a)
Jiwan
(daerah Madiun) dipimpin oleh Wongsorejo
b) Grobogan dipimpin oleh Surohidin dan Pak Engkrak
c) Kajen (daerah Pati) dipimpin Pak Karsiyah (salah satu menantu Samin).
d. Gerakan Keagamaan
1)
adalah gerakan-gerakan dari
rakyat pedesaan yang tergabung dalam kelompok-kelompok aliran-aliran agama.
2)
Sebab munculnya gerakan keagamaan
adalah :
a) rasa tidak puas dan kebencian rakyat terhadap keadaan kehidupan saat itu.
b) protes terhadap kebobrokan moral karena pengaruh budaya Barat yang dibawa
Belanda.
3)
Gerakan keagamaan merupakan
gerakan pemurnian kembali ke ajaran agama (Islam) yang semestinya, berupa :
a) Gerakan Budiah, tahun 1850
Ø Gerakan Budiah muncul di desa Kalisasak daerah Pekalongan, dipimpin oleh
Haji Muhammad Rifangi.
Ø Budiah adalah aliran
ajaran pemurnian Islam.
Ø Menurut Kyai Haji
Mohammad Rifangi, gerakannya ditujukan untuk melawan kebobrokan agama yang
meresap pada lingkungan rakyat Islam di Jawa pada abad ke-19. Gerakan itu lahir
pada sekitar tahun 1850-an.
Ø Akibat ajarannya
radikal, maka pemerintah kolonial Belanda kuatir akan terjadi pemberontakan,
sehingga Kyai Haji Muhammad Refangi ditangkap dan dibuang ke luar Jawa yaitu ke
Ambon.
b) Gerakan
Keagamaan Jawa – Pasundan
Ø Gerakan didirikan oleh Sadewa (Madrais), keturunan generasi kelima dari
Sultan Cirebon Chaerudin. Ia kemudian mengambil nama ayahnya yaitu Pangeran
Alibasa Kusuma Wijayaningrat.
Ø Ajarannya bertujuan menghidupkan kembali unsur-unsur budaya Jawa dan Sunda.
Ø Upacara-upacara yang diselenggarakan banyak bertentangan dengan Islam
sehingga banyak ditentang masyarakat Islam maupun pemerintah kolonial. Akhirnya pemerintah Belanda
menahan Madrais dan kemudian dibebaskan.
D.
Kesimpulan :
Setiap
perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia di berbagai daerah secara fisik atau
menggunakan senjata selalu mengalami kegagalan, sebabnya ada 5 yaitu :
1.
perjuangan
bersifat kedaerahan
2.
waktu
pelaksanaan tidak serentak
3.
sangat tergantung seorang
pemimpin dan jika pemimpinnya tertangkap perlawanan berhenti
4.
antardaerah tidak ada
koordinasi dalam melakukan perlawanan
5.
mudah diadu domba oleh
penjajah dengan politik “Devide Et Impera”.
IV. Persebaran Agama Kristiani, Islam, dan Agama Lain
di Indonesia pada Masa Kolonial
1. Masa Pendudukan
Portugis dan Spanyol
a.
Masuknya agama Kristen
Katolik di Indonesia bersama waktunya dengan masuknya bangsa Spanyol dan Portugis ke Indonesia.
b.
Agama Katolik masuk ke
Maluku dirintis oleh saudagar Portugis bernama Gonzalo Veloso dan seorang pastor bernama Simon Vas.
c.
Persebaran agama Kristen
Katolik dilakukan lembaga “Missi” yang berpusat di Vatikan, Roma.
d.
Perkembangan agama Katolik
menunjukkan kemajuan pesat sejak rohaniwan Portugis bernama Fransiscus Xavierius, Mateus Ricci, dan Ignatius Loyola melakukan kegiatan keagamaan
pada masyarakat Ambon, Ternate, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan
Morotai tahun 1546 - 1547.
2. Masa Pendudukan
Belanda dan Inggris
a. Kehadiran Belanda di Indonesia mengubah peta pengkristenan di beberapa daerah.
b. Belanda menganut Protestan beraliran Calvinis,
di Maluku sebagian besar penduduk yang telah beragama Katolik berganti menjadi Calvinis.
c.
VOC melarang missi
Katolik melakukan kegiatan keagamaan, sehingga kegiatan penyebaran agama Kristen Protestan dilakukan oleh zending.
d.
Tokoh-tokoh zending Belanda di Indonesia antara lain
Dr. Nomensen ( di Tapanuli/Batak), Sebastian Danchaerts (di Ambon), dan Heurnius (di Jakarta dan Saparua), Adriaan Hulsebos.
e.
Kegiatan zending
Belanda di Indonesia antara lain :
1)
mendirikan Nederlandsch
Zendeling Genootschap (NZG)
yaitu perkumpulan yang menyebarkan agama
Kristen Protestan di Maluku, Sangir, Talaud, Timor, Tapanuli, dan kota-kota besar di Jawa dan Sumatera.
2)
mendirikan
sekolah-sekolah yang menitik beratkan pada usaha penyebaran ajaran Kristen Protestan.
3)
mendirikan wadah gereja bagi jemaat di Indonesia seperti Gereja Protestan
Maluku (GPM), Gereja Kristen Jawa (GKJ), dan
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
f.
Memasuki
abad ke-19, penyebaran agama Kristiani semakin meluas ke berbagai wilayah di
Indonesia. Kelompok missionaris dan zending dari gereja
reformasi Eropa maupun Amerika mulai berdatangan.
g.
Pada masa pendudukan
Inggris tahun 1814, kelompok rohaniwan NZG (Nederlandsche Zendeling
Genootschap) dari Belanda dan kelompok LMS (London Missionary Society),
memulai melakukan aktivitas keagamaan pada penduduk lokal.
h.
Berbagai organisasi missi dan zending di daerah mulai bekerja secara otonomi, seperti :
1)
Ordo Herlege Hart (Hati
Suci), bertanggung jawab penuh
atas wilayah Papua.
2)
Societeit van het
Goddelijk Woord (Serikat Sabda Allah), bertanggung jawab di kawasan Flores dan Timor.
3)
Kelompok Kapusin, bertanggungjawab di kawasan
Sumatra dan Kalimantan.
i.
Berdasarkan Peraturan
pemerintah Hindia Belanda tahun 1854, zending dan missionaris Kristiani harus memiliki
izin khusus dari Gubernur Jenderal untuk melakukan kegiatan “dakwah”, maka
daerah Banten, Aceh, Sumatra Barat, dan Bali tertutup untuk kegiatan missi
Kristen, sehingga penduduk Islam di daerah tersebut tidak terusik oleh kegiatan
missi.
j.
Pemerintah kolonial Belanda memberi hak eksklusif kepada zending melakukan di wilayah Ambon dan sekitarnya, dan Batak tahun 1807.
k.
Fenomena menarik perkembangan agama Nasrani di Indonesia yaitu muncul gereja-gereja
lokal. Jika sebelumnya sebagian besar pemeluk agama Kristiani di Jawa berada di perkotaan, di bawah gereja-gereja lokal berkembang komunitas Kristiani di daerah pedesaan.
l.
Pertemuan ajaran
Kristiani Eropa dengan unsur-unsur lokal di Jawa menghasilkan gereja-gereja
lokal seperti Pasumahan Kristen Jawa Merdika (PKJM), Gereja Kristen Jawa (GKJ),
Gereja Kristen Sunda (GKS), dan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), dengan tokoh
terkenal dari gereja lokal adalah Kiai Sadrach Surapranata.
m.
Penyebaran diluar Pulau Jawa terdapat beberapa gereja lokal, seperti pada masyarakat Batak ( Sumatra Utara )
dan Minahasa (Sulawesi Utara).
n.
penyebaran ajaran Kristen
di daerah yang belum tersentuh agama lain dilakukan dengan tindakan kemanusiaan
seperti mendirikan rumah sakit dan sekolah, sehingga akhirnya dengan kerja
keras kaum misionaris dan zending, agama Kristen berkembang di Indonesia.
3. Persebaran agama
Islam dan agama lainnya pada masa kolonial :
a.
Pemerintah Hindia Belanda memberi izin khusus
di daerah-daerah tertentu untuk persebaran agama Kristiani yang belum terkena pengaruh agama Hindu, Buddha maupun Islam, yaitu di wilayah Ambon,
Batak, Papua, dan Sulawesi Utara.
b.
Daerah-daerah basis agama lain, pemerintah kolonial menyatakan tertutup untuk Kristenisasi, misalnya daerah Banten, Aceh, Sumatra Barat yang merupakan basis agama Islam, dan Bali menjadi basis agama Hindu, akibatnya
:
1)
perkembangan agama lain
tidak terdesak oleh Kristenisasi
2)
masyarakat di daerah-daerah tersebut bebas menjalankan kegiatannya
3)
aliran kepercayaan masih dipegang teguh sejak sebelum kedatangan bangsa Eropa.
4. Faktor yang menyebabkan agama Kristen
dan katholik sulit berkembang di Indonesia pada masa
penjajahan adalah :
a.
pada waktu itu agama Kristen dianggap sebagai agama penjajah
b.
pemerintah kolonial tidak menghargai prinsip persamaan derajat manusia
c.
sebagian besar rakyat
Indonesia telah menganut agama lain (Islam, Hindu,
maupun Buddha)
d.
pemerintah Hindia
Belanda hanya memberi izin khusus di daerah tertentu dalam menyebarkan agama
Kristiani, yaitu daerah yang belum dipengaruhi agama Islam, Hindu, maupun
Buddha.
SOAL
LATIHAN DAN PEKERJAAN RUMAH
Kerjakan soal-soal berikut ini secara benar,
singkat, dan jelas!
1. Apakah penyebab krisis keuangan
dan kas kosong yang dialami VOC pada akhir abad 18 M di Indonesia?
2. Apakah tugas utama Herman Willem Deandels pada waktu menjadi
Gubernur Jenderal di Indonesia tahun 1808 - 1811 dan apakah akibatnya?
3. Apakah pengertian Tanam Paksa,
sebab dilaksanakan di Indonesia, dan akibatnya bagi Belanda dan bagi bangsa
Indonesia?
4. Mengapa pelaksanaan Tanam
Paksa di Indonesia banyak terjadi penyimpangan?
5. Apakah bukti
dilaksanakan Politik Pintu Terbuka atau Politik Kolonial Liberal (1870
– 1900) di Indonesia?
6. Sebutkan 4 akibat penanaman modal swasta
bagi rakyat Indonesia!
7. Sebutkan 4 sebab pengaruh kebijakan pemerintah
kolonial setiap daerah di Indonesia berbeda-beda!
8. Apakah persamaan dan perbedaan
pelaksanaan Tanam Paksa dengan Politik Pintu Terbuka yang diterapkan Belanda di
Indonesia?
9. Sebutkan 5 sebab terjadinya perlawanan Kerajaan Ternate melawan Portugis pada tahun 1565!
10. Sebutkan 3 sebab Kerajaan Mataram
menyerang VOC di Batavia dan mengapa pada serangan kedua
tahun 1629 mengalami kegagalan?
11. Kerajaan
Banten melawan VOC dipimpin oleh siapa, apa sebabnya, dan apakah akibatnya?
12. Mengapa Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Makassar
melawan VOC dan apakah akibatnya berserta isi perjanjiannya?
13. Sebutkan 5 sebab umum dan apakah sebab khususnya serta para pemimpinnya terjadinya Perang Diponegoro di Pulau Jawa?
14. Apakah sebab umum Perang Padri di Sumatera Barat pada tahun 1803 - 1837
dan sebutkan 4 orang pemimpinnya yang terkenal!
15. Apakah sebab terjadinya perlawanan
rakyat Maluku yang dipimpin Thomas Matulessi (Kapiten Pattimura) pada tahun 1817
melawan Belanda?
16. Apakah latar
belakang atau sebab
terjadinya perlawanan Rakyat
Aceh pada tahun 1873 -
1912 melawan Belanda?
17. Sebutkan 4 ciri gerakan sosial rakyat atau gerakan protes petani dan sebutkan 4 faktor
penyebab
18. Sebutkan
2 ciri gerakan Samin, pemimpinnya, dan
daerah gerakannya!
19. Mengapa
perlawanan bangsa Indonesia melawan Belanda di berbagai daerah secara
fisik atau menggunakan senjata selalu mengalami kegagalan?
20. Sebutkan 4 faktor yang
menyebabkan agama Kristen dan katholik sulit berkembang di Indonesia pada masa penjajahan!
---------- o
O o ----------
11 komentar:
Sangat membantu saya..makasih atas file...izin copas yaa...makasih
Bener bro
Gile masih lama
Halo SIFA
INI BAPAK AGES KAN?????
Bang saya minta kunci JAWABANNYA OK????
Reva aku hari ini ijin ya ada urusan
Terima kasih min informasinya membantu
Materinya sangat membantu, bagaimana saya bisa mendapatkan filenya?
Posting Komentar